Jihan membuka kunci pintu setelah mendengar suara Domi dari balik pintu kamarnya, dengan langkah lemas dan penampilan yang urakan Jihan berhasil berjalan sejauh empat langkah untuk membuka pintunya dengan susah payah lalu kembali lagi keatas tempat tidurnya.
"Astaga Jihan-ah! Apa yang terjadi padamu?!" heboh Domi melihat penampilan Jihan yang sudah jauh dari kata bersih dan baik.
"Ya! Kata Eomma mu kau tidak mandi selama empat hari ini! Bahkan dua hari terakhir kau selalu memuntahkan makananmu! Kau sakit?" tersirat nada cemas diucapan Domi, sebenarnya tanpa bertanya pun Domi tau sahabatnya itu sedang dalam keadaan kacau balau.
"Ya Jihan-ah! Sadarlah! Ini sudah dua minggu lebih dan kau masih terus menerus terpuruk tidak jelas seperti ini."
"Domi-ya... Kumohon jangan banyak bicara. Kepalaku terasa mau pecah mendengar suara berisik." lirih Jihan sambil menarik selimut sampai ke dadanya lalu memejamkan matanya lagi.
"Penampilanmu sangat acak-acakan." desis Domi lalu duduk di kursi samping tempat tidur Jihan.
"Aku membawakan sushi untukmu. Kau makan yah?"
Jihan menggeleng.
"Perutku sangat mual, dan aku... Aku... Tidak ingin makan apapun."
Tiba-tiba saja Jihan menangis dan air mata mulai membanjiri wajahnya, dia terisak-isak sampai sesekali terbatuk karena tersedak ludahnya sendiri.
"Seharusnya aku bisa bahagia bersama Jimin oppa Domi-ya. Huhu... Aku bisa mewujudkan mimpiku dengan dia, seharusnya aku sedang mendampingi Jimin oppa sekarang. Huhu... Kenapa aku dan dia berakhir seperti ini." isak Jihan semakin keras. Dia benar-benar ingin menumpahkan kesedihan hatinya. Tapi dia tidak bisa berkata-kata banyak, terlalu pedih mengatakannya.
"Sudah-sudah Jihan-ah, hentikan. Kau bisa mati jika seperti ini terus. Baiklah aku mengerti, jangan menangis lagi. Apa kau tidak lelah menangis terus?"
"Kepalaku sangat pusing, huhuhu... Aku tidak bisa berhenti menangis sampai mataku terasa perih dan bengkak. Perutku mual rasanya setiap mengingat pertemuan terakhir ku dengan Jimin Oppa."
Jihan semakin terisak-isak sampai Eomma Jihan datang membawakan teh hangat pun terkejut ketika Jihan tiba-tiba ingin muntah.
"Ukhhh! Hoeekkk! Hoeekkkk!"
Dengan cepat Domi langsung mengambil tong sampah disebelah lemari dan membuka tutupnya.
Setiap mengingat kenangan-kenangan indah bersama Jimin, Jihan selalu merasa perutnya bergejolak. Sepertinya hati dan pikirannya mengirim sinyal buruk kepada perutnya hingga dia selalu mual dan muntah. Padahal Jihan sudah tidak sanggup lagi mengeluarkan isi perutnya karena sudah sangat kosong.
Jihan benar-benar merasa tubuhnya sudah tidak sehat, semuanya terasa sakit. Terutama sakit hatinya, ketika teringat bahwa dia dan Jimin sudah benar-benar berakhir. Ketika mereka tidak bisa lagi menyebut kata 'kita'.
Jihan sungguh merasa menyesal sudah berlaku jahat seperti itu, seharusnya mereka tidak putus dan berakhir tersiksa seperti ini. Tapi bagaimana pun Jihan tau, ini demi masa depan mantan kekasihnya itu.
"Oppa... Apa kau juga semenderita ini? Aku sangat kesakitan sekarang. Kuharap kau tidak merasakan apa yang aku rasakan." batin Jihan.
👇👇👇👇
"Jimin-ah! Makanlah sesuatu! Berat badanmu terus menurun. Kalau begini terus kau akan sakit." omel Suga.
Jimin menggeleng datar tanpa bersuara lalu kembali kedalam kamarnya.
J-hope mengikuti Jimin sambil membawa semangkuk jajangmyeon yang sudah hampir dingin dan meletakkannya dimeja kamar Jimin.
"Kau tidak bisa terus menerus seperti ini. Kau juga yang akan rugi Jimin-ah, makanlah sesuatu dan buat dirimu terlihat segar kembali."
KAMU SEDANG MEMBACA
BTS Love Story
FanficBISA PILIH CERITA MEMBER YANG KALIAN INGINKAN. ◆◆◆ Siapa sih yang gak mau jadi salah satu perempuan beruntung yang bisa punya hubungan spesial sama salah satu dari 7 cowo keren + kaya + ganteng + terkenal diseluruh dunia? Tapi kalo hubungan kalian g...