"Terima kasih, adalah penggalan kata, Terima dan kasih. Seringlah apabila kalian mendapatkan rezeki, biasakan menerima dan lalu mengasih."
_TA_***
Kami sampai subuh di sana, karena memang jauh dari kota perjalanan lebih jauh dari yang di kira.
Sesampai di sana istirahat sebentar di salah satu rumah paman ku. Ia terkenal dengan mengurut.
Sesampai di sana aku hanya bisa melihat seorang nenek-nenek yang di sebelahnya ketika sedang mengurut. Ketika giliran ku si paman tampak meminta izin terlebih dahulu baru mengurut ku.
Merasa sudah di urut mama ku mengatakan akan aman-aman saja dan ia mengajak ku ke Lampu*g untuk ke tempat keluarga ibu ku.
Sorenya kami langsung pergi dari sana.
Kami tidur di rumah bibi yang paling tua, setiap kami pulang kampung semua dari mereka berkumpul.
Seorang suami sepupu ku K tampak duduk di teras sendirian.
"Oh, Ta! Sini." Sapanya.
"Ya."
"Gimana? Mana oleh-oleh dari sana?" Seperti biasa ia orang yang suka bercanda dan sangat supel ke semuanya.
Kami berbicara basa basi seperti biasanya walaupun yang paling banyak bicara adalah dia, sesekali ia bernafas tersengal. Merasa aneh ku fokuskan ke pandangan ku kebadannya.
Terkejut sekali ketika aku melihat di dalam perutnya sesuatu yang hitam berputar-putar di perutnya.
Asap kah? Karena ia sering merokok? Pikir ku waktu itu.
"K, si Z mau ke rumah ambil itu..."
"Sekarang?" Tanyanya melihat ke ruang tamu yang kini ada istrinya yang sepupuku dan Z yang sepupuku juga.
"Ayo, Ta ikut juga," Ajak Z "kita k rumah baru♡." Tambahnya, aku tidak menolak toh aku tidak ada kerjaan dan aku mengikut saja.
Di dalam mobil ku usahakan tidak duduk di samping sang sopir dan duduk di belakang sopir.
Aku lebih memilih menggunakan headsets dari pada berbincang di alam mobil. Di perjalanan banyak sekali makhluk-makhluk yang terlihat oleh mata ku.
Sesampai di rumah, ketika aku membuka pintu mobil dan mengeluarkan satu kaki ku. Sesuatu yang sangat menakutkan memantau ku.
Badan ku seketika dingin tanpa pemilik rumah menyuruh ku masuk aku menyeloning masuk dan mencoba merebahkan badan begitu saja di semen. Karena rumahnya masih baru di bangun yang di dabati di lantai yah lantai semen.
"Aduh, kok baring gitu, tunggu di bentangkan tikar." Ucap sepupu ku melihat ku seperti orang yang kecapean.
Suami istri itu serempak mencari bantal dan tikar melihat ku lesu terbaring.
Perasaan tidak enak itu masih masuk ke dalam rumah. Merasa panas dingin aku mencari cara menenangkan diri.
Tampaknya di dalan rumah pun banyak sekali penghuni nya.
"Aku mau ke Wc dulu..." ucap ku mencoba menegakan badan.
"Di sana!" Tunjuknya.
Merasa akan menjadi pertarungan sengit apabila aku tidak hati-hati di Wc aku membaca doa masuk Wc dan memasuki wc dengan kaki kiri.
Di dalam sana aku mencoba menenangkan diri. Ketika keluar keadaan masih canggung maksud ku dengan jin nya.
Semakin banyak dari mereka ketakutan dan ada yang penasaran dengan ku mencoba mengintip-intip.