"Ya, baiklah, terimakasih atas perhatian kalian. Seperti tahun-tahun sebelumnya, ekskul jurnalistik selalu mengadakan voting di bulan Desember khusus untuk siswa-siswi kelas 12, begitu juga untuk tahun ini. Voting akan terdiri dari beberapa kategori yaitu Tertampan, Tercantik, Terpopuler, Terpintar, Terkreatif dan Ter baik hati dari masing-masing kelas. Voting akan dimulai 2 hari lagi, yaitu hari Rabu. Persiapkan diri kalian yaa"
Aku Daniel, wakil ketua kelas dari kelas 12A. Baru saja ketua kelasku, Nella, memberikan pengumuman tentang voting tahunan yang biasanya diadakan oleh ekskul jurnalistik di sekolahku, sebagai proker andalan mereka.
Pemilik vote terbanyak dimasing-masing kategori akan diundang naik ke panggung saat acara perpisahan tapi, yang lebih seru lagi adalah kita akan diperlakukan seperti seorang bintang dalam satu hari! Menyenangkan, bukan? Bahkan kita akan diberi pakaian secara Cuma-Cuma dari pihak sponsor. Apalagi, untuk tahun kelulusan kami, tema acara perpisahannya adalah glamorous and casual. Bayangkan!
"Nella, aku permisi dulu!", Tiba-tiba saja, Raka berdiri dari bangkunya dan segera meninggalkan kelas. Aku bingung, karena penasaran aku pun ijin ke Nella untuk mengikutinya, untung saja jam sekolah telah usai.
***
"Mau kemana sih, Raka?! Jarang sekali dia memasang wajah sesuram itu. Apakah ada sesutau dengannya?", ujarku dalam hati sambil mengikutinya dari belakang menggunakan sepeda kesayanganku.
Raka masih terus saja berjalan, dengan pandangan kebawah sambil menggenggam erat tali ranselnya. Aku tidak tahu apa yang terjadi padanya, yang kutahu pasti bahwa ada sesuatu yang mengganggu hati dan pikirannya
***
Rumah sakit...
Aku tertegun saat Raka masuk ke area rumah sakit, seketika aku berpikir, Siapa yang sedang sakit? Dia menjenguk seseorang? Atau jangan-jangan Raka yang sedang sakit?. Aku tetap melanjutkan aksi menguntitku, mengikuti Raka sampai aku melihatnya berdiri di salah satu pintu kamar pasien.
"Ruang no.6..", ujarku sambil memandang nomor kamar pasien yang terpampamg didepan pintu geser kamar. Aku sedikit mengintip Raka dari balik kaca pintu kamar tersebut, berusaha memperhatikan siapa yang dia kunjungi, tanpa sengaja, pintu kamar tersebut tergeser oleh tanganku.
"Oops!", kumembungkam mulutku rapat-rapat dan bersembunyi. Setelah kurasa aman, aku kembali mendekati kamar tersebut dan berdiri tepat di samping pintu, dan aku mendengar percakapan Raka dengan seorang wanita paru baya yang sedang duduk di ranjangnya, yang ternyata adalah Mamanya Raka.
"Bagaimana kabarmu, nak?"
"Baik, Ma.",
"Apakah kamu sudah punya teman?". Aku terkejut. Mendengar pertanyaan Mama Raka, apa maksudnya?
"Tentu saja, Ma, Raka sudah punya banyak teman. Sudah tiga tahun, tidak mungkin Raka tidak punya teman, Hahaha.", aku memperhatikan wajah ekspresi Raka, aku tahu bahwa Raka berbohong.
Raka adalah anak yang pendiam, aku tahu dia tidak pandai berinteraksi dengan anak-anak di kelas, bahkan aku sendiripun sulit mengajaknya berbicara. Entah aku yang terlalu naif atau Raka yang memang bingung caranya berteman.
"Yasudah, Mama turut senang. Oh iya, bagaimana? Kamu sekarang sudah kelas 12, apakah voting tahunan ekskulmu masih ada?!"
