Mahar (2)

1.9K 158 16
                                    

***

Mulai besoknya aku sedikit menarik diri dari prediksi atau ramalan. Aku juga menjalani keseharian seperti biasa sampai aku masuk ke univesitas.

Dari kecantikan aku masuk ke hukum, selain abang ku waktu itu mahasiswa yang berpengaruh, setidaknya hukum tidak ada Matematik (lol).

Aku mengontrak kelas seperti biasanya dan masuk kelas bahkan menjadi ketua kelas cewek.

Aku selalu duduk di kalangan lelaki, sampai suatu saat saya di panggil oleh dosennya pada saat masa pembelajaran.

"Kamu, ketua kelas." Tunjuknya ke arah ku yang duduk di tengah-tengah para lelaki.

"Ya, pak?" Aku berdiri dan semuanya jadi melihat ku.

"Kamu perempuan kenapa duduk di tempat lelaki?" Tanyanya.

Aku hanya bergumam dan kebingungan. Yah, di tempat sana sudah penuh dan tidak ada kursi lain pastinya.

"Kamu tahu ini mata kuliah apa?"

"Ya pak."

"Agama islam, lalu kamu," tunjuknya ke pria yang duduk di dekat wanita yang berada di baris depan "pindah tempat duduk dengannya."

Aku menurut saja sampai aku di tempat duduk. Sebenarnya ada kejadian tidak mengenakan di lingkungan para perempuan, uhm, menurutku sih kebiasaan mereka.

Mereka senang membicarakan hal kaya padahal barang-barang mereka tidak kaya, tepeng mereka tebal alias banyak kebohongan, dan mereka suka membicarakan orang yang tidak ada maupun itu orang lain ataupun temna mereka sendiri.

Kini teman ku hanya ada dua cowok, si Ap dan si Rd. Mereka simple, gak pakai topeng bahkan yang buruk-buruk dari mereka aku tahu padhal kami hanya berteman sebentar.

Si Rd orangnya sangat perhitungan, bukan masalah uang, tapi masalah tindakan. Tindakan dan kelakuannya selalu harus tertata rapi. Perfeksionis orang bilang, tapi terkadang ia orang yang sangat lemah. Di antara kami dia orang yang sangat pintar apabila masalah hukum.

Si Ap, orang biasa, pengikut saja dan ya sudahlah. Sering ku omeli karena sikapnya yang ia ia saja, cowok harus tegas selalu ku ingatkan seperti itu. Dia pendiam tetapi dia orang yang paling sigap kalau di suruh-suruh.

Ketiganya menjadi teman ku setelah aku meninggalkan rombongan ku. Sebenarnya tidak ada masalah dengan 2 teman ku yang waktu itu sangat ku sukai, tapi masalah nya pada orang yang baru datang itu.

Tapi yah sudah lah toh aku baik-baik saja berteman dengan para lelaki.

Setiap sabtu aku mendapatkan tamu untuk meramal, dari anak Smp, Sma bahkan yang dewasa. Dulu namanya anak Smp mereka memberi mahar 500-5000 bahkan mereka membawa jajanan di rumah untuk makan bersama.

Sampai mereka membawakan seluruh nama absen kelas mereka yang sangat membuat ku lelah.

"Udahan yah," ucap ku lelah.

"Bentar kak, ini di kelas kakak kelas juga, yang cowoknya aja..." ucap salah satu dari mereka.

"Yang kakak ***** itu aja, kenapa sering ke kelas."

Ahh, anak muda ini, batin ku kelelahan dan mulai terdengar adzan maghrib.

Abang ku yang melihat ku lewat langsung marah "oi! Tahu adzan dak?" Kesalnya tentu aku tahu dan beberapa anak smp itu terdiam.

"Kalian mau jadi kafir hah? Sana bubar!!" Pinta abang ku lalu masuk ke dalam kamarnya.

Ketakutan anak-anak itu pulang.

TATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang