November, 2017
Sorong, Papua Barat
Untuk mengawali tulisan ini, aku ingin membuatkan satu puisi untukmu. Meski nanti terlihat sumbang dan tidak bagus, jangan terlalu menyalahkan dirimu di masa depan, sebab sejak dulu hingga detik ini kamu memang pemalas untuk mempelajari teknik menulis puisi, bukan?!
Tetapi hari ini, special, aku berjuang menulis puisi untukmu, wahai diriku, di masa akan datang.
Ketika mentari menampakkan sinarnya
Menelusup di sela celah dedaunan
Merambat ke alam semesta dan seisinya
Aku mendengar derap langkah kaki berlarian
Dengan riuh canda-tawa
Dan sepasang bola mata bercahaya
Alangkah terpananya aku
Karena melihat kamu
Menjadi wanita tangguh
Dengan senyum manismu
Berhasil mempesonaku
Wahai diriku, di masa akan datang.
Kamu apa kabar?
Apa masih duduk sambil menulis? Apa masih dengan kecamata anti radiasi?
Apa teman-temanmu masih sama?
Ah iya, apa kamu sudah berdua? Boleh aku tebak siapa dia? Ah, jangan ya, aku saja malu menyebut namanya.
Aku tidak tahu kondisi apa yang hari ini kamu rasakan. Ketika kamu menemukan tulisan ini. Apakah kondisimu sedang buruk, tidak mood, bete, atau lainnya. Aku tahu kamu, seperti kamu tahu aku di masa lalu. Bahwa kita jiwa yang sama. Hanya mungkin, cara berpikirmu jauh lebih dewasa daripada aku saat ini.
Aku sangat berharap, saat ini kamu baik-baik saja. Kamu sehat dan tak kurang apa-apa. Kamu bahagia dan disampingmu ada orang tersayang.
Aku ingin memberitahumu, bahwa di tahun depan aku punya rencana. Semoga kamu tidak lupa, aku berniat pergi melalang buana dan.. akan menikah. Untuk urusan melalang buana ini aku selalu kesulitan mendapat izin. Terutama dari Mamah. Tapi aku bertekad untuk melakukannya. Bukan karena aku tidak sayang dan selalu ingin pergi jauh dari orangtua. Please, jangan terus mengatakan 'kamu itu wanita', aku ingin marah dan mengatakan kepada seluruh dunia; kenapa dengan wanita? Aku tahu jaga diri. Aku tahu cara amanku melalui semua itu. Sungguh aku ingin sekali-kali bebas dan mandiri.
Aku tidak tahu, sampai kapan pula mempertahankan sikap keras kepala ini. Meski begitu aku tidak ingin dibilang keras hati. Aku hanya belajar menaruh keras kepala itu pada tempatnya. Termasuk saat aku sudah lebih dewasa, dan mereka masih menganggapku bocah. Aku tidak sedang memberontak. Aku hanya ingin membuat kamu jauh lebih berani, dan aku disini sedang memperjuangkan kamu dimasa akan datang. Aku ingin merasakan hal yang beda. Kamu setuju, kan?
Aku juga sedang menulis buku, dan kamu akan bangga padaku, yang selalu berjuang setiap hari. Menaklukkan si malas, si lelah dan bersyukur.
Wahai diriku di masa akan datang.
Aku telah melewati beberapa episode yang semua bab-nya memakan segala perasaan. Menjaga perasaan orang-orang disekitar. Terkadang aku tidak tahan dan memutuskan untuk jalan-jalan. Nanti jika mood membaik, aku pasti pulang. Semoga besok lusa, kamu tetap mampu mempertahankan sikap untuk menjaga perasaan orang. Terutama perasaan mamah. Jangan pernah berubah ya.
Aku juga punya masa lalu. Masa lalu yang sulit dilupakan. Tetapi kini aku berusaha memeluk erat semua itu dan tidak lagi mempermasalahkan. Dan mudah-mudahan, kamu dan aku bisa menerima masa lalu itu dengan ikhlas. Sehingga kamu tidak lagi membencinya.
Wahai, diriku di masa akan datang.
Ini pesan yang harus kamu ingat; Kamu harus terus banyak membaca dan belajar. Kamu tidak boleh malas dan tidak boleh mengeluh. Ngomong-ngomong, kamu sudah bisa masak kan? Pasti sudah. Dan semoga rasanya standar. Tidak membuat orang mencicipinya lantas muntah.
Tetap semangat bangun pagi dan berlari ya!? Dan juga jangan terlalu cemas, kalau ternyata di tahun depan kamu masih sendiri saja. Tidak boleh pacaran. No. Aku melarang.
Satu lagi dan ini terakhir,
Yakinlah bahwa kamu adalah wanita yang Tuhan ciptakan dengan kuat dan tangguh. Kamu adalah pejuang setiap hari. Aku bangga pada dirimu yang senantiasa mematuhi segala ketetapan Tuhan. Yang senantiasa belajar. Dan ketika akhirnya kamu mendapati tulisan ini, anggaplah aku ada didepanmu, memeluk tubuhmu, dan berkata; wahai diriku.. janganlah pernah putus asa dari Rahmat Tuhanmu. Jangan pernah menangis dan selalu merasa sedih. Aku sungguh sangat bangga padamu yang mampu berjuang dan tegar hingga sekarang.
Tertanda, Kamu Yang Hebat
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Akhir Tahun "Dear Me"
DiversosDisini lah awal mula kita untuk menjadikan langkah kita kedepan menjadi lebih baik dari hari lalu. Disinilah awal cerita kita mengapa kita bisa jauh lebih baik dari sebelumnya. Tulisan ini bisa diibaratkan adalah kaca, cerminan diri kita yang siap u...