Senja di ufuk barat menghantarkan jiwa ini dalam kedamaian. Apa kabar dengan pagi dan siang? Tentunya mereka baik-baik saja. Bagaimana dengan gelapnya malam? Entahlah, silahkan bertanya padanya sendiri. Sebenarnya, aku iri dengan malam. Karena ia dengan tenangnya menguasai separuh waktu dalam sehari. Berbeda dengan pagi, siang, dan sore yang harus memposisikan diri mereka secara adil. Itulah alasanku mencintai senja di sore hari, karena ia berbeda dari yang lain. Biarlah malam dengan keangkuhannya seperti itu. Tak masalah denganku, karena sebenarnya senjaku masih baik-baik saja.
Seperti biasa, sore ini ku nikmati indahnya senja sebagai salah satu wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sudah kupersiapkan kamera handphone untuk sekedar menyimpan memori senja ini di bibir pantai. Objek ku kali ini ada di Pantai Parangtritis, Yogyakarta. Ku arahkan kamera dari ujung timur perlahan hingga ke barat. Ku pandangi orang-orang asyik bermain bersama keluarga, teman, ataupun pasangannya. Mungkin, hanya aku disini yang menikmati keelokan ombak dengan kesendirian.
Perlahan tapi pasti ku langkahkan kaki ini mencoba akrab dengan pasir hitam dan kerang laut. Tak sengaja kaki ini menyepak sebuah benda yang tak diketahui apa sebenarnya. Dengan penasaran, ku mencoba berlari mengejar benda itu. Setelah kudapatkan, ternyata itu adalah surat botol yang biasanya sengaja dilempar ke lautan sebagai permohonan si penulis. Merasa sedikit penasaran dengan isi surat tersebut, ku lepas tutup botol yang terikat erat. Ku lihat dan ku baca secarik kertas berwarna putih itu. Beginilah isi suratnya.
~Surat ini ku persembahkan untuk tahun yang dengan tulus dan senang hati menemani dalam suka dan duka~
Yogya, 30 Desember 2017
Hai 2017, bagaimana kabarmu? Semoga tetap bahagia, tetap istiqomah menjalani hari demi hari yaa J
2017, kenapa kau singgah di hati ini begitu singkat? Setahuku baru kemarin pagi kita berjumpa dan saling menyapa. Baru kemarin sore kita mengenal satu sama lain hingga tak terasa larut malam kita bermain. Jika boleh ku minta pada Tuhan, tolong tambah satu hari lagi buat tahun ini. Karena aku sungguh sayang dan menikmati detik demi detiknya.
Di penghujung tahun ini, banyak cerita yang ingin ku sampaikan padamu. Kau 2017, tahun yang membuat banyak kenangan dalam hidupku. Dimulai dari bertambahnya usiaku di tahun ini yang genap berusia 27 tahun, usia yang sudah dianggap cukup dewasa bagi pria sepertiku. Tambah lagi yang baru bulan lalu ku lulus wisuda S2, salah satu cita-citaku. Dan syukur alhamdulillah minggu lalu ku sudah dapat pekerjaan tetap.
Namun, tahun ini pula aku kehilangan sosok malaikatku, Ibu. Ibu adalah penyemangatku hingga aku mampu bertahan hingga detik ini. Ibu yang selalu ceramah apapun kepadaku tentang jodoh pilihanku kelak. Dan yang membuatku sedih adalah, Ibu sempat berkata bahwa tahun ini aku harus menemukan sosok pendamping karena ayah sudah lebih dulu pergi. Sehingga, Ibu khawatir jika aku harus hidup sendiri.
Satu yang selalu ku ingat, Ibu sangat suka malam. Karena malam memberikan keheningan dan kedamaian. Lewat malam, ia menawarkan hiburan bulan dan bintang di langit. Lewat malam juga, ia memberikan kesempatan pada manusia untuk istirahat berkumpul bersama keluarga tercinta. Dan karena alasan itu, akupun mulai menikmati malam demi malam di tahun 2017 ini.
Ingin rasanya aku mengeluh pada Tuhan. Kenapa Ibu dipanggil begitu cepat. Tapi, ku yakin dibalik semua ini pasti ada hidayah lain.
Sebenarnya, masih banyak yang ingin ku ceritakan lagi. Tapi kurasa jika ada yang membaca ini juga pasti akan bosan hehehe..
Salam kenal,
Rizky A
Begitulah isi surat botol yang membuatku berpikir. Ternyata, di dunia ini ada banyak persepsi dari tiap orang. Meski sedikit ku kecewa dengan isi surat tersebut, tapi yasudahlah ku mencoba menerimanya. Usai ku membacanya, sengaja ku lemparkan kertas beserta botol itu kembali ke tengah laut.
Ku ambil kembali handphone yang ku letakkan di saku bajuku. Ku mulai mengambil objek yang ku anggap lucu dan menarik. Ku arahkan kamera ke ujung cakrawala selatan sana. Tak sengaja, kamera ku menangkap objek yang ku pikir itu adalah orang. Ternyata, ya memang benar itu adalah sesosok pria yang sengaja berjalan ke arahku sambil membawa surat botol yang tadi ku lempar.
Merasa bingung, ku alihkan kameraku ke arah lain. Namun, ternyata sosok pria itu memang mendekatiku.
"Hai, boleh kenalan?" (sapa pria itu)
"ah, maaf aku nggak mau kenalan sama kamu." (jawabku sambil berlalu)
"maaf, sebenarnya aku sudah mengamatimu dari tadi. Asalkan kamu tahu, aku penulis surat botol ini." (sambil menunjukkan botolnya)
"ha? Maksudmu? Mungkinkah kamu Rizky A?"
"iya. Aku memang baru menulis surat ini kemarin sore. Dan memang aku melemparnya kemarin ke tengah laut karena tak tahu harus curhat ke siapa, tapi aku nggak nyangka aja surat ini bakal kembali lagi ke pantai ini." (jelasnya)
"oh, seperti itu. Maaf jika kamu kurang berkenan dengan sikapku tadi yang melempar botolnya lagi."
"iya nggak apa-apa. Apakah aku boleh tahu namamu? Kayaknya kamu orang yang asyik, hehehe."
"iya boleh, namaku Jelita. Aku memang sedang berkunjung ke Parangtritis sore ini untuk mencari spot foto terbaik." (jelasku)
"wah nama yang bagus sesuai kepribadiannya. Jika ingin mencari spot foto, bolehkah saya menjadi guard mu untuk sore ini saja? Kebetulan aku juga punya hobi fotografi, dan ya tahu sedikit lah tentang kamera hahaha." (rayu dia padaku)
"wah, yang benar? Sangat boleh. Sebenarnya masih banyak hal yang ingin ku pelajari tentang teknik fotografi yang bagus."
Dan kita pun menyusuri Pantai Parangtritis dengan berbincang-bincang tentang semua hal. Dia mencoba membuatku nyaman bersamanya. Dia juga menceritakan tentang kisah Ibunya yang menyukai malam yang bertolak belakang dengan aku yang membenci malam.
Namun, melalui pertemuan ini aku bersyukur dan aku mulai sadar. Ternyata, sore dan malam dapat dipertemukan dengan kedamaian lewat hal seperti ini. Dan tak ada yang perlu disalahkan dalam kehidupan.
Hs5
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Akhir Tahun "Dear Me"
RandomDisini lah awal mula kita untuk menjadikan langkah kita kedepan menjadi lebih baik dari hari lalu. Disinilah awal cerita kita mengapa kita bisa jauh lebih baik dari sebelumnya. Tulisan ini bisa diibaratkan adalah kaca, cerminan diri kita yang siap u...