SEDIH LHO INI!

3K 405 88
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jadi, setelah rangkaian tangisan semalaman suntuk, Ola akhirnya enggak tahan buat nyuruh gue pulang dulu ke rumah mertua, setelah dokter Visit dan gue mendengarkan penjelasan dokter. Dari hasil pemeriksaan Lab, kondisi Ola masih belum memungkinkan untuk pulang, karena ada hasil lab yang menunjukan kalau kondisi tubuh Ola sebenarnya juga 'kelaparan'. Bukan kelaparan dalam artian Ola gak gue kasih makan, tapi, asupan makanan Ola itu enggak mencukupi untuk kebutuhan nutrisi ibu dan bayi.

Memang, kenaikan berat badan Ola malah melambat, disaat kandungannya membesar dan itu cukup mengkhawatirkan.

Gue tadi, memastikan Ola sudah memakan sarapannya dan gak ada yang dia muntahin. Alhamdulillah, mungkin efek dari infus dan obat-obatan yang diberikan lewat injeksi, Ola berhasil menelan makanan-makanannya dengan tenang.

Hasil lab Ola juga menunjukan Ola ada infeksi saluran kemih. Ternyata, Ola yang memang mulai banyak beser, suka nahan keinginan mau buang air kecil. Makanya, kemarin Ola pas dibawa ke Rumah Sakit, ada demam juga.

Akhirnya, proses rawat inap Ola, jadi harus berlangsung sedikit lebih lama.

Dan akhirnya gue diusir Ola pulang, dengan alasan, disini sudah banyak suster. Tapi, Gendis akhirnya tadi datang ke Rumah Sakit dan janji gak kemana-mana, sampai gue bisa kembali.

"Mbak Ola tidur barusan." Jawab Gendis. Gue lagi telepon dia, memastikan keadaan Ola. Gue mampir kantor sebentar, karena ada beberapa berkas yang harus gue ambil dan kerjakan nanti di Rumah Sakit. "Yaudah bagus, biar banyak istirahat. Nanti makan siang, tolong pastiin Mbak Ola makannya banyak ya, Dek. Tadi, ­e-wallet Adek udah Mas Gy isiin, buat adek jajan sama kalau Mbak Ola kepingin cemilan apa. Kata dokter, Mbak Ola makanannya bebas kok." Jelas gue dan Gendis ketawa-ketawa.

"Asseeeek. Pantesan, tiba-tiba saldo e-walletku genduuut. Baik deh Mas Gy kuuu."Ledeknya dan gue hanya terkekeh. Gue menyudahi panggilan telepon dan melanjutkan nyetir kerumah mertua gue.

Gendis...

Ola beberapa kali sempat membahas Gendis sama gue. Yang intinya, Gendis gak bisa gue tahan-tahan, harus selalu jadi adik manis Mas Gy, yang bakalan nuruuut apa aja titah Mas Gy. Gendis harus bisa punya kehidupannya sendiri, karena dia sudah lebih dari sekedar dewasa.

'There'll be a moment, when you've got to let her go.' Kalau kata Ola. Gue merasa berat banget, karena gue merasa, gue harus jadi yang menentukan dengan siapa Gendis boleh dekat. Bahkan ketika Abram bercanda, bilang 'gue deketin adek lo aaah.' Itu gue langsung diam gak menjawab. Abram sampai menepuk pundak gue dan tertawa 'tegang amat, boss? Santai lah, gue cuman bercanda.' Dan memang selalu itu yang terjadi, setiap kali ada yang bercandain gue soal Gendis.

Dari dulu. Dari zaman gue masih di Pratama Propertindo.

Makanya, Ola pernah bilang ke gue, akan ada saatnya Gendis harus kita lepaskan. Ola bahkan nancep banget omongannya 'Kamu memang kakaknya, tapi bukan bukan walinya. Tanggung jawabmu adalah sebatas tanggung jawab moral, jadi jangan menuntut bakti yang lebih dari Gendis. Gendis gak punya kewajiban patuh sama Mas Gy, walau kita sebagai sesama Umat Islam, punya kewajiban untuk saling mengingatkan.,

Our Baby Crib JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang