"komunikasi itu perlu, selagi bisa bersama keluarga ayo buat ' waktu keluarga ' di mana kita bisa berresah dan bertanya masalah."
_TA_
***
"...berdebat..." Gumam panjang ibu itu sambil melihat ke bawah meja "orangnya berjilbab gak?"
"Kenapa harus aku ceritakan ciri-cirinya kalau anda sudah merasa ada masalah?" Tanya ku balik.
"Biar gak suudzon loh Ta." Ia terkekeh.
"Entahlah... Kalau ku beritahu juga tambah suudzonnya." Tegas ku.
"Kalau gitu bisa minta Ta sembuhkan yah." Ucapnya lagi sambil menatap ku.
Aku menatap ke Qorin dan lalu mengeluarkan napas yang panjang.
"Saya tidak bisa bu, ini masalah antara manusia dengan manusia..."
"Ta kan juga manusia?"
Rasanya ini ibu pinter banget juga motong-motongnya.
"Saya belum selesai bicara loh, dengerin!" Tegas ku dengan suara agak tinggi.
Ibu itu cepat diam dan menatapku.
"Ini masalah antara dua orang manusia, saya tidak mau ikut campur, dan lagi orang ini terbilang dekat jadi..."
"INI PASTI ADIK SAYA KAN MBAK??? PAKAI JILBAB!!!" Kesalnya memeotong kata-kata ku sambil meninggikan suara yang dari tadinya lemah lembut walaupun motong-motong pembicaraan dari tadi.
Aku kembali menghela napas "orangnya gak ada di kota ini loh..."
"Ia, dia di aceh! Nah kan bener! Adek saya itu mbak, dia nyantet saya? Atau apa mbak?"
Ahhh, melelahkan berbicara dengan orang ini. Batin ku waktu itu sambil mendengarkan banyaknya celotehan, makian keluar dari mulut itu ibu.
Jadi ini tadi siapa yang bilang gak boleh suudzon?
Hah~
Aku menghela napas dan mulai tidak tertarik dengan semua yang ia katakan.
"Maaf loh ibu, silahkan pulang." Ucap ku ingin segera mengakhiri pertemua dengan ibu ini.
Dia terdiam dan berpikir tenggelam dalam lautan suudzon.
"Gak bisa di sembuhkan Ta?"
"Bisa asalkan kamu meminta maaf." Jawab ku cepat.
Wajah ibu itu mengerut dan tampak kesal "enak aja, bukan saya yang salah!"
Ok, fix ibu ini gak bisa di sembuhkan, batin ku langsung menjawab.
"Adik saya itu yang salah! Masak saya yang minta maaf!!!" Tegasnya sambil melotot menatap ku.
Aku mengangkat bahu saja dengan senyum lebar.
"Masalahnya Ta, ini gara-gara..."
"Cas an handphone?" Potong ku, karena Qorin sudah bercerita duluan.
Dia agak diam lalu mulai berbicara panjang, lebar, persegi nya permasalahan cas an handphone.
"Kan belum tahu kamu, dia atau bu..."
Ibu itu menggeleng keapalanya dan tampak yakin "saya yakin dia Ta, saya tahu benar adik saya satu itu main DUKUN!!! Dia juga suka ngopi, dia itu kenal dengan dukun sana!"
"Saya pernah kedukun, katanya memang benar adik saya itu pelakunya!"
"Kata mbah dukunnya...."
Dan dia bercerita panjang bla bla bla.