What Kind of Future

102 (S.Coups Version)

Vernon mengamati wajah S.Coups yang terlihat lebih tua dari usianya. Kantung mata yang dalam, kerutan di dahi yang tak pernah ada sebelumnya, serta aura kelelahan yang memancar dari tubuh pemimpin grup mereka. Bahkan dengan jarak sedekat ini, Vernon merasa seperti S.Coups berada dalam dunia lain—dunia yang dipenuhi penyesalan dan rasa bersalah.

"Hyung..." Vernon memecah keheningan, suaranya lembut namun ragu. "Apa kau baik-baik saja?"

S.Coups tidak mengangkat kepalanya, hanya menjawab dengan gumaman pelan sambil terus membaca dokumen di tangannya. Vernon tahu itu bukan jawaban yang sebenarnya.

Vernon tahu situasi antaranggota saat ini jauh dari ideal. Ini mengingatkannya pada masa-masa proyek All Good dulu, ketika perseteruan antara Mingyu dan Jaehyun menciptakan suasana canggung. Bedanya, kali ini konflik terjadi antara S.Coups dengan anggota grupnya sendiri. Di luar, mereka tetap tampil profesional, menunjukkan kekompakan seperti biasanya. Namun, di dalam, ada jarak yang sulit dijembatani.

Tidak semua anggota marah pada S.Coups setelah mengetahui kebenaran di balik putusnya hubungan dengan Jeje. Mereka semua kecewa, tentu saja. Bagaimanapun juga, mereka berharap S.Coups dan Jeje akan menemukan akhir bahagia mereka. Tapi tidak semua anggota mengonfrontasi S.Coups secara terang-terangan  seperti Jeonghan, Joshua, Wonwoo, dan Woozi.  Ada anggota seperti Hoshi, Dokyeom, Dino, dan Vernon yang tetap khawatir dengan keadaan S.Coups yang kini bekerja tanpa henti di agensi.

Menurut informasi dari asisten S.Coups, sejak pertemuan terakhir dengan Jeje, pria itu hampir tidak pernah meninggalkan agensi. Semua aktivitas, termasuk makan dan tidur, dilakukan di ruang kerjanya. Hari ini, Vernon memutuskan untuk datang ke agensi sambil membawakan beberapa makanan yang ia pikir adalah kesukaan S.Coups, meskipun ia tidak yakin makanan itu akan dimakan atau bahkan dihargai oleh pemimpin grup mereka itu.

"Hyung, aku bawa makanan." Vernon menunjuk tas yang tadi ia letakkan di meja. "Mungkin kau butuh istirahat sebentar."

"Aku masih punya banyak pekerjaan," jawab S.Coups singkat, tanpa menoleh.

Vernon menggigit bibirnya. Ia sudah memperkirakan respons seperti ini, tapi melihat S.Coups bekerja seperti robot tetap saja menyakitkan. Ia tahu Hyung-nya sedang melarikan diri dari rasa sakit. Melarikan diri ke tumpukan pekerjaan yang tak ada habisnya.

"Hyung, kau juga harus jaga kesehatan. Kalau kau sakit, siapa yang akan mengurus semuanya?" Vernon mencoba lagi, kali ini dengan sedikit tekanan dalam suaranya.

S.Coups berhenti sejenak, menarik napas panjang, lalu menjawab tanpa emosi, "Aku baik-baik saja. Lagipula, seseorang harus menyelesaikan semua ini. Jia Li absen, dan Jeje sudah tidak ada di sini. Aku tidak bisa mengandalkan orang lain."

Mendengar nama Jia Li, Vernon merasa ada hal yang perlu ia tanyakan. Selama ini, ia tahu bahwa absennya Jia Li terkait dengan identitas asli Jeje yang terkuak. Terlebih, ada informasi bahwa Jia Li selama ini berusaha mencelakai Jeje.

"Hyung," Vernon memberanikan diri, "apa kau tahu apa yang terjadi dengan Jia Li? Setelah semua yang dia lakukan, dia tiba-tiba menghilang begitu saja."

S.Coups akhirnya mengangkat kepalanya, menatap Vernon dengan lelah. "Aku tidak tahu. Setelah Jeje pindah ke rumahnya di Incheon, semua urusan yang ada kaitannya dengan Jia Li dan perbuatannya pada Jeje diambil alih oleh Edward Wang."

Vernon mengernyit. "Edward Wang ? Pengacara yang kita temui tempo hari itu ?"

"Ya," S.Coups menjawab, nada suaranya berat. "Edward tidak hanya mengambil alih, tapi dia juga menutup semua pintu komunikasi. Setelah dia tahu apa yang terjadi antara aku dan Jeje... aku tidak punya akses apa-apa lagi. Semua pembicaraan yang berkaitan dengan keluarga Tang harus lewat pengacaranya."