KKN TA (6)

1.5K 165 29
                                    

"ibadah ku bukan lah untuk menjadi pertunjukan dan di tunjukan,  ibadah ku biarkanlah aku dan Allah yang mengetahuinya."

_TA_

***

Kembali, aku memberikan peringatan ke teman-teman terdekat ku dan pasti anak hukum. Namun namanya musibah yang tidak bisa di hindari tetap datang,  ya datang begitu saja. Hanya Allah yang mengetahui hidup mati seseorang,  selagi kami di uji dengan sikap usil maling yang masih datang ke rumah panggung kami tercinta, pada maghrib itu berita musibah datang dari posko yang tidak jauh dari wilayah kami.

"ayo, habis sholat maghrib kita makan!" perintah kepala posko kami. Aku,  bumil dan yang satu anggota tidak beragama islam duduk di pojokan sedangkan semuanya mulai sibuk bersiap sholat si kacamata melihat ku dengan tajam dari balik kacamatanya setelah kubalas menatap ia malah acuh dan berdecak keras.

'ahahahahah,' aku tertawa kecil.

"kenapa?" tanya bumil.

"tidak apa." jawab ku singkat.

'eh,  Ta, tadi ketika orang sibuk kamu ambil wudhu dah sholat?' bisik yang non.

"ya, serempak dengan bumil,  heheheh." tawa ku terkekeh.

Tiba-tiba mati lampu dan membuat lampu senter di handphone di gunakan.

Yang piket hari itu sibuk menyiapkan tentu aku yang hari itu ikut piket bantu mengangkat semua keperluan.

Seusai makan kami masuk mode rapat kembali. Mulai lah kembali banyak sindiran dengan kata-kata yang terselubung.

Ahhh, ini memang bukan gaya ku sama sekali, batin ku sambil mengelengkan kepala.

Kali ini yang menyindir si kacamata sambil menatap ke tempat lain "lalu yah,  untuk yang anggota perempuan, tolonglah yah,  jadi kodrat wanita itu memasak,"

Ah, ni orang menyindirku, batin ku lagi,  ya,  dari kalangan anggota perempuan aku orang yang tidak mau membantu memasak, bukan karena aku tidak bisa masak, tapi ketika mereka berkumpul memasak yang kudapati mereka menggosipkan orang lain yang tidak ada di tempat. Aku paling malas meladeni gosipan-gosipan sehingga aku membuat perjanjian untuk menyuci piring biarkan aku sendirian mencuci semuanya.

Si kacamata mengkode De,  sang sekretaris.

Tampaknya aku mengerti siapa yang akan di permaslahkan dalam rapat satu ini.

"lalu, anggota perempuan juga, " lanjut De setelah saling tatapan mereka dalam remang sinar handphone.

Kenapa mereka tidak langsung bicara dan menyebutkan namaku saja? Sulit sekali menjadi manusia, ah, aku manusia. Atau hanya aku saja yang berpikiran to the point ke orangnya itu lebih mudah?

"tolong jangan nongkrong lama di tempat lelaki, masak dan sholat." ucap De masih menjaga-jaga.

"ia,  islam tapi gak sholat." celetuk si kacamata.

Aku tertawa saja, geli melihatnya. SS melihat ku yang tertawa dan ikut tertawa.

Ah,  SS salah satu yang suka nongkrong di tempat lelaki juga, batin ku mengangguk mengerti,  tampaknya yang bermasalah bukan hanya aku?

Selsai itu,  karena gelap yang membawa leptop menyiapkan proker nya,  aku yang hanya membawa kasur dan alat-alat yang tidak bisa di gunakan dalam mengetik duduk kembali di pojokan tempat biasanya aku tidur.

Permasalahan maling yang mencoba masuk ke tempat kami mulai kami ceritakan dengan ibu pemilik rumah dan bapak. Mereka menganjurkan agar kami berbicara dengan ketua pemuda, esok hari, dan berhati-hati malam ini.

TATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang