Jinhee menghempaskan pantatnya dengan keras ke sofa diruang make up. Sudah lebih dari tiga minggu dia bekerja sebagai staff coordi noona bersama Sohyun. Dalam seminggu dia jarang sekali berada dikantornya, bahkan untuk setengah hari saja. Itu semua karena jadwal luar biasa padat milik Bangtan.
Berkali kali sudah Jinhee menggerutu kesal sambil memandang poster ketujuh member Bangtan yang berada didepannya. Sambil bertingkah memukul mukulkan tangannya diudara kearah poster itu.
Sudah waktunya jam makan siang, satu jam lagi seharusnya dia menemui pak Han di kantor, tetapi dia membatalkannya karena masih harus mengurus Suga dan Jimin. Berbagai macam alasan sudah Jinhee lontarkan pada sahabat ibunya yang merangkap sebagai atasannya itu, dan untunglah pak Han tidak banyak bertanya jika Jinhee beralasan tidak dapat ke kantor.
Salahkan Sohyun karena gadis jahat itu tidak segera mencari coordi lagi menggantikan tiga orang yang dulu mengundurkan diri. Setiap kali Jinhee mengomel tentang itu Sohyun hanya mengatakan bahwa mereka juga sudah cukup.
"Pantatmu cukup! Sekarang bahkan untuk tidur 10 jam sehari saja tidak bisa." gerutu Jinhee kesal mengingat perkataan Sohyun.
"Tampan tapi menjengkelkan. Mereka kira aku tidak bisa membuat mereka kesal juga? Jinhee-ah, tenanglah. Bertahanlah bersama manusia manusia ajaib ini." tukas Jinhee pada dirinya sendiri.
"Tapi tetap saja mereka menguras kesabaranku! Apalagi si manusia yang sering berganti warna rambut itu. Selalu menyalahkanku ketika aku menata rambutnya." gerutu Jinhee untuk yang kesekian kalinya.
"Member lain ketika aku merias mereka tidak pernah banyak protes dan menerima dengan baik. Tapi kenapa Min Suga itu selalu saja mengomel tidak jelas dan selalu protes tentang make upnya." Jinhee berhenti sebentar menarik nafasnya.
"Keahlianku ini luar biasa, dan tidak ada yang salah dengan riasannya. Tapi kenapa dia selalu mengomel?!"
"Dan lagi, kenapa sikapnya begitu menjengkelkan? Jika aku bertanya dia selalu mengacuhkanku. Sebenarnya apa yang salah dengan mulutnya itu? Mengapa pelit sekali untuk sekedar membalas ucapanku." Jinhee semakin terbawa emosinya.
"Apa yang kau maksud?" tanya sebuah suara yang terdengar tak jauh dari tempatnya duduk. Jinhee menengok kearah belakangnya dan dia baru menyadari ada Suga yang tiduran dibelakang sofa dengan alas karpet dan tas.
"Se-sejak kapan kau disana?" tanya Jinhee kaget.
"Sejak kau mengumpat berkali kali tentang kami, terutama aku." jawab Suga dengan nada datarnya.
Jinhee mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan dan menghela nafas lega karena tidak ada orang lain kecuali mereka berdua.
"Yoongi-ssi, mianhae. Aku hanya sedang dalam mood yang berantakan karena urusan di kan..." Jinhee langsung menutup mulutnya karena hampir saja dia membeberkan kebenaran yang akan menghancurkan segala usahanya.
"Aniya aniya, maksudku... Memang benar aku lelah. Dan kau juga sangat menjengkelkan dan menyebalkan, tak pernah menjawab pertanyaanku jika aku mengajakmu berbicara. Selalu mengomel dengan riasanmu, dan omonganmu benar benar menyakitkan." Jinhee malah berbalik ngedumel.
Hening sejenak, Suga memilih memejamkan matanya dan tidak membalas ucapan Jinhee. Jinhee merengut sesaat lalu kembali duduk dengan posisi yang normal.
"Tentu saja dua kalimat tadi luar biasa bisa dia ucapkan padaku. Biasanya juga hanya mengatakan 'tutup mulutmu! Diamlah!' heol! Aku benar benar selalu naik darah mendengarnya." gerutu Jinhee dengan suara pelan.
"Aku masih bisa mendengar gerutuanmu," gumam Suga.
Spontan Jinhee langsung mengatupkan mulutnya rapat rapat. Suasana canggung yang terasa didalam ruangan itu seperti membuat Jinhee kikuk sendiri. Tapi jiwa reporternya cepat menguasai dirinya didetik detik terakhir sebelum dia berniat keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
BTS Love Story
FanfictionBISA PILIH CERITA MEMBER YANG KALIAN INGINKAN. ◆◆◆ Siapa sih yang gak mau jadi salah satu perempuan beruntung yang bisa punya hubungan spesial sama salah satu dari 7 cowo keren + kaya + ganteng + terkenal diseluruh dunia? Tapi kalo hubungan kalian g...