"Permasalahan manusia dengan manusia (habluminanas) tidak akan terselesaikan apabila kedua belah pihak tidak berbicara."
_TA_
"Bahkan Allah maha pengasih, maha penyayang dan maha pemaaf. Salah atau tidak, meminta maaf dan berterima kasih adalah ungkapan akhir permasalahan Habluminanas. Jadi, bukan mencari masalah tapi mencari titik terang silahturahmi"
_TA_
***
Semangat nya dia menunggu giliran sekitar mau masuk ashar aku istirahat sholat tentu banyak pasien yang lain mencar ke mana-mana. Ia menunggu ku agar bisa memotong antrian ketika semua sedang pergi.
Usai aku kembali mengintip ke ruang tamu, ia berwajah cerah dan menunjukan membawa jajanan.
Aku terkejut orang ini membawakan jajanan ku, ia baru pertama kali datang, dari mana dia tahu? Ah mngkin ini kedua kalinya dia datang?
"Ini Ta, makan dulu." Ucapnya malu-malu.
"Ah, ya," Aku pun duduk saja dan melihat isi dalam pelastik putih itu. Coklat dan susu yang memang kewajiban ku di makan agar mengembalikan setamina.
Aku melihat ke orang ini dan melirik kembali jajan coklatnya. Segera ku ambik susu dan ku buka ku minum satu.
"Ah, tadi berbicara dengan bapak, katanya pasien kamu biasanya bawa-bawa ini kan yah."
Aku mengangguk saja. Karena aku tidak boleh meminta dan menolak. Inilah yang membuat banyak orang juga bertanya kepada ku.
Kenapa tidak mematok harga? Atau kenapa aku tidak meminta uang yang jumlahnya besar? Apa saja makanan yang ku sukai? Dan banyak lagi.
Aku tidak terlalu memikirkan keinginan ku, aku makan apapun yang di berikan oleh pasien ku, segala jajanan, minuman bahkan ada yang pernah membawa rendang.
Keinginan ku lebih tipis dari yang dukun atau apalah yang memasang patok harga.
Aku pun tidak memasang iklan, sepanduk atau memaksa pasien ku, yang ingin sembuh adalah mereka bukan aku. Aku hanya perantara dan membantu doa dan memberikan masukan kesalahan yang mereka lakukan.
Mereka membawa sesuatu ya alhamdullilah, biasanya memang abang atau mama ku lah yang menyuruh adik-adik smp atau sma yang suka ramal membeli jajan dan akhirnya kelihatan dengan pasien yang lain. Menjadi hukum kebiasaan ke pasien-pasien yang lain pula membawa sesuatu.
"...jadi,"
Aku melihat ke bapak itu.
"Terima kasih banyak," Ia menundukkan kepalanya "akhirnya saya mengerti dengan kesalahan saya."
"Begitu, jadi?"
"Saya mendapatkan proyeknya dan alhamdulliah sedang jalan..." lanjutnya bercerita "...dan masalah dengan anak, akhirnya saya sadar, selama ini saya tidak dekat dengan anak saya."
"Saya menyerahkan segalanya ke istri saya, rupanya kepercayaan saya malah di salah gunakan istri saya."
"Kau ingin menyalahkan istri mu?" Tatapku sinis, ia tampak sedikit menegerucut takut, ya, orang-orang selalu mengatakan mataku sangat menakutkan bahkan sangat mengitimidasi. Ada yang mengatakan mata ku kadang-kadang bukan seperti mata ku? Maksudnya entahlah tapi aku menganggap pandangan ku pandangan biasa dan mata ku mata biasa.
"Tidak, saya datang kemari untuk intropeksi diri dan membenarkan kesalahan saya selama ini." Yakin nya.
Aku hanya bisa tersenyum mendengar niat nya "jadi?"