Waktu kanak - kanak, aku inginkan semua perhatian mata.
Jelas ketika aku melemparkan sebuah jeruk berulang-kali hingga bonyok,
sesampai seisi ruangan tertawa.
Kala sejengkal lebih besar, aku ingin punya banyak kawan.
Tak kenal malu aku menguntit meski mereka memusuhiku.
Kemudian saat perkalian dan pembagian mulai kukenal,
aku didorong untuk menghafal lebih giat lagi; barangkali
kelak aku bisa jadi guru maupun jutawan, pikirku.
Lalu ketika gundukan kecil bermata melanda wajahku,
mendadak centil gayaku, berias tanpa bercermin.
Tak jarang aku meniru orang lain hanya untuk mencari pengakuan
atas keberadaanku.
Juga saat pertama kali hati digoyah suatu rasa yang tidak kumengerti,
hanya saja emosiku berubah – ubah kala itu.
Kadang naik kadang turun, sesekali ceria sesekali murung.
Papa Mama bilang itu cinta imbuhnya lagi monyet.
Sulit dipahami maksudnya.
Hingga sekarang aku menyerah tak lagi memaksa untuk mengerti.
Tidak ada satupun rumusan yang dapat dipercaya dalam hidup ini.
Ingin maupun keinginan selalu berubah – ubah.
Sesaat ini kemudian itu.
Ah, memang semua manusia bagai ranting kering,
yang ketika angin datang meniup maka jatuhlah ia meninggalkan dahan nya.
Ketika segala impian ditemui ujian tak sedikit yang berserakkan,
layaknya aku!
Aku kalah dalam pertandingan mengejar angan.
Aku dipaksa jatuh dan menyerah oleh semesta.
Beberapa tahun lalu aku bagaikan daun yang tergeletak ditanah (tak berdaya)
yang hanya mampu menunggu angin yang membawanya terbang.
Aku tidak memiliki impian bahkan berangan – angan saja tidak.
Dan dari segala yang ku inginkan tidak pernah ada yang ter-realisasikan.
Aku mati, berhenti berfikir namun cinta dalam hati tetap menyala.
Cinta juga yang mendorongku bangkit.
Berusaha dengan cinta, cinta dalam berusaha;
itulah kini yang kulakukan.
Dan saat ini aku yakin, dimasa yang akan datang,
aku pasti bisa menghidupkan segala tulisanku.
sebab cinta yang akan menopang aku dalam perjalanan nya.
Dear me, just keep believing!
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Akhir Tahun "Dear Me"
De TodoDisini lah awal mula kita untuk menjadikan langkah kita kedepan menjadi lebih baik dari hari lalu. Disinilah awal cerita kita mengapa kita bisa jauh lebih baik dari sebelumnya. Tulisan ini bisa diibaratkan adalah kaca, cerminan diri kita yang siap u...