Dengan aksi mblenting-mblentingnya Gyana, akhirnya Gyana lepas dari Babanya. Pindah ke gendonganku, Gyana langsung terisak-isak menderita, sambil tarik-tarik kerah piyamaku. Gyan yang keki ditinggal gitu aja, hanya karena perkara 'nen' malah isengin anaknya yang masih sesenggukan, dengan sedot-sedot tengkuknya gemas.
Alhasil Gyana makin ginjrang-ginjrang gak jelas kakinya, takut diculik dari sahabat karibnya. Kalian tahu lah, sahabat karibnya siapa.
Gyan ketawa doang sambil mengusap lembut kepala bundar sempurna Gyana "Gitu banget, sih? Ini gimana entar disapihnya?" Tanya Gyan, sementara aku duduk di sofa ruang keluarga, menyamankan diri, sambil berusaha memposisikan bayi yang dari tadi sibuk meliuk gak jelas, saking enggak sabarannya.
"Sabar dong, Nak. Udah dandan kece-kece, giliran mau makan brutal amat?" Gyan malah iseng, menutup payudaraku yang sudah terpampang dan anaknya udah maju, dengan tangannya. Sukseslah anaknya ngamoook dan bapaknya ketawa-ketawa, karena bibir Gyana nabrak punggung tangan Babanya.
"Maaas!" Aku geregetan lihat tingkah dua kembaran ini. Gyana ketawa-ketawa gemas, dan Gyana saking takutnya diserobot lagi, langsung dengan kecepatan kilat menyambar, sampai putingku kegigit sedikit. Aku melotot ke Gyan sambil meringis "Aku yang jadinya kegigit nih!" Omelku dan Gyan ketawa sambil mencium gemas kepala bundar ini.
"Anak shaliha Papa..." Lalu dia membisikan doa di ubun-ubun Gyana. Mengusap beberapa kali dan Gyan gantian mengusap kepalaku lembut "Mau makan? Aku suapin?" Tanyanya dan aku menggeleng, sambil memperhatikan Gyana yang menyusu kayak habis lari marathon. Matanya membelalak, napasnya memburu, payudaraku dipeluk takut direbut. Kakinya jejag jejag ke tanganku.
"Mas Gy aja duluan. Aku nanti aja, gak terlalu lapar." Jawabku dan Gyan mencium pundakku, lalu senderan disitu "Bukan soal gak lapar. Kamu kan nyusuin, Sayang. Yaudah, aku makan sebentar, habis itu ambilin kamu makan, ya?" Aku tahu gak perlu jawab pertanyaan Gyan yang itu, karena itu perintah, bukan tawaran.
Brondong satu ini, somehow memang malah yang paling bikin aku kicep.
"Selamat makaaaan." Gyan mencium kepala Gyana, yang dapat hadiah kruwesan di pipi Gyan "Iyaaa...iya Papa minggir." Gyan ketawa sambil meninggalkan kami berdua.
Gyan bergabung di meja makan dengan Mama dan Gendis. Aku hanya memperhatikan dari sini, gimana mereka saling berinteraksi dan tertawa bertiga. Sulit percaya, kalau dulunya mereka adalah tiga orang berbeda kubu, yang penuh dengan luka dan amarah.
Mereka adalah orang-orang hebat. Perpaduan dari Gyan yang akhirnya berhasil menguasai dirinya untuk berhenti membenci keputusan ibunya, kealpaan ayahnya, bahkan kehadiran adik yang semula tak diinginkannya. Mama yang memaafkan suaminya, menerima anak 'tiri' nya dan memaafkan kekhilafan Gyan. Lalu ada Gendis, yang belajar untuk tahu diri atas kehadirannya didalam keluarga ini, dengan gak bersikap menyusahkan, bahkan sangat berbakti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Baby Crib Journey
RomansaKhusus buat yang masih mau lihat lanjutan OLAGYAN dan ekor-ekornya. find out yourself inside. Ini hanya kumpulan extra parts dari OLAGYAN jadi bisa update kapan aja, bisa juga berhenti kapan aja. so enjoooy