"Iya Ma, masih! Mama tenang saja, Raka akan membawakan piala tersebut untuk Mama dan menjadi siswa terpopuler. HAHAHA"
***
Hari voting, Rabu.
"Eh!"
Aku terkejut saat melihat Raka sudah ada di dalam kelas satu jam sebelum kelas dimulai, ia menyiram bunga yang terletak di pinggir jendela, "Padahal setiap hari aku selalu melihatmu seperti itu, tapi tetap saja kaget."
.
.
"Baiklah, voting dimulai ya!!!", teriak Nella memulai voting
Aku melihat semua anak mulai berpikir keras siapa yang mereka pilih, dan saat voting dimulai, aku melihat kearah Raka. Ia tampak terdiam, tidak menyentuh kertas votingnya. Aku berusaha tidak memperhatikannya, namun tiba-tiba, "Nella, ini. Aku ijin pulang dulu ya, karena sudah tidak ada pelajaran lagi."
***
"Raka Hendrawan."
"SUMPAH?!", Seketika mataku terbelalak saat mendengar bahwa Raka memiliki voting terbanyak dalam kategori ter baikhati, tanpa kusadari aku mencari keberadaan Raka, "Ah benar, dia pergi. Pasti dia ke rumah sakit!", ujarku dalam hati.
Lalu , kuberanikan diri ke depan kelas dan berkata, "Teman-teman, ayo kita ke rumah sakit menjenguk Mama Raka sambil membawa ini ke Raka! Dan, terimakasih teman-teman sudah memilih Raka menjadi anak terbaik hati!!!", ujarku sambil mengangkat selendang yang bertuliskan Terbaik hati.
"Walau tidak dipaksa sekalipun aku tetap memilih Raka sebagai anak terbaik hati.", ujar Frisky, yang kemudian disahut oleh teman-teman lainnya yang mengatakan setuju dengan pernyataan Frisky.
Kami sekelas segera menuju ke Rumah Sakit.
"Loh, Raka!", teriakku saat melihat Raka menuntun Mamanya berjalan keluar menuju taksi, "Mamamu sudah boleh pulang?!"
"Daniel! Kamu kok tahu soal Mamaku?"
"Anu-", Tepat sebelum aku menyelesaikan ucapanku, teman-teman yang lain berdiri dibelakang dan berteriak, "Selamat menjadi pemilik voting terbanyak, Tuan Baik Hati!!!", Nella memberikan selendang itu kepada Raka.
"Teman-teman..."
Yah, seperti yang sudah kuduga, Raka memang anak yang baik hati, ia tersenyum lebar sambil menahan air matanya yang hendak jatuh dari matanya, Mama Raka terkejut ikut menangis dan memeluk Raka.
"Raka, tidak maukah kamu memperkenalkan kami kepada Mamamu?", ucap Nella
Dengan sekuat tenaga, Raka menahan tangisnya dan berbicara lantang, "Ma, perkenalkan, mereka semua adalah teman-teman terbaikku!!!"
"Raka, Mama sangat senang melihatnya, hilang sudah keraguan dihati Mama...", Mama Raka mengusap airmatanya dan berjalan ke arahku, "Nak Daniel...", sambil memandangku dan memandang temanku lainnya, beliau berkata, "Terimakasih sudah menjadi teman Raka selama tiga tahun ini..."
"Sama-sama Tante, semoga lekas sembuh juga untuk Tante, kami senang menjadi teman Raka, kok!!!"
Satu hal yang pasti kutahu bahwa tetaplah memiliki hati yang baik, lakukan kebaikan secara terus menerus, niscaya kebahagiaan akan datang menghampiri, cepat atau lambat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Akhir Tahun "Dear Me"
AcakDisini lah awal mula kita untuk menjadikan langkah kita kedepan menjadi lebih baik dari hari lalu. Disinilah awal cerita kita mengapa kita bisa jauh lebih baik dari sebelumnya. Tulisan ini bisa diibaratkan adalah kaca, cerminan diri kita yang siap u...