***
Seperti biasa, pagi yang sangat dingin menembus ke rumah panggung yang menjadi basecamp kami, penyelesaian hasil rapat banyak sekali memenuhi proker kami. Di tambah para pemuda siap membantu semua kegiatan yang dari gotong royong, membuat lapangan, membuat pagar dan membuat taman tanaman sehat [saya lupa sebutanya lol].
Karena baru saja datang ke desa itu dan telah di terima dengan hangat kami gampang berbaur dengan mereka.
Para lelaki bahkan sampai subuh berbicara di luar rumah panggung kami karena para perempuan mereka larang untuk ikutan sampai larut.
Kelaparan pagi mulai melanda pagi itu, para piket mulai mencari bahan untuk masak selama 3 kali sehari.
Terlalu dingin keluar dan terlalu lambat mereka ingin membuat cepat. Yang di luar sedang menyapu hasil sampah tadi malam ini sudah mulai tidak merasakan dingin walau uap udara dari pernapasan masih tidak bisa menyangkal dingin nya hari itu.
"rrrrr, ada yang bisa bangunkan anak cowok?" jelas De teriak dari jendela, melihat 3 orang yang menyapu salah satunya saya.
"kenapa?" tanya ku sambil menyenderkan dagu ke pucuk sapu.
"air kita habis. "
"loh? Bukannya kita baru saja beli?" tanya Salah satu yang ikutan menyapu.
"galon yang itu gk ada kerannya, kalau bisa kan anak cowok tumpahin atau air nya di pindahkan ke galon yang ada keran. " jelas De.
" hmmmm, hanya itu? " tanya ku dan di jawab anggukan" kalau itu gak perlu bangunkan mereka aku bisa! "
" gak boleh lah, harus yang piket!" celetuk si kacamata datang dari wc. Untung saja aku bangun pagi dan sholat di mesjid warga jadi menjadi first yang duluan ke wc.
"kaku banget neng, kalau kita bisa yah lakukan!" ucap ku langsung naik ke atas tanpa memikirkan apa yang ia katakan. Aku membuka segel galon dan mengangkat galon yang membuat mereka terkejut. 3 galon berkeran akhirnya terisi dengan kata lain aku mengangkat 3 galon yang berisi air ke tempat kosong. Yang piket pun mulai kembali memanfaatkan air.
"kalau gak gerak cepat, makan pagi jadi makan siang!" aku tertawa kecil berbicara dengan 3 orang yang piket termasuk De yang ikutan tertawa tanpa memperhatikan wajah si kacamata waktu itu aku kembali menyapu di bawah.
Setelah itu, para anggota lelaki satu persatu bangun, yang piket pun berterima kasih kepadaku karena sudah membantu.
Makan pagi, lalu rapat pagi, saran pagi, dan kerjaan kerjaan untuk selanjutnya.
"anu, maaf, " salah satu yang tidur di sebelah ku mengangkat tangan "aku lan kerja di sma XX, tapi ada surat yang harus ku buat dan belum kubuat aku harus kembali ke kota."
Ketua pun mengangguk menyetujui "berapa hari?"
" 3 harian."
"ok"
Yah, dia pernah mengatakan kepada ku, atau lebih ke curhat, ia kini sudah berkerja sebagai guru honorer di sekolah ia dulu bersekolah, sambil kuliah dan mengerjakan skripsi. Rupanya banyak dari anggota posko sudah mengajukan skripsi bahkan sudah ujian seminar. Aku memang sudha mengajukan judul skripsi ke bagian hukum internasional dan di terima. Tapi aku terpentok atau terbentur dengan dosen yang ehhmmm, begitulah.