ROMANTIS AMAT (2)!

3.6K 497 264
                                    



















500 Votes and 250 Comments! No SPAM comments ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

500 Votes and 250 Comments! No SPAM comments ya.



Akhirnya Gyana ditemani Arsya main di tiga permainan. Walau pakai aksi Abanasa harus gendong lah, harus pangku lah, harus ini dan itu sesuai titah Mbak Ana pujaan Abanasa. Anehnya Arsya nurut aja dan tersenyum cerah, meladeni Gyana. Padahal, teman-temannya sudah sibuk mencoba berbagai arcade permainan.

Waktu kami mau pisahan, kami melewati Arsya yang sedang balapan mobil sama teman-temannya. Empat orang bocah ABG seusia dia, dengan bahasa Inggris yang cas cis cus banget, ciri khas anak sekarang. Arsya gak usah ditanya, muka dan bahasa Inggrisnya sejalan dan selaras.

Gyana jadi supporternya Arsya balapan, dengan bertepuk tangan girang banget. Padahal gak paham juga cowo-cowo ini ngapain. Berakhir dia minta pangku Abanasa dan Arsya juga mau-mauan aja lagi, pas Gyana diangkat sama salah satu temannya dan didudukan di pangkuannya. Gyana teriak-teriak heboh lihat ke layar dan Arsya jadi nyetir satu tangan, sambil meluk Gyana supaya enggak gelinding.

Yang jelas, satu yang aku berdoa dengan tulus banget. Untuk kerukunan keluarga mereka.

Waktu kami berjalan menuju salon anak-anak dimana Gyana mau potong rambut, aku melihat Arsya berdiri di etalase toko kue dan sedang memperhatikan deretan kue ulang tahun. Aku sengaja gak mendekat, sesuai ide Gyan supaya bantuin milih. Aku bilang Gyan "Let him have his moment."

Berat pasti buat Arsya.

"Feeling aku, rasa cinta Arsya sama Daddynya, yang akan menyelamatkan hubungan mereka. Walau entah kapan bisa terwujudnya? Tapi aku yakin, semua akan berakhir baik kembali. Cuman, memang jalannya bakalan terjal." Aku berbicara ke Gyan, sambil memperhatikan batita yang duduk anteng di atas mobil-mobilan, sambil memperhatikan dirinya akan segera dipercantik sama capster salon anak-anak.

"Woooooow. Tannntttiiiiit." Katanya sok tahu, padahal belum di apa-apain. Baru juga dipakein jubah potong rambut. Gyan mendengus geli, lihat anaknya mulai berubah jadi bocil kecentilan nyalon.

"Potong gimana, Bund?" Tanya capsternya dan aku bilang, pendekin aja rambutnya sampai sedagu dan kasih poni rata di depan. Standard anak-anak lah.

"Ana nonton!" Katanya sambil nuding TV. Asisten capsternya, ngasih beberapa pilihan tontonan anak-anak dan Gyana milih TAYO. Hasil brainwash Mabayan nih.

Sekarang Mbak Ana mulai dibasahi rambutnya dan dipotong. Dia sempat menatap heran, anak laki-laki seusia dia yang duduk di mobil-mobilan sebelahnya, karena menangis berontak, ketika hair clipper didekatkan ke kepalanya. Mungkin dia panik sama suara getarannya.

"Dapapa toooook. Dapapaaaah. Dausah naniiis. Dapapaaaa." Gyana mulai sotoy, sambil melambai-lambaikan tangan ke anak kecil yang lagi berontak, dipegangin sama Papanya. "Shhhh...Shhhhh." Gyana sok membujuk sampai bibirnya mbecucu "Udaaah. Danan Nanniis. Dapapa tooook!" Katanya sekali lagi masih bersotoy-sotoy ria.

Our Baby Crib JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang