***
Persiapan tempur posko kami sudah mencapai puncak, para anggota lelaki berikrar tidak akan tidur dan bersiap tempur.
DL yang memang memiliki kekuatan fisik yang bagus ku minta untuk bergadang.
SREKKKK, Sreeekkk. Lagi bunyi sesuatu yang bergesek dan mencoba di congkel terdengar sekitar jam 2 malam.
Teman ku yang di sebelah ikut terbangun dan selebihnya entah kenapa lagi-lagi terkena sirep tertidur kelewatan.
Trman ku itu segera meraih handphone yang di letakan di bawah bantalnya dan menelpon DL.
Aku dan dia yang bangun hanya bisa menunggu reaksi para anggota yang 'katanya' tidak akan tidur itu.
"WOI!!" Teriak DL, lalu terdengar langkah lari. Aku yang hendak keluar dengan pisau dapur yang jelas terlihat di dekat pintu di hadang sama JN yang rupanya tidak tidur juga.
"jangan, cewek masuk aja!!" tegas JN.
"siapa yang kejar?" tanya ku tetap turun tangga rumah panggung dengan melompat tanpa mengingat aku menggunakan daster untuk tidur kali ini.
"DL dan KM."
Duo anak porkes kah, batin ku melihat ke arah jauh tempat yang gelap di mana mereka mengejar.
Ada teriak-teriakan di ujung sana dan suara lari yang bergema jam 2 itu. Anehnya tidak ada satupun warga yang keluar atau terusik bahkan anggota hanya aku, teman yang tidur di sebelah ku dan JN menunggu kehadiran DL dan KM.
Ketika Mereka datang, mereka menceritakan kegagalan mereka menangkap sang pemaling usil itu karena rute yang tidak mereka ketahui dan hutan. Maklum selain pendatang baru tentu rute-rute tembusan dan pintasan belum di mengerti sekali oleh kami.
Ketua posko kami yang sudah di 'bangunkan' akhirnya menyetujui kami akan melapor kejadian itu ke kepala desa.
Paginya, sungguh takjub kami, kali ini bukan engsel jendela ataupun pintu yang di bongkar sang pemaling. Papan dinding rumah panggung di bobol mereka.
Kepala desa pun mengutus salah satu pemuda desa. Ketua pemuda desa, XX. XX berjanji akan tidur di tempat para cowok dan ikut berjaga.
"ah, ada Ta."
"? " aku sedikit terkejut atas kedatangannya dan panggilannya tiba-tiba. Ia tersenyum melihat ku yang sedang mengangkat piring karena piket.
Kenapa dengan orang ini? Batin ku waktu itu tidak mengerti.
" ah, ia Ta,"
"ya? "
" nanti malam saya akan berjaga di sini."
"kamu?" tanya ku heran, bagaimanapun aku tidak berpikiran sang ketua posko ini kuat, badannya kurus dan tampak tidak akan bisa mengejar maling.
"ya, karena nanti malam aku akan berjaga, boleh aku meminjam selimut mu?"
"hah!!!?" teriakkan yang menurutku pasti akan keluar, orang yang tidak ku kenal meminta selimut ku? Why? No way!
Dingin desa ini pada jam-jam tertentu harus mewakibkan ku menggunakan 2 bahkan 3 lapis selimut dan karpet bulu tebal yang ku bawa. Waktu itu dnegan jujur aku tolak mentah-mentah dan ketua pemuda itu tertawa saja.
Siang harinya, sang ketua pemuda itu tampak tidak menongkrong di bawah aku pun turun dan nongkrong di tempat ruangan tidur anak lelaki.
Berbekal headsets dan handphone aku hanya bisa mendengarkan lagu. Tidak seperti yang lainnya yang membawa leptop.