Sepanjang perjalanan menuju rumah orang tuaku, Gyana benar-benar gak mau lepas dari Mas Arya. Kebetulan juga bayi ini sudah di charge penuh, jadi tenaganya super. Mas Arya yang sebenarnya teler, karena dia habis seminar seharian penuh. "Deeek...anakmu aktif banget, Dek." Keluh Mas Arya sambil dia udah senderan kursi penumpang di belakang, sambil tangannya menahan badan Gyana yang sekarang lagi sibuk pegangan kuping Pakdenya, sambil kakinya jejag jejag mau manjat.
Bibirnya dilipat tanda dia geregetan, matanya berbinar-binar, lihat Pakdenya kayak playground baru. "Aaaaa..." Pekiknya sambil jewer telinga Mas Arya dan Mas Arya meringis "Ya Allah Gyana...sakit kuping Pakde, Nak." Mas Arya cuman bisa gosok-gosok kupingnya pasrah. Gyana malah ketawa-ketawa dan ngadu mukanya ke hidung Mas Arya "Astagfirullah aladzim. Baru kali ini gue nemu anak cewe, lasaknya kayak gini." Katanya sambil gosok hidungnya yang habis diadu sama Gyana.
Aku akuin, Atthaya memang bayi yang kalem dan kemayu. Kalau ada lagu-lagu, dia bakalan mengayun kekanan dan kekiri dengan syahdu, gerakannya juga kalem. Persis Mbak Widy sih sebenarnya. Kalau Gyana kaaaan...
"Titisan emaknya bener-bener ini anak. Muka doang mirip bapaknya." Katanya sambil sekarang memeluk Gyana dan menghujani ciuman di leher dan ketiaknya. Gyana malah ketawa-ketawa heboh, sambil tangannya ngeplak kesana kemari.
Gyan nengok ke kursi belakang dan ketawa doang "Berarti, kalau mirip saya, kalem ya, Mas?" Ledek-ledekan aja terus ini berdua. Sampai gelut lagi, aku gak akan misahin. Bodo amat.
"Sama aja sih kayaknya." Jawab Mas Arya sambil melirik Gyan. Saking hebohnya Gyana menyerang Mas Arya, sampai Mas Arya melepas luaran baju dinasnya, menyisakan kaos dalam berwarna hijau khas TNI. Gimana enggak, semua yang nempel di baju dinasnya, sama Gyana ditarik-tarik sambil mbecucu penasaran. Mas Arya lebih takut tangan Gyana luka sih, karena beberapa pin di bajunya itu memang pinggirannya agak tajam.
Gyan cuman ketawa sambil nengok ke belakang, lihat Gyana sekarang lagi ngeruwesin alis Mas Arya "Jinjjjjjjaaaa...." Entah apa maksudnya. Mas Arya cuman merem-merem dan akhirnya Gyana dia timang-timang aja sambil dia ciumin pipinya gemas "Kamu kenapa lasak banget sih, Cantik?" Tanya Mas Arya sambil sekarang mengusap lembut kepala Gyana dan mengecupnya "Anak shaliha Pakde..." Bisiknya sambil mencium ubun-ubun Gyana.
Satu keajaiban Mas Arya tuh, begitu dianugerahi anak perempuan, dia kayak membuat perenungan sendiri sih. Walau digawangi sama Papa, yang negur supaya hidupnya lebih ditata lagi, karena sekarang hidupnya bukan hanya dirinya dan Mbak Widy lagi.
Mereka berdua pikir, mereka berduaan aja malam itu. Padahal, aku ngintip mereka yang ngobrol di teras, sambil mindik-mindik ambil minum. Aku lihat gimana Mas Arya nangis sampai bungkuk-bungkuk di ambang teras, sambil duduk berdua Papa.
Gimana Papa menepuk-nepuk punggungnya dan bilang dengan suara gak dipelanin, karena mereka pikir mereka berduaan aja. Lupa...kalau ada juara 1 lomba gentayangan didalam keluarga. Viooollaaaaaa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Baby Crib Journey
RomanceKhusus buat yang masih mau lihat lanjutan OLAGYAN dan ekor-ekornya. find out yourself inside. Ini hanya kumpulan extra parts dari OLAGYAN jadi bisa update kapan aja, bisa juga berhenti kapan aja. so enjoooy