🌻J-hope :: Why Me?

169 18 1
                                    

Taerin menatap layar ponselnya yang menampilkan deretan pesan yang dikirimnya namun belum berbalas.
Sekali lagi dia menarikan jemarinya di keyboard layar handphone nya untuk menanyakan kenapa kemarin orang yang sangat diharapkannya datang dan melihat penampilan panggungnya kembali malah tidak datang.

Taerin menekan tombol dial dan meletakkan handphone nya ditelinga. Didering ke empat suara telepon diangkat terdengar.

"Yeoboseyo! Oppa." sapa Taerin.

"..." tak ada sautan dari seberang sana.

"Kenapa kau tidak datang kemarin? Padahal aku sangat menantikannya untuk menunjukan padamu bahwa aku masih sangat layak berada diatas panggung. Aku kira kau akan ada di salah satu bangku penonton dan tersenyum kearahku."

"..." lagi-lagi tak ada sahutan dari seberang sana.

"Oppa," Taerin menarik nafas dan menghembuskannya perlahan.
"Sudah dua tahun ini kenapa kau terus menghindar. Aku merindukanmu. Kenapa aku bahkan tidak diizinkan mendengar suaramu?"

Taerin diam, dan orang yang berada diseberang panggilan juga hanya menunjukan keheningan yang konsisten.

"Bagaimana kabarmu sekarang? Apa kau akan terus mendiamkanku seperti ini?" matanya sudah berkaca-kaca, air matanya sudah menumpuk di pelupuk matanya.
"Oppa, neomu himdeuro! Wae naman? Apa harus aku yang terus dihukum seperti ini?" (Ini terlalu berat! Kenapa hanya aku?)

Suara hembusan nafas berat kali ini terdengar, seolah menyahut atas ucapan Taerin.

Air matanya meluncur bebas menuruni pipinya. Dada Taerin terasa sesak menahan tangisnya untuk tidak terdengar.
"Oppa, ijeu naneun neomu pigonhae. Najung-e jeonhwa halkke." (Aku sekarang sangat lelah. Aku akan menelponmu kembali)

Taerin mematikan sambungan telepon dan menangis terisak isak. Seolah mengerti perasaan hatinya yang sedang buruk, hujan turun dengan deras diluar, tanpa aba-aba membuat orang-orang berlarian dan mencari tempat berteduh.

"Taerin-ah!" Teriak Miran terkejut melihat sahabatnya yang sudah terduduk lemas dilantai sambil menangis.

"Wae? Uljima eoh! Kenapa tiba-tiba kau menangis lagi?!" (kenapa? Jangan menangis!)

Tak sengaja matanya melihat ponsel Taerin yang masih menyala dan memperlihatkan nama "Jeonsoo oppa" dipanggilan terakhir paling atas.

Miran mengelus ngelus punggung Taerin yang bergetar lalu menatap iba sahabatnya itu.

"Kenapa kau menelponnya lagi. Berhentilah menangis, kau bisa sakit."

"Kenapa harus aku terus yang dihukum Miran-ah. Apa salahku?" isak Taerin.

"Jebal geumanhae! Sudah berkali kali aku memintamu berhenti menelponnya. Dia tidak akan peduli lagi padamu!" (tolong berhenti!)

Isakan tangis Taerin berangsur pelan lalu dia menatap sahabatnya yang saat ini ikut berlinang air mata.
"Wae uro? Jangan menangis karena aku." (kenapa kau menangis?) ucap Taerin sambil berusaha mengusap air mata Miran yang menetes dipipinya.

"Aku selalu tersiksa melihatmu menderita seperti ini. Jadi kumohon, kumohon Taerin-ah. Hentikan ini." Miran berlutut dihadapan Taerin dengan kedua tangannya yang bertaut.

"Jangan seperti ini Miran-ah, baiklah aku akan berhenti. Aku akan kuat, jangan menangis lagi. Lihat aku sudah tidak apa-apa." Taerin berusaha tersenyum sambil menghapus jejak-jejak air matanya.

Miran mengangguk lalu memeluk Taerin.

👇👇👇

"Kuharap kau berhenti melakukan ini, sungguh ini sangat memuakkan. Aku tidak peduli dengan apa yang kau rasakan saat ini. Kumohon enyahlah dari muka bumi ini Taerin-ah."

BTS Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang