Tinggi hati

634 73 36
                                    

"nyawa manusia atau uang dan kejayaan(?), Pilihan yang pasti adalah nyawa, karena hidup di bumi hanya sekali, sampai kita bertemu kembali di hadapannya dan pengadilan nya. Uang dan kejayaan bisa kembali dan bisa pula menghilang tergantung dengan bagaimana caranya kalian bersyukur"

_TA_

#####****#####

Kejadiannya di mulai dari sang anak cowok itu berjalan, liburan ke kota palem##ng.

Mereka mengunjungi seluruh tempat kota itu dan salah satunya sebuah mesjid di palem##ng.

Malamnya sang anak mendapatkan mimpi seorang datuk-datuk yang tidak ia kenal. Setelah itu mulai lah ia bisa melihat jin, tapi tidak terlalu jelas, sekilas dan selewatan.

Orangtuanya, ibu kandung dan bapak kandungnya sudah bercerai, ia tinggal bersama bapak nya, mendengar anaknya bisa melihat jin ia sangat bangga dan bahagia.

Berpikir itu bagus, ia menyuruh anaknya mendalami dan mengenalkannya ke orang-orang agar berobat dengan sang anak.

Ibu kandungnya, yang notabenenya keluarganya memang "juru kuncen" di desa itu ikut bangga dan mengenalkan ke orang-orang juga.

Mulailah ia mengobati orang(?) Dan itu terdengar ke teman-teman nya di sekolah.

Ia mulai di tanya-tanyai tentang segala apa yang ia lihat dan selalu di mintai bantuan.

Sampai titik jenuh dan lelahnya.

***

"Anak ini salah mencari lawan..."

"Apa tuh mbak ta?"

"Ia menyembuhkan orang tanpa mengetahui, lawannya masih aktif menunggu... Yah, lawan yang aktif memang lebih melelahkan," Bagaimanapun lawan yang aktif terkadang melawan balik, mengirim tambahan dan terkadang ada yang mau di ajak bicara. "Siapa terakhir orang yang ia sembuhkan?"

Pasien ibu-ibu yang didepan ku itu agak diam lalu bergumam lama "anu... Tapi pasien terakhir yang ia obati... Gak sembuh juga mbak ta..."

"Pasien sekitar dua bulan yang lalu?"

"Ya...mbak" angguknya agak ragu "masalahnya masih keluarga juga..."

"Yang disembuhkan?" Ibuk itu mengangguk cepat.

"Memang setelah itu dia mulai bengong gitu mbak, gak fokus, lalu di sekolah gak aktif seperti biasanya, dia takut keramaian, lalu akhir2 ini parah seperti orang gila ia merasa kepalanya mau pecah karena sakit kepala dan ia merasa badannya sakit-sakitan, jadi tak bawa oleh bapaknya ke rumah sakit, dokter bilang gak sakit apa-apa, dah dua rumah sakit sampai nglihat kepalanya(?) gak ada apa-apa, tadi pas saya telpon.. dia bilang di anjurkan oleh dokter lihat saraf nya ke rumah sakit jiwa mbak... Kasihan saya." Ceritanya panjang.

"Yah, aku tidak mau berkata lebih sih, selain apa yang ku dengar dari yang qorim dan karim kalian..." Selagi mau meneruskan perbincangan suara handphone berbunyi sehingga aku menghentikan penjelasanku.

Handphone yang berbunyi itu berasal dari pasien ku, ternyata anak yang sedang kami ceritakan sekarang berada di rumah sakit jiwa serang test atau periksa, karena rumah sakit jiwa cuma 20 menitan dari rumah ku mereka penasaran ingin datang meminta pencerahan.

Selagi menunggu mereka datang aku melanjutkan semua pasien yang dah nunggu.

Tak berapa lama satu mobil terparkir di lorong menuju rumah ku, penuh dengan orang(?) Yang turun hanya seorang lelaki tua dan anak muda.

TATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang