Duhai diriku di masa depan, aku belum pernah bertemu maupun mengenalmu. Tapi, kamu adalah kenyataan dari segala mimpi yang kuukir saat ini. Bersabarlah, sebab saat ini aku tengah berjuang pada apa-apa yang ingin kamu miliki. Aku tengah bersiap dengan segala hal yang mungkin akan menarik jika dibicarakan kelak. Tapi segala hal menarik itu adalah getir dan pahit langkah yang tengah kutempuh.
Kamu adalah bagian dari ratusan mimpi yang pernah kutulis. Mimpi-mimpi yang bagi sebagian orang terlihat terlalu besar. Ah, jangan khawatir, sebab kita punya Tuhan Yang Maha Besar. Serahkan saja segala mimpimu dengan menyerahkan segala penghambaanmu pada-Nya. Berharaplah bukan padaku, dirimu saat ini, tapi pada Sang Pemilik segala hajat hidupmu.
Jika banyak mulut manis menertawakan dalam perjalananmu, diamlah dan palingkan wajahmu. Tak perlu kamu membalas mereka dengan apapun. Tak perlu pula kamu tunjukkan siapa dirimu. Sebab sebaik apapun yang kamu tunjukkan, mereka tetap tidak akan menyukaimu karenanya. Sedangkan mereka yang mendukungmu tidak butuh alasan baik untuk tetap berdiri di sampingmu. Kuatlah wahai jiwa!
Sekali lagi, teruntuk kamu, diriku yang akan dating, surat ini kutulis bukan untuk menyanjung atau mengapresiasi segala tanah yang pernah kupijak. Tapi sebagai dorongan agar diriku mampu membuatmu lebih baik. Agar dalam perjalananku menuju padamu tidak sekalipun niat dan jalurku goyah. Hingga segala impian tentangmu adalah kenyataan yang berhasil kugapai.
Jika dalam perjalanan kita ini kamu merasa lelah, berhentilah sejenak. Tapi jangan pernah berbalik arah dan menyerah. Sebab tujuan kita hanya akan sampai ketika kita bersabar. Dan jika segala mimpi kita hancur, jangan salahkan dirimu. Sebab aku akan berdamai denganmu dengan hati yang kulapangkan. Karena aku tahu seberapa besar dirimu telah berjuang. Aku tahu seberapa dalam dirimu telah jatuh, serta seberapa kilometer jarak yang telah kamu tempuh. Ingatlah bahwa sejak awal kita hanya akan menghargai proses, bukan hasil.
Maka jika kamu bukan apa yang aku impikan saat ini, tenang saja, aku masih akan tetap menghargaimu sebagai masa depan terbaik yang Tuhan yang rancang. Dimensi manusia hanya berusaha, bukan menentukan. Lagipula, kamu kewajibanmu hanya untuk bekerja, bukan menjadi kaya. Bahwa kebutuhanmu hanya belajar, bukan untuk menjadi pintar.
Percayalah pada segala yang kamu tempuh saat ini bukan untuk menjadikanmu terpuruk, tapi sebagai ibrah dan pelajaran agar engkau belajar. Maka, bersabarlah pada segala kepahitan dan luka. Carilah arti dan makna untuk setiap peristiwa. Jadilah bijak pada segala badai yang lewat. Sebab aku percaya diriku saat ini tidak lebih kuat darimu. Dan aku yakin segala coba yang kelak datang dalam perjalanan kita lebih kamu persiapkan daripada aku. Tetaplah tegar pada segala hal, ingatlah Allah sebagai sebaik-baik penolong, dan teruslah melangkah meski tahu akan gagal. Aku tetap akan berdamai denganmu bagaimanapun akhirnya.
dari asr6V5
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Akhir Tahun "Dear Me"
RandomDisini lah awal mula kita untuk menjadikan langkah kita kedepan menjadi lebih baik dari hari lalu. Disinilah awal cerita kita mengapa kita bisa jauh lebih baik dari sebelumnya. Tulisan ini bisa diibaratkan adalah kaca, cerminan diri kita yang siap u...