Jimin berulang kali bergerak tak tenang diatas tempat tidurnya, suasana temaram lampu tidur membuat Jimin malah semakin over thinking dan gelisah secara bersamaan. Sudah dua hari ini Jihan tak membalas pesannya atau bahkan menjawab teleponnya. Benar-benar dua hari tanpa kabar apapun, bahkan ketika Sohyun, Jinhee atau Meari menelponnya pun Jihan tak menjawabnya.
Suara pintu terbuka dan kepala Rapmon menyembul dari balik pintu.
"Jimin-ah, kau belum tidur?"
Jimin bangkit dari tidurnya dan duduk menatap Rapmon.
"Mau minum bir bersama?" tanya hyung nya lagi dan Jimin mengangguk tanpa suara.
Dia memakai celana panjang dan mengambil handphone nya diatas meja nakas lalu mengikuti Rapmon yang sudah memegang dua kaleng bir ditangannya.
"Cuaca mulai dingin hyung, kau yakin ingin minum bir dibalkon jam segini?" tanya Jimin dan Rapmon hanya mengangkat kedua bahunya acuh seolah mengatakan tak masalah.
Sejenak mereka hening sambil sesekali menenggak bir kaleng mereka, sambil menikmati gemerlap lampu warna warni kota Tokyo yang sangat cantik.
"Istrimu sudah tidur?" tanya Jimin membuka obrolan.
"Hmm, sepertinya dia lelah seharian mengikuti jadwal padat kita sejak kemarin. Kondisinya kurang sehat."
"Harusnya kau menemaninya." lirih Jimin.
"Jimin-ah, menurutmu seberapa lama kita bisa bersama diatas panggung?" Rapmon terkekeh kecil lalu meminum bir nya lagi.
"Apa PD-nim sudah memutuskan kapan kita berakhir?" tanya Jimin balik tanpa menjawab pertanyaan Rapmon.
"Tidak, hanya saja aku penasaran tentang pendapatmu."
Jimin tersenyum kecil lalu membalikkan badannya dan bersandar di pagar balkon.
"Mungkin kurang dari lima tahun? Atau mungkin paling lama tujuh tahun?" ucapnya tak yakin."Itu pernyataan atau pertanyaan. Kau sendiri ragu, haha." Rapmon tertawa kecil.
"Entahlah, aku sendiri tak begitu yakin dan hanya mencoba mengikuti alurnya. Meskipun sejujurnya aku beberapa kali sudah merasa bosan dengan hal monoton ini."
"Aku hanya menyarankanmu tetap mengingat mimpimu dulu sebelum kita seterkenal sekarang."
Rapmon menepuk nepuk pundak Jimin menyemangati dan Jimin balas tersenyum simpul.
"Hyung, aku sepertinya melakukan kesalahan pada Jihan."
"Apa yang kau lakukan?"
"Aku tidak tau."
"Lalu bagaimana bisa kau yakin bahwa kau melakukan kesalahan?"
"Jihan mendiamiku beberapa hari ini, bahkan terkesan menghindariku. Padahal waktu itu kami baik-baik saja."
"Kau sudah coba tanyakan pada dia apa masalahnya?"
"Menghubunginya saja aku tidak bisa."
Mereka berdua hening sesaat lalu Rapmon mengangguk angguk seolah mengerti.
"Mungkin dia ingin memberimu kejutan. Sebentar lagi kau ulang tahun,"Jimin berpikir sejenak menelaah perkataan Rapmon dan tiba-tiba senyuman terbit dibibirnya.
"Kau benar! Bisa jadi dia sengaja melakukan ini, aku yakin dia hanya mencoba memberiku kejutan. Astaga! Bodohnya aku tidak terpikirkan hal itu."
"Tunggu saja dengan sabar Jimin-ah," saran Rapmon dan Jimin mengangguk.
👇👇👇👇
Jimin menunggu dengan tak sabar di taman atap agensi, pagi tadi ketika Jimin selesai mandi dia melihat ada pesan dari Jihan. Lelaki itu senang bukan kepalang ketika Jihan meminta bertemu dengannya, dan sekarang disinilah dia, menunggu kekasihnya dengan dandanan terbaiknya sambil memegang sebuket bunga Anyelir berkelopak putih bercampur merah muda.
KAMU SEDANG MEMBACA
BTS Love Story
FanfictionBISA PILIH CERITA MEMBER YANG KALIAN INGINKAN. ◆◆◆ Siapa sih yang gak mau jadi salah satu perempuan beruntung yang bisa punya hubungan spesial sama salah satu dari 7 cowo keren + kaya + ganteng + terkenal diseluruh dunia? Tapi kalo hubungan kalian g...