Kakak-Adik (3)

1.5K 173 38
                                    

***

Dari penjelasan abang ku, malam setelah ia masuk ke dalam kamarnya setelah saling menatap mata ku entah kenapa banyak bayangan masa lalu berdatangan.

Ditambah air matanya tidak henti keluar, perasaan sedih, menyesal memendam rasa amarah yang besar.

Semalam ia hanya bisa menangis dari sekian lama dia tidak menangis.

"Abang tahajud tadi malam, entah kenapa kepingin curhat sama Allah." Lanjutnya bercerita.

Aku dan adik ku hanya mendengarkan saja, sesekali adek ku si Ar it ketawa melihat abangnya heran kenapa ia menangis bahkan memperaktikkan bagaimana kejadian malam itu.

Abang ku hanya bisa tertawa saja di peraktekan oleh adeknya yang menyindir.

Aku menjelaskan bahwa aku pun salah membiarkan cucian dan menjelaskan amarah nya yang tidak terbendung sudah di pengaruhi setan.

"Namanya marah, mana bisa di rem." Celetuk nya membuat kami tertawa kembali.

"Tapi ayuk bisa menghentikan nya bang?" Potong cepat adek ku lalu memperaktikan gaya memegang leher dan gaya menangis.

"Lah si Ta kan beda."

Kami tertawa mengingat kejadian semalam dan mengkoreksi kesalahan kami masing-masing.

***

berselang 3 bulan, aku tetap mengobati seperti biasa.

Kabar datang, ibu yang bermasalah cas an hp itu meninggal dunia.

Banyak yang datang ke tempatnya mengatakan wajahnya seprti orang muram dan hitam.

Yah, gosip-gosip saja.

Aku tidak datang karena tempat yang jauh, Aceh.

Lalu ada banyak sekali pasien yang ikut bertanya karena mereka mendengar cerita ibu itu yang teriak-teriak.

"Hm?" Aku melihat abang ku yang tampak mumet banget.

"Kenapa bang?" Lanjutku bertanya.

Ia menatapku lalu menyipitkan mata nya yang sudah sipit.

Tampaknya ia mendapat derita duniawi.

"Kenapa?" Aku masih menatapnya, atau bisa di bilang mengintimidasinya.

Ini orang kalau marah bisa-bisa meledak apabila tidak di bicarakan. Banyak korban berjatuhan.

Lemari, kaca, ember dan lain-lain. Ya untungnya hanya barang tempat ia mengamuk, tapi hati-hati juga kalau dia sudah mendumel.

Kebetulan di rumah hanya aku yang jarang marah (ahahahha) kalau marah abang ku langsung tahu dan membelikan coklat (ahahaha).

Sebagian pasien ku sudah tahu juga kebiasaan konsumsi ketika marah atau bad mood ku.

"Ini, lihat abang gak ketemu jalannya..."

"Hmmm, jalan apa?"

Ia menceritakan masalahnya yang mencari jalan keluar untuk orang lain dan ia ingin meminta bantuan orang lain juga. Jadinya ia orang tengah?

TATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang