Dua puluh dua tahun sudah sang gadis berjalan di atas bumi. Hidupnya berasal dari keluarga sederhana yang bahagia. Sang mendiang Ayah dahulu bekerja sebagai seorang guru SD yang sangat bersahaja. Ibunya, adalah seorang fulltime mother. Gadis ini sangat mengagumi sosok Ayah dan Ibu, karena dari mereka segala masalah terurai baik. Tersebab mereka adalah alasan untuk terus bertahan hidup, sepahit apapun sensasi rasa kehidupan yang menyapa.
Berbicara kepribadian, gadis ini dominan melankolis. Hampir sebagian besar kejadian yang menimpa dirinya dihadapi dengan perasaan. Bisa dibilang, gadis ini begitu sensitive terhadap apa-apa yang oran lain atau dirinya sendiri lakukan. Sangat amat memikirkan perkataan orang lain, padahal hanya sepele. Pernah, suatu ketika gadis ini mempunyai seorang sahabat yang sangat mengasyikan. Tapi sayang, sahabatnya ini mempunyai kepribadiaan yang sangat bertolak belakang dengannya. Plegmatis; idientik cuek, let it flow, pengertian, pendengar setia.
Hal yang sering bertabrakan adalah ketika dirinya ingin sang sahabat merespon A atas ceritanya yang terjadi adalah respon B. Alhasil, sang gadis tak mau terima. Merajuklah ia. Seringkali, sang plegma datang meminta maaf diiringi tawa terbahak karena tak mengerti maksud sang gadis, sembari berjanji lain kali akan lebih merasa.
Tapi, memang sudah pada kodratnya acuh maka ia akan tetap seperti itu. Teringat di penghujung tahun lalu, sang gadis dan sang sahabat menjauh tak lagi dekat. Diketahui belakangan, gadis ini merasa sangat kehilangan sahabatnya karena ia tak sehangat dahulu. Setelah diselidiki, gadis ini menemui fakta bahwa sang sahabat sedang dekat dengan beberapa kawan main lainnya. Tapi ada satu yang sangan dekat, bahkan bisa dibilang mereka layaknya kerabat. Memang dasarnya melankolis, sang gadis hanya menangis lirih. Mau marah percuma, mau dibicarakan sudah sering, namun selalu saja sang sahabat melakukan hal yang sama. Begitu dan begitu. Lihat, betapa rumitnya pikiran sang gadis?
Secara naluriah, melankolis akan lebih mengedepankan rasa. Dalam hal ini, ia merasa sahabatnya hanya boleh punya satu sahabat yaitu dia; sang gadis melankolis. Tapi, disisi lain sang sahabat hidup bahagia dengan banyak teman. Tak sedikitpun ia pikirkan respon di sekitarnya. Capek, dengan keadaan itu akhirnya sang gadis meminta waktu bicara sebelum mereka sama-sama lulus, di wisuda, kerja, lalu berkeluarga. Sang gadis hanya tak ingin meninggalkan kesan tak baik kepada siapapun. Waktu yang ditunggu tiba, mereka berbicara empat mata, beradu pandang, bertatap muka. Sang gadis basa-basi bertanya; "Darimana? Sibuk apa? Gimana kabar keluarga?". Lalu, sang sahabat menimpali sekenanya saja tanpa umpan balik yang diharapkan sang gadis. Selalu seperti itu memang, yasudahlah. Niat hati harus perbaiki keadaan bukan perkeruh suasana. Tersebab hal itu, agenda utama harus segera diselesaikan.
Setelah menyelesaikan urusan penghambaan diri, tibalah saatnya kini mereka temaram dalam diam. Menunggu kata apa yang akan dikata. Kalimat mana yang harus diucap, dan siapa yang harus memulai. Sang gadis memutuskan berbicara. Mengungkap rasa dari A sampai Z. Menguak cerita bahwa ia tak suka jika sahabat begini-begitu. Bernostalgia awal-awal jumpa hingga pertalian erat bagai kerabat. Sang gadis menyangka akan ada isak tangis mengiringi perjumpaan sacral itu, namun apa yang terjadi? Sang sahabat hanya mengiyakan, mengakui kesalahannya, lalu tertawa. Garing. Segaring chicken katsu yang dipesan saat itu. Selanjutnya, sang gadis bilang bahwa ia tak akan lagi menghalagi sang sahabat berteman dengan siapa saja. Silakan, asal dia bahagia sang gadis pun merasakan hal yang sama.
Usai hari itu, setiap bertemu kami hanya menjabat tangan dan melepas tawa termasuk saat sang gadis berkawan dengan yang lain dan dia pun begitu. Ternyata benar, manusia adalah makhluk sosial yang tak bisa hanya hidup dengan cara yang statis termasuk hubungan sosial. Karena itu, sang gadis pun memahami dengan siapapun bertemanya boleh asal tetap bisa bahagia. Itu semua tersibak di tahun 2017 awal. Hingga pada perjalanan gadis melankolis di ujung tahun ini, semakin banyak kisah yang ia alami. Jungkat-jungkit kehidupan, pedas-manis cerita hati, terus ia hadapi dengan caranya sendiri. Sang gadis melankolis mulai mempunyai pola menghadapi cerita. Ia kadang belajar mengacuhkan perasaan ini-itu yang berkecamuk saat mengambil keputusan. Mencoba berpikir rasional dan memilih langkah yang tepat.
Saat ini sang gadis baru saja menyelesaikan tugasnya sebagai seorang sarjana pada tahun ini, 2017. Menyandang gelar Sarjana Ekonomi (Islam), membuatnya terus berpikir keras bagaimana caranya membangkitkan perekonomian Indonesia menggunakan sistem yang berasal dari Tuhan Pencipta alam semesta. Ini merupakan tugas berat. Segala upaya telah ia coba agar dapat berkarier di dunia kerja. Namun apa mau dikata, jika rezeki belum atas nama. Alhasil, kegiatan sang gadis data ini adalah mendaftarkan diri menjadi kutu buku dan pejuang literasi. Mungkin, melalui cara ini Tuhan berkenan membuka jalan untuknya berkarier atau mendapat beasiswa untuk sekolah lagi? Tak tahu, mana yang akan menjadi hak milik terlebih dahulu.
Sang gadis mempunyai rencana besar di tahun depan , 2018. Diantaranya adalah:
1. Novel pertama terbit, best seller, lalu difilmkan; Sang gadis hanya berharap menjadi penyebar kebaikan melalui pesan-pesan yang sarat makna dalam novel dan filmnya.
2. Bekerja; Ibu sang gadis menjadi alasan mengapa ia harus bekerja.
3. Mendapat beasiswa kuliah S2 ke luar negeri; Ingin menjadi perantau dan merasakan kerasnya hidup di negeri orang biar bisa menjadi manusia yang lebih tangguh lagi adalah alasan utama, karena selama hampir dua puluh dua tahun ini hidup sang gadis hanya berputar sekeliling Kota Belimbing.
4. Menikah dengan seseorang yang baik, taat beribadah, menghormati orang tua, penyebar pesan kebaikan lewat jalur seni peran, dan penghafal ayat suci Al-Quran; Alasannya biar bahagia dunia dan di syurga.
5. Membaca dan menulis lebih banyak; Selayaknya ilmu harus di baca dan dibagikan.
Akhir kata, sang gadis memohon doa dari semua pembaca budiman semoga segala cita sang gadis dapat terealisasi nyata. Aamiin.
Catatan: Gadis melankolis itu adalah penulis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Akhir Tahun "Dear Me"
RandomDisini lah awal mula kita untuk menjadikan langkah kita kedepan menjadi lebih baik dari hari lalu. Disinilah awal cerita kita mengapa kita bisa jauh lebih baik dari sebelumnya. Tulisan ini bisa diibaratkan adalah kaca, cerminan diri kita yang siap u...