Entahlah typo bertebaran tapi lanjut lah yakk..
Halo, silahkan lihat keseharian si Ta.
🌸amu_ta🌸***
Semua bilang, anak Indigo adalah anak yang di yakini memiliki sifat yang, special, tidak biasa dan bahkan supranatural. Apakah aku bagian dari anak indigo seperti yang orang bilang? Entahlah, aku sendiri tidak tahu.
Semasa masuk ke kelas dan sekolah baru dikelas dua ini, sebelumnya aku bersekolah di Tk seminggu dan SD seminggu, dapat di pikirkan? Ada yang bilang proses seperti itu exel atau apalah iyu meloncat kelas.
Itu di karenakan pertanyaanku ke kakak ku. Aku memandangginya ke tempat yang lain untuk belajar, ketika didepan pintu aku bertanya kepadanya.
"Kok bajunya beda?." Tanya ku polos sambil berdiri memeganggi seluruh bajuku yang berwarna biru.
Kakak ku yang menggunakan baju Sd yang merah putih langsung mendecak sombong "ialah beda, baju ini untuk orang-orang yang sudah besar."
Aku cemberut, entahlah apa yang ku pikirkan waktu itu tapi aku menangis sejadi-jadinya dan memecahkan seluruh kaca jendela. Banyak makhluk yang tembus pandnag datang melihat diriku yang seperti orang kesurupan padahal tidak. Ada apa dengan anak itu, mungkin itu pikiran mereka.
Dan alhasil, saya masuk TK seminggu dan Sd seminggu. Curang? Gak sih berkat itu saya benci sekali matematika (lemah matematika) bayangkan anak TK yang gambar-gambar dan senang nyanyi-nyanyi malah ke SD lalu disuruh menghitung. Bodoh? Ya saya akui saya sampai di strap dan di pukul menggunakan mistar panjang kayu oleh guru matematika yang sampai sekarang masih ku ingat namanya.
Menangis, tidak. Saya terkadang tertawa karena ditemani oleh beberapa makhluk yang membuatku tertawa. Kalau di pikir-pikir waktu Sd disana itu saya senang berjalan sendirian dan lalu berada entah dimana. Tapi sebelum maghrib pasti saya ada sampai di rumah, bahkan waktu itu ditabrak lari orang pakai sepeda pun saya jalan pulang ke rumah dengan tenang.
Sekarang panggilanku di Sd baru ini TA, semuanya pada menatap ku aneh, kulit ku putih bening, wajahku sedikit ke cinaan tapi menurutku kakak ku lebih mirip orang cina dari pada aku. Bahkan waktu kecil karena dia sakit-sakitan menjadi anak angkat orang cina dan diberi nama cina. Jangan di tanya namanya apa, karena dia sangat benci nama itu sekarang.
Aku termasuk anak yang populer, banyak fans padahal anak kecil, ck. Jalan udah layaknya primadona panggung rambut panjang sebahu dan paras yang mungil dan manis. kenapa berubah ketika dewasa yak? hm, asudahlah.
Sd baru, teman baru, dan rumah baru. Rumah ku dulu belum jadi benar tapi karena atap dan lantai sudah kami tinggal ke rumah baru ini.
Kamar ku yang sekarang belum jadi, jadi saya tidur di kamar ibu ku. Setiap ibuku tidur, di bawah kakinya selalu tampak seorang pemuda yang duduk sambil berpangku tangan.
Jin seribu, itu yang ku ketahui setelah Smp. Jin yang menjaga ibu ku dan melindungi dari musuh. Jin islam yang sering duduk menangkal segalanya. Ia hanya tersenyum apabila aku melihatnya.
Cerita diatas gak serem yah ceritanya, di Sd sih kejadiannya nya minim karena saya masih menganggap mereka MANUSIA, sekali lagi MANUSIA. Kejadian yang menyeramkan hanya dua kali, satu di sekolah dan dua di mesjid.
Ok, ke sekolah itu waktu masuk kelas 4. Kalian ingat permainan 'jelangkung', yang ingat pasti pernah memainkannya. Permainan yang memanggil jin dengan harga murah hanya menggunakan kertas, lidi atau uang koin, dan pemainnya.
Aku hanya duduk terdiam, rambutku panjang sampai pinggang dimainkan berkali-kali dengan seorang cewek yang terbang-terbang ke sana kemari. Anak cowok kelas ku yang pada bermain jelangkung sudah mempersiapkan segalanya, mereka tertawa-tawa menakuti seluruh cewek di kelas. Cewek dikelas semua takut lalu pergi dan aku ditinggal bersama para anak cowok yang bermain dengan 'jelangkung' mereka.
Pertama yang mereka lakukan hanyalah saling menarik koin di atas kertas. Pembohong, pikirku sambil menatap biasa dan bosan.
Kenapa mereka harus melakukan hal itu, tak ada satupun yang datang dan mereka hanya saling mengintimidasi. Aku merebahkan kepalaku dan tiba-tiba cewek yang terbang itu menghilang. Ku telusuri makhluk yang ada di kelas pun semua tak ada, anak kecil yang ada di bawah kursi ku, tangan yang ada di dalam kolong meja, kakak-kakak yang di pojokan semuanya tak ada.
Tiba-tiba bulu kuduk ku berdiri, suasan mendingin, aku langsung melihat kebelakang ku dimana anak-anak cowok memainkan jelangkung.
DATANG.
Sosok hitam mengumpul di dalam ruangan membentuk suatu pusaran, suasana dingin dan gelap. Mataku hanya bisa melebar melihat sesuatu yang ada di belakang salah satu pemain 'jelangkung' itu.
Sosok itu melihatku, ia lalu membentuk dirinya, seperti tulang belulang tengkorak yang diselimuti aura hitam kini mencengkram wajah seorang pemain 'jelangkung'.
"Awas" teriak ku membuat anak cowok itu semua melihatku. Yang lain ketawa mengatakan aku penakut, aku parno, dan mereka mengatakan HANTU tak datang.
Ya, setahu ku itu bukan hantu, ya ku yakin bukan hantu biasa.
Setelah tertawa mereka langsung terdiam melihat salah satu yeman mereka terbang, yang lainnya lanhsung menyingkir ketakutan karena secara harifah manusia gak bisa terbang apalagi tampa sayap seperti filem-filem.
Pengelihatan terbang mereka berbeda dengan penglihatanku, anak itu di cengkram kepalanya sehingga ia sesak nafas dan tak bisa bicara.
Semua pada lari kepojokan, ada yang terkencing di celana dan ada yang menagis padahal mereka cowok. Anak laki-laki yang dicengkram oleh makhluk tulang itu langsung di hentakan kepalanya ke dinding atas kelas.
Semuanya semangkin berteriak, darah menetes dan menempel di dinding atas kelas. Anak itu akan mati sebagai tumbal, pikirku sehingga langsung maju menarik kaki aura yang menyelimuti tengkorak terbang itu.
Tiga kali kepala anak itu dihentakkan ke dinding, dinding itu penuh darah yang menetes termasuk anak yang dicengkram oleh makhluk itu. Aku tak bisa menghentikan dan tak tahu bacaan apa pada saat itu yang harus aku baca hanya berteriak hentikan.
Ketika anak itu ingin dihempaskan untuk ke empat kalinya aku berteriak "ya allah bantu temanku" isak ku menahan tangis, padahal anak itu bukan lah orang yang dekat denganku dan malah suka meledek ku.
Tengkorak itu berhenti ia lalu melepaskan anak itu.
'Balasan setimpal untuk bocah tak tahu malu mengundangku tanpa ada tumbal'
Mataku tebelalak melebar, ia bisa bicara rupanya, aku memundurkan langkah ku dan makhluk itu menatap ke arahku. Walaupun aku tahu dia tak memiliki mata karena hanya tengkorak hampa dibaluti aura hitam yang ada didepanku sekarang.
'Jangan bermain dengan bangsa kami!' Tegasnya lalu kembali ke bentuk aura hitam atau lebih ke awan hitam yang memutar.
Kejadian itu membuat anak kecil itu ke rumah sakit dan anak-anak cowok di tuduh melukai temannya atau bisa di bilang meninju keroyokan. Karena orang dewasa tak percaya yang para anak cowok katakan.
Semenjak itu mereka anak cowok di kelas ku tak melakukan permainan 'jelangkung', malah anak cewek yang penasaran akhirnya melakukan permainan itu. Tapi, palsu, yang mereka lakukan bukanlah permainan memanggil jin yang sesungguhnya, tidak seperti sebelumnya yang jadi malapetaka.
***
Udah ah, yang kedua di lanjutin nanti.
🌸amu_ta🌸