"Sesuatu yang berlebihan itu setan."
_Ta_***
Aku menceritakan banyak hal tentang boneka yang lebih tepatnya jin yang di dalam boneka milik Ei.
Kenapa mereka senang masuk ke dalam benda buatan manusia? Karena di sanalah mereka bisa membentuk sistem kesukaan yang melupakan segalanya bahkan waktu.
"Boneka yang di sana," tunjuk ku ke boneka yang paling besar di atas kasur terlipatnya "lalu, boneka itu."
Segera aku angkat beberapa boneka yang di masukan jin.
"Waduh, aku sering jadikan bantal tuh boneka yang ini."
"Yang ini dari pacar ku."
"Ih, ngeri ah."
Beberapa dari mereka mulai menghindar atau menjauh dari blneka yang ku bawa ke bawah.
"Ba, bagaimana menghilangkannya?" Tanya temanku Ei serius.
Aku menatap teman ku itu lalu melihat ke boneka nya "walaupun ku usirpun mereka akan kembali ke dalamnya." Jawab ku.
"Eh? Kenapa?"
"Tadi sudah ku bilang kan? Boneka hanya untuk anak-anak yang belum baligh, Ei kau sudah baligh, tidak?" Tanya ku menatapnya yang tentu saja aku tahu jawabannya.
"Aish, Ta sudah melihat seperti itu, pasti ada yang aneh lagi." Kesal Li menutup matanya tidak berani melihat kepada ku.
Ei tampak ragu sambil melihat ke boneka nya.
"Boneka bagaimanapun wadah mereka, kau tahu di filem-filem ada boneka yang bergerak?" Semuanya mengangguk kecuali Ei.
"Itu benar, dari boneka dan pajangan gambar atau lukisan, apabila di membentuk mereka akan langsung memasuki benda itu, tapi untuk mencelakai terang-terangan itu tidak akan bisa."
"Eh? Gak seperti chu*y."
"Ya."
Semuanya lega mendengar jawaban ku yang cepat.
"Dunia kita dunia kita, dunia mereka yah dunia mereka. Kita berdampingan tetapi tidak akan bisa mereka melukai fisik seseorang tanpa alasan seperti di filem-filem,"
"Walaupun cara melukai mereka lebih halus terkadang lebih berbahaya." Lanjut ku.
"Jadi? Tidak bisa di usir?" Tanya Ei kecewa.
"Bisa, tapi pasti akan masuk kembali." Jawab ku cepat.
"Jadinya gak guna dong!" Celetuknya merajuk dengan tatapan kecewa.
"Hum," aku bergumam panjang "bagaimana kalau kau berikan ke anak-anak?"
"Kenapa?" Tanya semuanya hampir bersamaan.
"Tadi sudah ku bilang kan? Boneka di perbolehkan untuk anak-anak atau yang belum baligh," aku menatap Ei lagi.
"Iya! Iya! Aku sudah dewasa!" Teriaknya memotong pembicaraan ku hanya karena ku tatap.
"Tapi, nanti pacar ku marah boneka yang ia berikan..."
"Yah, terserah saja sih, toh aku tidak rugi dan kamu yang rugi. Selamat bermimpi indah dengan para boneka." Tegas ku langsung berdiri dan keluar.
"Mau kemana lagi?" Tanya semuanya serempak kembali.
Aku menunjukan jam di dinding "masuk, kelas berikutnya dosennya ada."
Li, Al dan Ei mengangguk bersamaan. Bagaimanapun kami sekelas jadi pastinya bersamaan ke fakultas.
"Jadi? Bagaimana dengan arwah nenek ku yang kau bicarakan?" Tanya Ei yang meneyetir motor.