"apabila sebegitu sibuknya kalian sampai tidak sempat lagi berdoa, setidaknya berbuat baiklah, karena dari perbuatan baik kalian sudah berdoa."
_TA_
***
Seminggu lebih, ketua posko kami memutuskan menelpon sang kacamata untuk kembali dan meminta maaf.
Mulai merasa ada yang aneh dengan penyakit yang tiba-tiba itu dan bahkan dokter bingung penyakit apa, tapi batuk dan demamnya tetap saja berkelanjutan. Dokter di Jakarta pun bingung, ku dapat kabar dari ketua posko bahwa anak itu mau ke Singapura.
Terserahlah ia mau ke mana, aku di sini mengurus proker ku satu persatu.
Karena lapangan voli di serahkan DL kepada ku, aku jadi ikut bertanggung jawab dalam pembersihannya.
Seluruh anggota pemuda di sana ikut membantu, termasuk 3 pemuda yang berusaha mencuri tapi tidak mempan dengan penjagaan aku dan DL.
Aku memandangi anak itu yang menggunakan baju hitam dari jauh, aku sedang berteduh di bawah pohon besar yang tidak ku ketahui pohon apa. Pohon tunggal besar itu cukup teduh, aku yang menggunakan baju training duduk di sana.
"Ta."
Seorang anggota posko yang ikut membantu membersihkan duduk di dekat ku menyenggol dengan siku nya.
"HM?"
"Itu, si Pemaling itu kan?" Tunjuknya ke orang itu.
Aku langsung memegangi jari telunjuknya yang tidak sopan menunjuk langsung, pada saat bersamaan ku bengkokkan jari itu.
"Sakit, sakit, sakit, sakit!!!!!" Histerisnya.
"Jangan main tunjuk begitu!" Tegas ku.
Ia segera memukul pundak ku kuat "aish, sakit nih telunjuk!"
Ia menunjukan jari telunjuknya mengancungkan nya tepat di depan mata ku. Aku hanya menjawab dengan memelengkan kepala ke arah lain dan melihat jauh.
Untungnya desa itu memiliki tanah daerah yang cukup memadai untuk di jadikan tanah lapangan. Lapangan voli, lapangan bola kaki, dan lapangan takraw.
3 lapangan itu yang akan di jadikan dan menjadi proker untuk anggota kami.
Setiap satu orang memiliki 5 proker. Berkat DL yang baik hati dan pintar menabung itu menyerahkan salah satu proyek yang harusnya anak porkes yang mengerjakan, ia dengan senang hati memberikan salah satu proker lapangan nya kepada ku.
Proker kedua ku adalah proker rambu lalu lintas, masuk ke ilmu hukum jadi aman. Karena wilayah yang berbelok dan penuh tikung-menikung ku rasa itu bagus di angkat menjadi proker.
Lalu proker lapangan ku di toga. Yang Alhamdulillah di bantu ibu-ibu desa.
Proker lainnya tentang hukum.
Aku melihat ke atas, langit yang tadi nya biru mulai menghitam dan angin-angin besar bermunculan.
Mau hujan? Batin ku waktu itu. Entah kenapa aku berpikiran tentang nasehat yang ku dapatkan.
Hati-hati, hutan, air, jalan!
Mata ku terbuka lebar lalu melihat ke sekeliling.
Hutan!!!!
Lapangan yang akan di jadikan itu di kelilingi pohon dan di pedalaman hutan, jauh dari desa dan berada di dataran yang sangat tinggi.
Jalan!!!!