"Alhamdullilah, sebentar lagi ramadhan tiba, Allah mempertemukan kita kembali ke bulan yang penuh dengan pahala berlimpah, selamat datang bulan ramadhan, ayo, bagi yang rindu ramadhan suaranya 😍"
_TA_
***
Hari biasa, datang kuliah hanya satu mapel di tambah dosennya mengatakan.
"Absen aja yah."
Dan kini aku duduk menongkrong di toko tekwan langganan, toko di mana aku melabrak, ahh, jadi teringat yang lalu. Berkesan sih bagi yang punya toko jadi aku sangat di hapalnya.
Aku mendapatkan telpon bahwa banyak pasien sudah mengantri. Uwaaa, bisa-bisa kuliah ku ini gak bisa selesai.
Ku tinggali tempat ini untuk kembali ke rumah tentunya dengan makan cepat, setelah tekwan dan jus jeruk ku datang.
Aku sudah di jemput dengan sebuah mobil, ah, abang ku lagi mood mengendarai mobil.
Tidak banyak yang kami bicarakan di mobil, sampai di rumah.
Sebuah mobil sudah berparkir di lapangan rumah ku yang sempit.
Mobil kami terpaksa berada di ambang lorong.
Berjalan masuk sudah ada sekeluarga, seorang bapak bersarung, seorang ibu-ibu berkerudung merah, dan seorang anak muda.
Ada dua orang yang ku kenal, yang mungkin mengantarkan orang itu, anak muda yang ku usir dan ibu yang berobat dengan ku.
"Hmmmm." Aku melihat ke bapak dan mama ku yang sudah sedia menemani tamu ku bercerita.
Aku terkejut dengan apa yang ku lihat, beberapa kali aku mengkedipkan mata, sedikit termenung masih memegang tas dan menatap sesuatu yang aneh itu aku langsung duduk di lantai bersila seperti biasanya.
Suara mamaku memevahkan suasana yang ku lihat.
"Ta, biasanya ngobatin duduk di lantai, menyentuh bumi." Anjur mama ku ke semuanya, secepatnya semua duduk di lantai.
Hah~ jangan di hororkan dong, duduk di lantai. Menyentuh bumi itu perlu, batin ku melihat sikap semuanya ya refleks cepat.
Seorang bapak-bapak berjalan ke depan ku dengan dorongan kata-kata mama ku, dalam gerakan ingin duduk tiba-tiba mulut ku mengeluarkan kata-kata yang mengejutkan semuanya.
"Kau, kau akan mati sebentar lagi!"
Raut wajah bapak itu tampak terkejut sangat, seluruh keluarga nya pun pucat pasi. Mama dan bapak ku terdiam.
"Apapun yang ingin kau ceritakan kau akan mati, aku tidak bisa menolong mu, aura mu sudah hitam kelat dan bahkan sudah hilang. Aku tidak mau menganggu apa yang sudah di tuliskan dan aku tidak boleh menyembuhkan beberapa kali pun kau meminta tolong."
Semua kembali pucat.
Bapak itu, tidak tersenyum, tidak menangis hanya mengeluarkan senyum pahit dan ia duduk di depan ku.
"Apakah kau melihat malaikat mbak Ta?"
"Malaikat terbuat nur, mata ku bisa buta apabila melihatnya, bahkan bumi akan terguncang olehnya jadi tidak, bukan kah ku hilang dari aura mu?" Tanya ku balik.
Dia melihat ke belakangnya, mencoba melihat aura nya, semuanya pun ikut-ikutan.
Hah, mana mungkin mata manusia biasa melihat nya.
"Jadi?"
Aku membuka suara dan membuat semuanya menatapku polos.
"Walaupun kau akan mati, aku akan mendengarkan kisah mu." Ucapku yang ku pikir kasar kali yah aku? Coba pakai kata meninggal dong, aih, entah kenapa sekarang di pikiran ku kata-kata tegas dan to the point yang ada.