Sakit

1.8K 161 20
                                    

***

Selalu, ku biarkan siapapun meramal dengan ku tanpa meminta imbalan, iklas dan ku anggap mainan karena ku pikir hanya membukakan kartu toh, kan simpel.

Suatu hari aku sedang santai bermain leptop. Entah kenapa setiap elektronik yang ku sentuh tidak akan bertahan lama ataupun elektronik yang di masukan di kamarku.

Tv dan Ps2. Dvd dan Tv besar. Lebih naasnya handphone dan leptop. Aku di berikan handphone ketupat (no*ia) waktu smp dan itu tidak bertahan lama, termasuk handphone ku yang sekarang. Entah diriku yang sial dengan elektronik atau elektronik membenci ku.

Menggunakannya di luar kamar lebih aman.

Waktu itu dapur ribut tiba-tiba. Mama ku yang meladeni orang itu jadi ku pikir aman-aman saja, penasaran karena mereka masih berbincang aku pun keluar atau lebih tepatnya mengintip.

Seorang bapak-bapak berdiri di teras rumah dan tampak kebingungan.

"Benar kok bu' saya di suruh kemari..." ucapnya ragu dengan kata-katanya.

"Lah, di sini gak ada jeruk nipis," Jawab ibu ku heran "untuk apa juga kami menyembunyikan jeruk nipis, keliling aja gak ada beneran, siapa yang suruh kemari?"

"Ibu gak akan percaya kalau saya ngomong siapa, tapi ia berkata ada obat menyembuhkan istri saya di sini." Ucapnya lagi meyakinkan ibuku.

"Kalau gitu, coba deh keliling nih rumah, beneran tidak ada jeruk nipis."

Segera bapak-bapak itu berkeliling, tentu ia tidka menemukan jeruk nipis bahkan batangnya tidak ada. Bapak itu heran lalu menelpon, tidak lama ia permisi dan pergi.

Mama ku masuk dna melihatku yang berposisi duduk di ruang tamu.

"Siapa tadi ma'?"

"Entah, mama gak kenal, katanya dia dari papua jauh-jauh kemari nyari jeruk nipis untuk berobat istrinya." Mama ku menghela napas panjang "udah di bilangin gak ada dia tidak percaya, yah, puasin aja lihat di sekitar rumah ini kalau ada batang jeruk nipis."

Aku hanya menjawab dengan gumaman.

"Dan lagi, siapa lagi yang bilang rumah kita punya penyembuh." Kesal mama ku lalu jalan ke dapur melanjutkan makannya.

Aku melihat jauh dari jendela, orang itu. Karena tidak mengerti juga aku kembali melanjutkan aktivitas ku bermain leptop.

Tidak berapa lama sebelum menyambut puasa seorang nenek yang pincang datang berjalan tertatih-tatih ke rumah.

Aku sedang menyuci baju waktu itu, tentu ku biarkan saja itu ibu berbincang dengan mama ku. Toh tetangga.

Bukannya nguping yang kuingat perkataan si nenek itu adalah.

"Besok saya ke pa*ang..."

"Loh kenapa?" Tanya ibu ku.

"Saya oprasi kaki, syaraf kejepit," Ibuku bergumam panjang sambil mengangguk-angguk, mungkin "entahlah, tiba-tiba saya punya perasaan yang mendorong saya datang ke mari, padahal rumah kamu jauh walaupun kita tetangga."

Ya, rumah nenek itu 7 rumah dari rumah ku dan dekat dengan mesjid. Tidak begitu jauh untuk anak muda, tetapi unyuk nenek-nenek yang tua dan sakit tentu sulit.

TATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang