101 (Revisi)

337 60 8
                                    



Jeje masih memeluk satu per satu anak-anak Dream dengan erat, seolah ingin meyakinkan mereka bahwa dirinya baik-baik saja. Namun, dalam pelukannya itu, ada getaran halus yang dirasakan Haechan dan Renjun, yang berdiri paling dekat dengannya.


"Noona," bisik Renjun sambil menatap tajam ke matanya. "Kalau Noona berada di bawah tekanan atau ancaman, tolong berkedip dua kali."


Haechan mengangguk setuju dan menambahkan dengan nada serius, "Kalau mereka mengancammu, berikan kode. Kami bisa langsung membawa Noona kabur dari sini"


Jeje tak bisa menahan tawanya mendengar ucapan itu. Ia mengusap kepala Renjun dengan lembut dan menjitak pelan Haechan. "Kalian masih saja terlaku imajinatif.... Noona baik-baik saja.... Tidak ada yang mengancam Noona."


Tapi senyumnya itu tidak sepenuhnya berhasil mengusir kekhawatiran di wajah mereka. Setelah melepaskan pelukan, Jeje mengajak mereka masuk ke ruang tamu besar yang menghadap taman. Ruangan itu dipenuhi furnitur elegan dan dihiasi dengan bunga segar di setiap sudut. Anak-anak Dream yang baru pertama kali menginjakkan kaki di rumah itu hanya bisa terpana.


"Wow..." gumam Jisung, memandang lampu gantung kristal di langit-langit dengan mulut sedikit terbuka.


Dia menoleh ke arah Jeje dan bertanya dengan polos, "Ini benar rumahnya Noona? Ini bukan hotel?"


Jeno yang berdiri di sebelahnya langsung memukul pelan kepala Jisung. "Ya iyalah, rumah siapa lagi, sih?"


"Aku kira ini rumahnya si pengacara Edward Wang," jawab Jisung, mengusap kepalanya sambil meringis.


Suara tawa langsung memenuhi ruangan, termasuk dari Jeje sendiri. Untuk sesaat, kehangatan itu menghapus kecanggungan yang mereka rasakan sebelumnya.


Beberapa menit kemudian, Nyonya Hong masuk membawa baki berisi kudapan tradisional Korea dan minuman hangat. Beliau tidak sendirian, karena jumlah tamu yang cukup banyak, beberapa pelayan mengikuti Nyonya Hong dari belakang. Dia tersenyum hangat kepada mereka semua, lalu meletakkan kudapan itu di meja.


"Ah, lama tidak berjumpa anak-anak," ucap Nyonya Hong ramah.


Sontak, Taeyong, Doyoung dan juga anak-anak Dream bangkit dari duduk mereka lalu membalas sapaan Nyonya Hong.


"Selamat sore Eomma....."


"Silahkan nikmati kue-kue ini sambil bercakap-cakap dengan Jeje ya..... Eomma masuk dulu....."


Sepeninggal Nyonya Hong dan setelah semua merasa nyaman, suasana perlahan menjadi lebih serius. Mark, yang sejak tadi duduk tenang, akhirnya angkat bicara.


"Noona, kami sudah dengar semuanya dari Edward Wang," ujarnya, suaranya pelan tapi tegas. "Tentang keluarga Tang, kakekmu, bahkan rencana mereka untuk membawamu ke Swiss. Kami hanya ingin tahu... apa kau setuju dengan semua ini?"


Pertanyaan itu membuat ruangan menjadi hening. Semua mata tertuju pada Jeje, yang tampak berpikir keras. Ia menghela napas panjang, matanya menatap ke luar jendela besar yang memperlihatkan taman di luar.


"Noona..." Jeje mulai berbicara, tetapi suaranya terdengar ragu. "Sejujurnya Noona juga masih belum tahu, Mark. Ini bukan keputusan yang mudah."


Jaemin, yang duduk di sisi lain sofa, langsung menimpali dengan nada tajam. "Bukan keputusan yang mudah? Maksud Noona, mereka memaksa Noona , kan? Kalau memang begitu, bilang saja. Kami ada di sini untuk melindungi Noona, seperti biasa."


What Kind of FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang