Bapak yang terduduk lesu itupun langsung bergerak keluar ke mobil nya, ia tampak berdiskusi dengan semua keluarga yang tidak turun ke rumah.
Selagi aku masih berbicara dengan yang lain ia pun datang dan mengajukan permintaan.
"Mbak ta, boleh saya minta tolong?"
"Ya?silahkan..." Jawab ku cepat sambil mengangguk
"Saya mau anak saya berobat, tapi jin yang masuk untuk ngobatin dan nglibat dunia sana biarkan aja mbak..."
Seluruh bibi-bibinya langsung teriak marah dengan menggunakan bahasa daerah.
Bapaknya dan keluarganya tampak ingin membiarkan anak itu tetap menyelami dunia satu lagi.
"Mbak ta kan bisa!"
"Ya... Tapi kau nampaknya gak dengar perkataan anak mu dan aku sebelumnya..."
Dia tampak bingung.
"Anak mu menyembuhkan orang yang gak bisa dia sembuhkan dan sombong. Dunia kami bukan tempat orang yang gak sanggup dan setengah-setengah. Kau gak sanggup? Gila dan mati pilihan. Kau bahkan akan di bully secara batin apabila dukunnya bermain menyerang, terlebih anak mu menerima jin tapi gak sanggup menerima ilmu pengetahuan nya... Jadi? Kau memilih anak mu menggila? Aku sih gak apa...yang sakit juga anak mu bukan aku..." Jelasku.
Bapak itu terdiam.
"Bisa, bisa, santai aja, tapi kalau gila jangan ke sini yah..." Tambahku sambil tersenyum tapi bapak itu langsung pucat.
Seluruh keluarga yang turun pun kembali menggunakan bahasa daerah dan semuanya menuju ke mobil yang kini ada mama tiri dan bebrapa soudara yang lain.
Aku yang di tinggal hanya duduk saja menunggu keputusan selanjutnya, tapi, dari mata ku ini akan semakin rumit, keluarga yang gak iklas, anak muda yang terkucilkan dan tentu masalah ekonomi.
Hmmmmmhhhhhhh...
Tawa nyaring terdengar dari luar '...kau lihat, manusia...'
"Ya, ku juga gak habis pikir...pride? Atau money?"
'uang lah... ahahahahha dan sdikit kebanggaan mereka...'
"Hmmm... Susah kalau gak iklas nih, gimana?"
'lihat saja...oi, gimana menurutmu?'
'gak akan selesai tuntas...'
'selesai tuntas lah kalau anaknya pintar, mau aja jadi sapi perah..'
'berobat dengan serumah gak iklas itu membingungkan...'
'tapi, bibi-bibinya pada mau dia kembali?"
'sedarahnya segaris donggg...'
"Sssssttt..."
Mereka yang berkumpul langsung melihat ku dan tertawa.
'yang lain kan gak bisa mendengar kami...'
'...mungkin dia lupa...wuahahhaah...'
'minum air putihnya...'
Jin yang di luar balik meledek ku, aku waktu itu hanya bisa senyum saja.
Tak berapa lama anak itu datang dengan semangat, aku langsung menyuruhnya berhenti dan berbicara kembali dengan saudaranya.
Sesuatu yang gak iklas akan menghalangi penyembuhannya, restu ibu dan ayah tentu jadi doa' yang kuat agar membantu penyembuhan. Tapi yah mau bagaimana lagi harus di bicarakan baik-baik.
Semuanya ribut d luar dekat mobil, suara bahasa jawa yang gak ku mengerti keluar.
Tapi dari nada marah nampaknya banyak yang tidak setuju dengan pilihan bapaknya untuk tidak tuntas.