🍀Rapmon :: Attend Me

199 19 4
                                    

Meari berjalan cepat diikuti Rapmon dibelakangnya.

"Belok kekanan," ucap Rapmon lalu menarik lengan Meari yang malah berbelok kekiri.

Meari menatap Rapmon dengan air mata berlinang, pandangannya sudah kabur hingga tidak terlihat jelas. Dan yang ada dipikirannya hanya Appa dan Eomma nya.

Rapmon menuntun lengan Meari sambil sesekali melirik kearah gadis disebelahnya itu.

"Meari-ah!" suara Eomma Rapmon langsung menghambur memeluk Meari.
"Jangan menangis sayang," hibur Eomma Rapmon.

"Bagaimana keadaan mereka?" tanya Meari dengan suara bergetar.

"Mereka masih didalam, kita tunggu sebentar."

Hening, Meari hanya diam menatap lantai dibawahnya. Baru kali ini dia berdoa pada tuhan sebanyak yang dia bisa.

Lagi-lagi Meari menolak untuk dibawa duduk, sejak datang dia hanya berdiri didepan pintu ruang operasi dengan kaki yang terlihat gemetar.

Suara pintu ruangan operasi terbuka membuat Meari langsung mendongakkan wajahnya yang semula hanya menatap lantai.

Lelaki paruh baya itu menatap satu persatu orang yang ada didepannya.
"Siapa keluarga kandungnya?" tanya dokter.

"Dia dokter," jawab Appa Rapmon sambil menunjuk Meari.

"Ayahmu berhasil selamat, namun dia dalam keadaan koma. Sementara ibumu, kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Namun pendaharan akibat benturan keras dikepalanya sudah terlalu fatal. Maaf kami tidak bisa menyelamatkannya." jelas dokter itu panjang lebar.

Setiap kata yang didengarnya, terasa seperti ribuan pisau yang menancap secara bergiliran di tubuh Meari, ini berita paling buruk yang pernah didengarnya.

"Eomma.. Appa." lirih Meari. Seketika tubuhnya melorot jatuh menimbulkan suara ribut Eomma dan Appa Rapmon.

Rapmon berjongkok didepan Meari, dan Meari mendongakkan wajahnya menatap pintu ruang operasi yang tertutup dibelakang tubuh Rapmon.

"Seharusnya tidak begini," batin Meari dan semuanya terlihat gelap dimatanya.

👇👇👇

"Kau sudah sadar?"

Meari mengerjapkan matanya beberapa kali dan melihat Seyeon.

Meari berusaha berdiri dari posisi berbaringnya, tapi tangannya terasa lemas. Dengan sigap Eomma Rapmon langsung membantunya.

"Eottokhaeyo?" (bagaimana ini?) lirih Meari.

"Kuatlah. Kau gadis kuat Meari." Eomma Rapmon menyemangati.

"Pemakaman Eomma?"

"Appa Namjoon sudah mengurusnya, kami tau kalian tidak memiliki kerabat."

"Kamsahamnida."

"Ini bukan apa-apa,"

"Namjoon akan mengantarmu, kau sudah tidak apa apa sekarang?"

"Ne, aku akan pulang."

"Kau bisa tenang, appa mu akan aman disini."

"Ne ahjumma,"

"Namjoon-ah, tolong antarkan Meari pulang. Dan pastikan dia baik-baik saja." pesan Eomma kepada Rapmon.

Rapmon mengangguk lalu mengikuti Meari.

"Kau ingin makan?"

"Nanti saja," jawab Meari lemah.

"Jika ada yang kau butuhkan, katakan saja."
Meari mengangguk.

"Jam berapa pemakaman besok?"

"Delapan pagi, aku akan menjemputmu."

Hening setelahnya hingga mereka duduk dikursi masing-masing. Rapmon menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang, sambil sesekali menoleh kearah Meari yang hanya diam memandang lurus kedepan dengan kosong.

"Kau lapar?"

"Kau sudah menanyakannya," gumam Meari.

Rapmon sadar dia merasa bodoh. Dia hanya bingung harus bagaimana membuat Meari merasa lebih baik. Padahal logikanya mengatakan itu bukan kewajibannya pada gadis yang baru dikenalnya.

"Kau tau, aku merasa bersyukur karena datang kemari." Ucap Meari tiba-tiba. Dan Rapmon merasa bahwa mendengarkan adalah hal yang tepat.

"Aku selalu menolak permintaan Eomma untuk pulang karena aku tidak lagi menyukai Ilsan sejak Eomma dan Appa selalu mengatakan tentang perjodohan. Tapi aku bersyukur karena kali ini aku menuruti permintaan mereka. Aku bisa melihat Eomma tersenyum untuk yang terakhir kalinya."

"Aku yakin Ahjumma merasa tenang sekarang."

"Namjoon-ah," lirih Meari.

"Hmm,"

"Kau benar akan kembali besok?" tanya Meari.

"Waeyo?" (kenapa?)

"Tidak, aku hanya bertanya."

"Aku akan menunda sampai lusa, bagaimanapun aku harus tetap disini besok."

"Kau akan kena masalah nanti,"

Rapmon terdiam sejenak.
"Jangan dipikirkan."

"Lalu, jika aku memintamu tinggal malam ini apakah bisa?" tanya Meari hati hati dengan suara pelan.

"Maksudmu?" bingung Rapmon.

"Temani aku, dirumah."

"Haruskah?"

"Aku... Aku takut sendirian."

Rapmon menolehkan wajahnya dan menatap wajah Meari yang setengah tertunduk. Saat itu dia hanya bisa mengatakan "ya."

👌👌👌

Sorry for typo.
Direvisi setelah cerita selesai.
Kamsahamnida!

Anggritannisa
11-11-2018

BTS Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang