***
Seharian itu ia selalu batuk-batuk, wajahnya pucat dan ia selalu memakai sweter atau jaket tebalnya.
Pemandangan baru di mana dalam sehari keadaannya berubah derastis.
Aku yang sedang nongkrong duduk di bawah lalu di hampiri oleh ketua posko. Entah ia takut terjadi sesuatu yang lebih parah ia mengatakan kepada ku.
"ta..."
"hm..." aku melihat sang ketua posko yang takut-takut "kenapa?"
"kamu lebih baik berbicaralah dengan dia, gak boleh marah-marahan toh kalian sesama perempuan."
DL yang duduk di sebelah ku tertawa" bro, bro, udah bro, jangan ikut campur, nanti..."
"kalau begitu bagaimana kalau kau ku panggil kafir?" potong ku menatap ketua posko, dengan kasar ia menelan ludah sampai kami kedengaran.
DL segera menutup mataku yang kata mereka tajam "bro, jangan ikut campur, nanti lo yang di sumpah sama nih anak. Gini-gini aku tahu anak ini pahit lidah kalau marah." jelas DL dengan senyuman yakin nya membuat ketua kami itu menganggukan kepala.
Plak, ku pukul kasar tangan DL karena masih amarah mengumpul.
"aduh neng, dapat bulanan yak? Moodnya..." tawa kecil DL.
JN yang duduk di sebelah ku jadi penasaran "memang Ta pahit lidah yah?" tanyanya.
"kenapa?" tanya ku dengan nada tinggi.
DL kembali ketawa "hati-hati anak ini ngamuk nyumpah orang kejadian!" tunjuk DL ke aku, aku membalasnya dengan tatapan "sumpahin aku kaya aja Ta, biar kenyataan. Ahahhaahhahah."
"kalau gitu sumpahin aku ganteng." tunjuk JN kepada dirinya.
"kalian pikir dalam keadaan marah akan keluar kata-kata itu?" potong ku cepat menjawab permintaan absurd mereka.
Ya, aku sangat jarang marah, bahkan tidak pernah. Suara tegas dan ceplas ceplos terkadang membuat mereka berpikir aku pemarah? Tidak memang aku selalu seperti itu. Suaraku memang besar, tegas dan memang aku ceplas ceplos. Tapi aku selalu melihat keadaan dan suasana hati lawan bicara ku.
Tidak mungkin aku seperti di atas apabila aku tidak mengenal orang itu. Biasanya orang terdekat yang mengetahui sifat ku selalu memaklumkan. Biasa orang palembang+lampung.
Aku dalam puncak amarah selalu menangis, jadi marah ku malah menangis bukannya marah. Nah, biasanya marah ku selalu keluar kata-kata seperti kemarin.
Ada banyak korbannya, tapi tidak perlu di bahas.
Yah, salah satunya ini kejadian KKN yang di saksikan oleh orang banyak (anggota posko).
Beberapa kali itu si kacamata mulai menyapaku dari pagi. Tapi, amarah ku malah tambah kesal, yang ku minta kata maaf bukannya kata sapaan pagi.
Si kacamata mulai menelponi orang tuanya bahwa ia sakit. Bahkan dalam keadaan sakit ia sendirian, why?
Si kacamata adalah biang sindiran dan suka memendam makanan sendirian. Pertama datang ke desa sih ia di jilati(puji) oleh anak yang lain, tapi lama kelamaan sikapnya yang melunjak, pilih kasih, menyindir, dan sok membuat ia mulai di benci dan di jauhi di pertengahan bulan anggota posko ini.