***
Tidak memiliki alasan untuk menolak aku pun ikut saja ke rumah teman ku satu itu.
Ia sangat senang selama di jalan ia banyak cerita tentang dirinya. Walaupun tanpa di ceritakan aku sudah tahu dari lama.
Sampai di depan pagar rumahnya, hum, anak ini memiliki rumah yang luas dan terbilang di pinggir jalan alias kaya.
Ketika melewati pagar aku terkejut melihat sosok hitam besar di samping pintunya. Seperti 'godam' bentuknya gelap, besar dan memiliki aura yang sangat menekan.
Apaan ini? Rumah seperti ini, apakah itu penjaganya?
Aku berhenti melangkah ragu akan masuk ke dalam rumah itu, insting ku sendiri mengatakan akan bahaya kalau aku memasuki rumah itu.
Dari luar begini aku merasakan banyaknya aura-aura kelam berkumpul.
Apakah orang rumah ini bersekutu meminta perlindungan dengan jin? Ataukah memang pemilik wilayah daerah sini?
"Ta, ayo masuk." Ucapnya menariku agar masuk.
Aku mengangguk, segera ku lepaskan sepatu ku secepatnya.
"Itu, orang tua mu?" Tanya ku basa basi.
"Humh, di toko, mungkin," jawabnya rancu.
"Ahh," aku melihat ke arah pintu dan jendela, rumah ini, sungguh menyesakan.
Aku pun masuk ke rumahnya, bukan hanya karena auranya gelap, bahkan tampaknya cahaya matahari sangat susah masuk ke rumah itu.
"Gak di hidupin lampunya?" Tanya ku dengan sindiran, woi hidupkan lampunya biar terang.
"Masih terlihat kok gak apa, ikuti aja aku."
Aku hanya bisa diam saja, di dalam hati ini rumah atau tempat uji nyali.
Berada di depan kamarnya aku terkejut dengan tatapan tajam yang sangat beda. Sebelum si temanku itu masuk ke kamarnya aku sudah berlari masuk menerobos kamarnya.
Ia merasa heran melihat ku "kenapa?" Tanyanya polos.
"Ada sesuatu, ada sesuatu di ruang tengah tadi." Ucapku.
"Eh di mana?" Ia membuka pintu, terang saja bentuk wanita gelap itu muncul jelas.
Aku segera mengingat ayat-ayat yang biasanya ku baca untuk orang yang kesurupan.
Panas, sesak.
'Keluar!'
'Keluar, keluar, keluar!'
Semakin lama semakin banyak makhluk itu berkumpul mengerumuni ku.
Aku tidak di terima di rumah ini.
"A, aku pulang," ucapku.
"Eh, baru datang, kok langsung pulang."
"Kalau begitu kita cari tempat lain, orang rum..ah."
Kedua tangan bersisik dan berkuku panjang mencekik ku.