"untuk apa mata, kalau kalian menilai seseorang dari telinga"
_TA_
"Ceritanya banyak pasien saya yang galau karena di bully oleh gosip-gosip lewat insta, udah yukk, kaca diri masing-masing, sesempurna itukah dirimu sampai menilai seseorang, ingat yang maha sempurna hanya satu."
_Ta_
"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang."
_al-Hujurat(49):12)._
"apabila kau sebut-sebut aibnya, maka kau telah menggunjingnya; namun, bila kau sebut aib yang tidak ada pada dirinya maka kau telah memfitnahnya"
Lanjut kecerita yuukkk.
***
'ketika di beri sedikit saja kekutan inilah manusia, sombong!'
Tampak sekali datuk lebih marah dari biasanya. Bagaimana kalau mau d gambarkan yah, seperti air yang tenang tapi dalam dan kelam? Mungkin itu pribahasanya, di sekitarnya para ajudan yang biasanya ikut di belakangnya tidak menyertainya ke dalam.
Aku hanya mengintip-intip di ujung mata ku, karena hawa yang sangat dingin seketika ketika ia datang.
'wahai manusia siluman, seumur hidup di bawahi oleh perjanjian, tidak sepantasnya kau memohon maaf, berkaca dan selesaikanlah perjanjian kalian.'
Itu kata-katanya seingatku, mungkin ada kekurangan di kata-kata itu karena datuk panjang lebar membahas perjanjian.
Tentunya kalimat datuk ku sampaikan karena keduanya (abang ku dan temannya itu) kebingungan dengan hawa yang mendingin.
Datuk mengoceh panajang tentang sejarah lama kota ini. Aku menatap bosan, datuk ini memang sangat bijaksana tapi kalau marah sehabis marah panjangnya cerita ujung-ujungnya sejarah.
Aku langsung menengahi sebelum lama aku terbengong dengan sejarah yang akan di ceritakannya.
"Bang DK, saya akan memaafkan bapak mu."
Teman abang ku itupun tampak bahagia "ia Ta, ya ampun makasih."
"Tapi tolong jangan di ulang, ah lalu, kemungkinan para tetua dan yang di suruh mengikuti bapakmu tidak akan di cabut."
"Eh kok gitu?"
"Kata datuk itu pembelajaran, jangan sombong. Di atas langit ada langit, kalau pribahasa mereka kalau kau merasa kuat dengan berjanji dengan jin ketahuilah ada jin yang lebih kuat dari jin tempat kau berjanji."
Ia terdiam dan mengangguk.
'cepat juga kau memaafkan?' datuk melirik ku dengan tatapan penuh tanya.
"Hmmm, bukannya kau yang menyuruhku jangan jadi pendendam? Pendendam bukan kah salah satu rantai setan?"
Datuk hanya bergumam panjang lalu melihat ke arah bang DK.
'kalau begitu aku pergi, melihat mereka rasanya membuat ku ingin menelan mereka dan menghentakan mereka layaknya ludah.'
"Jangan marah datuk, nanti tambah tua."