ROMANTIS AMAAAT! (1)

4K 524 270
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Coba kita tes. 500 Votes dan 250 Comment aja deh. Bisa gak yaaa? :)


"Babaaaaaa." Panggilan mesra, yang terus terdengar dari sejak dua sejoli ini bertemu. Sibuk aja berduaan dari tadi, sampai Mama sempat ketiduran sebentar di mobil tanpa terganggu sedikitpun.

"Iya, Sayang." Jawaban yang gak kalah mesranya juga terdengar terus dari tadi. Jujur perasaanku menghangat setiap lihat interaksi Gyan dan anak-anak. Dari dulu, dari sebelum kami berdua dikaruniai Gyana, Gyan dan anak-anak itu punya daya tarik tersendiri memang. Sangat mudah membayangkan Gyan punya anak.

Gak akan ada penolakan apapun dari seorang Gyan, tentang kehadiran anak yang bisa kapan aja datang. Gyan gak pernah gak siap.

"Baba bauuuuu." Dan ending kemesraan ini, memang selalu diakhiri sama Gyana. Gyan ketawa, sambil meletakan tas laptopnya di atas sofa ruang TV. Kalau udah begitu posisinya, itu kode, Gyan bakalan lanjut kerja lagi tengah malam, pas aku dan Gyana sudah tidur.

"Iya, Baba bau. Kan belum mandi. Baru pulang kerja." Jawab Gyan dan Gyana masih setia nemplok di gendongan Babanya. Dia nunjuk ke arah tangga dengan telunjuknya yang masih aja bujel bentukannya. Mama dan Baba, belum siap lihat telunjuk itu mendadak jadi lentik-lentik.

"Baba mandi duyu yaaa?" Yang ngomong malah Gyana. Itu nyindir Baba apa gimana? Setahu Mama, Baba dan bau itu gak satu setelan. Baba selalu wangi. Pulang mroyek aja, biasanya Baba ganti kaos dalam dan kemeja, semprot parfum dan deodorant lagi. Baba itu anak engineering paling wangi se Pratama Propertindo. Papi Andra kesayanganmu aja kalah.

Mama aja takluk sama wangi Babamu. Kena peluk sekali, kepelet seumur hidup.

"Iiii Baba Joyooootttt." Katanya sambil nunjuk bawah hidung Gyan yang mulai kumisan. "Iiiih.." Dan dia kesel, karena Gyan sekarang gesekin kumisnya ke leher Gyana. "Iiiih Babaaa. Babaaaa. Noooooo. Iiiiih!!" Dan akhirnya Baba kena tabok.

"Naah, kan? Asal bercanda, ujung-ujungnya ada yang kena gaplok deh." Komentarku, sambil kasih Gyan selembar kaos, celana pendek selutut dan pakaian dalam. "Baba apa Ana dulu yang mandi?" Tanyaku ke Gyan dan Gyan masih berusaha gangguin anak gadisnya, yang sekarang ngacir ke cermin tinggi, sibuk ngecek kondisi pipi gembilnya pasca disiksa Baba.

Noleh kanan dan kiri, sambil cemberut. Gosok-gosok pipinya, sampai pipinya malah meleyot kesana kemari. Gyan cuman ketawa lihatin tingkah Gyana, sambil melepas satu persatu kancing kemejanya. "Segitunya dicium Baba, sampai di periksa pipinya lecet apa enggak." Gyan berkomentar, sambil sekarang malah menghempas punggungnya bersandar di sofa kecil di kamar. Menghela nafasnya panjang, kayak legaaa banget sampai rumah.

"Sini." Panggil Gyan ke aku, sambil menepuk pahanya. "Dari tadi, kok mendung banget? Kenapa?" Tanyanya, begitu aku mendaratkan bokong di pankuannya. Gyana udah selesai ngaca dan matanya mbelalak lihat aksi mesra-mesraan Mama dan Babanya.

Our Baby Crib JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang