Teman (2)

1.7K 158 19
                                    

"Pertemanan itu begitu rapuh, karena itu keluarga adalah tempat kau memeliki banyak teman, tidak ada yang namanya mantan ibu, mantan kakak dan mantan ayah. Mantan pacar, mantan suami, mantan istri dan mantan teman banyak. Selagi kalian bertengkar aib dan pembicaraan kalian keluar, tidak dengan keluarga (inti) yang mempertahankan kalian sampai titik akhir"

_TA_

"Teman memang tempat bermain dan saling mengkoreksi. Tapi bukan tempat memperburuk diri dan menjelekan diri. Karena itu, terkadang musuh malah lebih di sukai dari pada teman."

***

Selagi di kelas itu dan setelah kejadian itu aku semakin di biarkan sendiri, tidka bukan, aku yang lebih memilih sendiri. Aku berhati-hati sekali mengirimkan mereka info-info masuk kelas dan tugas. Berjalan sendiri malah sangat lebih evektif dan tidak terbatas.

Suatu hari setelah satu mata kuliah, aku mmenunggu sampai semua orang sepi dan masih duduk sendirian, di kesendirian ku aku menghidupkan headsets ku dengan lagu jepang seperti biasanya.

Seseorang memukul pundak ku pelan, ia tersenyum ketika aku menoleh.

Tiga orang perempuan berdiri di samping ku yang sedang duduk sambil mendengatkan lagu.

"Kenapa sendirian?" Tanya salah satu dari mereka.

"Uhm, biasa." Jawab ku mengambang.

Salah satu dari mereka menarik kursi ke depan ku dna duduk "kamu memang biasanya sendirian yah?"

"Ya." Jawab ku sambil mengecilkan sampai suara 1 saja.

"Kenapa?" Tanya mereka lagi, dua yang lain ikut duduk.

"Aku lebih suka sendiri." Tegas ku membuat mereka terdiam, mereka orang-orang yang baru memasuki dunia sosialita kelas ini dan tentu mereka merasakan ancaman tersembunyi di kelas ini. Membicarakan keburukan ornag lebih tidak menyennagkan jadi aku memilih diam ketika mereka seperti mengintrogasi ku.

3 orang ini sewaktu pertama kali mereka berempat, tapi kini mereka hanya bertiga. Selagi mereka mengintrogasi dnegan bertanya-tanya ku kembalikan pertanyaan mereka.

"Jadi kenapa kalian bertiga? Bukannya kalian selalu berempat?" Tanya ku membuat mereka diam, kini kaliamat terpanjang keluar dari mulut ku.

"Ada sedikit masalah."

"Missunderstanding aja." Ucap salah satunya dengan bahasa inggris yang satu lagi hanya diam dan sedikit tertawa pendek.

"Hum," aku melihat ke qorin mereka, ya, tampaknya memang ada pertengkaran mulut.

Bukan hal yang jarang di pertemanan para perempuan adu argument mulut selalu menjadi no 1 atau cakar-cakaran dan jambak-jambakan.

Selagi ucapan dan pembicaraan ringan ku ladenin saja mereka.

Ku akui mereka bertiga semuanya pintar-pintar, cekatan dan bahkan rapi. Tidak begitu lama mereka terang-terangan mengomentari diri ku yang pakai pakaian seadanya, jilbab seadanya dan mengerjakan tugas seadanya.

Beberapa kali Mid smester mereka berada di sekitarku bahkan kalau aku bertanya mereka membantu ku, selagi mereka berada di pertanyaan yang mereka tidak ketahui kini giliran ku yang mengunakan jurus sakti. (Lol)

Terkadang tugas ku di rapihkan mereka, bahkan mereka menunggu ku yang hampir semua mata kuliah menjadi ketua kelas.

Tidak begitu lama aku sedang duduk sendirian di ruang kelas di gedung lama hukum.

TATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang