SMP TA

3.7K 257 12
                                    

Seorang anak berjilbab berdiri di pojokan parkir para guru, terdiam melihat segerombolan banyak anak-anak yang langsung masuk ke dalam mencari ruangan.

Diam melihat ke banyaknya arah dan tidak mengerti arah mana yang harus ia lewati, ia memandang saja. Setelah agaknya sepi ia mulai berjalan pelan lurus entah berpikiran itu jalan yang benar.

Keadaan tiba-tiba mendingin, seorang perempuan cantik tersenyum kepadanya, anak berjibab itu tertengun melihat perempuan cantik melayang di antara dua pohon yang berdiri kokoh.

Perempuan itu menggunakan gaun adat yang indah dan melambai. Rambutnya hitam panjang dan lurus. Terlebih lagi senyumnya yang penuh misteri dan ia melayang tidak menyentuh bumi.

Kenapa ada kakak itu di sana?

Itu pikiran utama bagi anak berjilbab itu membalas senyum cewek itu.

'Kelasmu' ucapnya sambil menunjuk ke salah satu ruangan.

Anak berjilbab itu mengangguk dan langsung berjalan ke tempat yang perempuan melayang itu tunjuk.

Mata anak berjilbab itu mencari namanya di depan pintu kelas dan matanya membola melihat namanya tertulis di sana.

Ia memasuki kelas dengan ragu karena tidak memiliki teman sama sekali dari lulusan sd nya. Sekolah yang ia ambil adalah sekolah di mana kakak laki-lakinya berada. Sekolah elit di mana anak-anak pintar ngumpul.

Lucky, yah, kata-kata itu selalu menempel di badannya. Anak itu tidak pintar sangat dan tidak bisa olahraga. Di umurnya yang seharusnya masih sd ia sudah masuk ke kelas 7 (1 smp).

Melirik sambil mengelilingi tempat untuk ia duduk, seorang anak berambut gelombang dengan ponytail memanggilnya.

"Nyari tempat duduk?," Anak berjilbab itu mengangguk "sini aja di sebelahku." Ucapnya tersenyum ramah.

Anak berjilbab itu menyempitkan matanya yang emang udah sipit dan menatap ke belakang anak yang mengajaknya bicara setelah itu ia mengangguk.

Dapatlah ia duduk di paling depan dan mejanya nyaris mepet dengan meja guru.

"Nama saya __, panggil aja Mi, salam kenal."

"Ta, salam kenal," keduanya berjabat tangan dan melihat beberapa orang yang memasuki kelas dengan mencari bangku, anak baru masuk sih, kelas baru juga, jadi agak susah menyesuaikan diri.

Mata anak berjilbab itu tidak fokus, matanya berjalan-jalan melirik ke sekitar kelas, belakang, depan, bawah, anak itu pun mengangkat kakinya.

"Kenapa?." Tanya Mi yang duduk di sebelahnya dengan menatap heran.

Anak itu menggelengkan kepalanya "tidak ada."

Mi bergumam "jadi kenapa kamu duduk seperti itu?." Tanyanya sambil menunjuk anak itu yang duduk dengan bersila melipat kaki di atas kursi padahal dia menggunakan rok panjang.

Anak itu mengangguk "udah jadi kebiasaan." Ucapnya sekedar mencari alasan, ia melihat ke bawah, tampak sosok dua tangan yang jari-jarinya panjang dan berjalan-jalan sambil mengesek kayu kursi di bawahnya.

Ia menaruh tas di atas mejanya karena ada beberapa mata kecil di dalam laci mejanya mengeliat melihat ke berbagai arah. Di antara jalan-jalan dari meja ke meja sebelahnya ada seorang cewek seperti Nina, tetapi wajahnya berbeda, ada sekitar 25 makhluk yang mirip dengan Nina di kelas itu.

Belum lagi kakak putih yang di baluti kain kafan dan mirip guling di kamarnya senyum-senyum di dekat meja guru. Ada sekitar 5-6, 6 nya tidak yakin itu tergolong kelompok mereka atau tidak.

Sedikit menghela nafas anak berjilbab itu tetap mempertahankan bersila di atas kursi dan tiba-tiba ada goncangan sedikit dari kursinya.

"Hei, kita tetanggan!" Ucap orang di belakang, Ta menoleh ke belakang di mana ada dua anak gadis seusianya. Satu seperti orang cina yang kulitnya putih dan manis. Satu lagi cewek berambut gelombang minor ikal di ujung rambutnya dan ia berkulit coklat sawo.

TATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang