Berdoa adalah kunci satu-satunya apabila kita di permainkan oleh jin. Beberapa ayat ku baca di dalam hati sambil mengatur pernapasan agar bisa banyak mengulangi ayat yang ku tujukan ke air.
Air kembali tenang dan membuat sopir pengendali kapal kecil itu terkejut dan langsung membanting setirnya untuk kembali masuk ke dermaga kecil di sebrang.
Ketika aku melihat di seberang sudah tidak ada cowok aneh itu.
Sesampai di dermaga aku bersyukur sekali bisa meminjakan kaki ke tanah secepatnya. Tanpa bantuan sang sopir aku langsung melompat ke dermaga dan berlari ke atas.
Di atas aku di sambut dengan kelenteng dengan depan gerbangnya merah semua.
Aku melihat gerombolan dosen yang tadinya berbincang langsung merasa lega melihat beberapa dari kami turun dari kapal.
Dosen yang menjadi penunjuk jalan pun siap memandu kami masuk keliling kelenteng.
"Welcome to..........."
Ia menjelaskan sangat panjang, dengan gaya bicara yang Playfull agar semuanya melupakan kejadian aneh di sungai tadi.
Yaph dia berhasil membuat semuanya tertawa dan tertarik.
Setelah itu kami memasuki tempat itu dan berkeliling. Terdapat patung berdasarkan tanda kelahiran, lalu ada patung yang menandakan bencana, patung yang paling besar dan banyak sekali.
Semua foto-foto dengan gembira, pada ngambil foto dengan patung, aku ngambil foto dengan tiang bendera.
Tingkah ku yang foto di tempat yang gak ada patung membuat 'orang itu' tertawa.
(P.s: dia pakai bhs Inggris jd tak translite aja apa yang ku tangkap dari kata2nya)
"Kenapa? Takut?" Tanyanya kepadaku sambil tetap menjaga jarak.
"Aku hanya takut sama Allah." Tegas ku dengan sambil menggunakan gerakan tangan dan di jawabnya dengan pandangan yang lama.
Menangkis pandangannya aku berjalan cepat, ia tipe jin yang cerdas, bisa di bilang setingkat jin-jin yang tinggi.
Tapi, caranya agar masuk ke dalam tubuh manusia begitu lama, bagaimana? Itu yang menjadi pikiranku selama di perjalanan.
Di patung bencana aku di ajak berfoto, semua berfoto dengan bergaya berdoa sedangkan aku berfoto dengan gaya kedua tangan di terlentangkan.
"No, No, No!!!" Tegur keras pemandu, dia mencontohkan gaya berdoa mereka dan menginginkan aku untuk melakukan hal yang sama.
Aku hanya mengangguk saja dan mengajak pemandu perjalanan kami yang funky itu berbicara agar melupakan aku mau berfoto dengan gaya berdoa ke patung.
Tentunya dengan English pas-pasan ku, aku berhasil mengecoh pembicaraan.
Di ketahui sang pemandu rupanya menyukai hal yang sama dengan ku.
He he he he, berkat itu di perjalanan ke tempat makan aku mendapatkan sushi gratis yang halal untuk makanan tambahan ku.
Mengingatnya waktu itu membuat ku tertawa, masalahnya pak pemandu itu berpisah tempat makanan dengan yang muslim.
Ketika dia melihat ku ia langsung berteriak "here, halal sushi!" Tunjuknya ke arah sushi yang harusnya di peruntukkan para dosen.
Tentu sebelumnya ia menanyakan terlebih dahulu sushi itu halal atau tidak di hotel tempat kami makan itu.
Aku? Tentu saja tidak menolak, ahahaha, halal, gratis, dan bisa ambil banyak :v. Kelompok kami senang mendapatkan makanan tambahan (tentunya dariku?) Dan aku mengambil tisu untuk membungkus beberapa kue, roti dan sushi yang tak habis.