MADE AYU DWIYANI SURAT UNTUKKU

69 3 0
                                    

Dear me,

Apa kabarmu hari ini? Sudah jauhkah engkau melangkahkan kaki? Atau mungkin kamu masih berada di satu titik yang sama?

Lama ya, aku tidak mengabarimu. Aku tidak tahu harus mulai dari mana. Begitu banyak hal yang ingin ku ceritakan padamu, tapi begitu sedikit yang belum kau ketahui. Rasanya seperti lelucon ketika kau ingin bercerita dengan dirimu sendiri. Tapi sungguh, ada begitu banyak hal yang belum kau ketahui tentang dirimu.

Harus mulai dari mana, ya?

Haruskah aku memulainya dari masa kanak-kanak kita? Dari masa dimana kau belum tahu apa-apa, tapi kehidupan sudah berencana menempamu dengan keras hingga kau merasa kebingungan menyikapi semuanya? Tak ada tangan terulur, dan bagimu mereka begitu suci untuk kau mintai tolong. Sedari kecil kau biasa babak belur oleh kehidupan. Katamu, "Tidak apa-apa. Toh rasanya masih tertahankan". Tapi kau juga sudah mengetahui itu sebaik aku mengetahuinya. Kau kungkung cerita itu hingga detik ini seakan kau sudah lupa, tapi kau mengingatnya dalam kepalamu seperti kaset rusak.

Atau haruskah aku memulai dari ketika usia kita masih berumur dua belas tahun? Ketika kau baru saja menginjakkan kakimu di Sekolah Menengah Pertama? Ketika itu kau merasa begitu terasing, begitu sendirian. Tapi kau tahu ini adalah satu-satunya cara agar kau bisa diterima lingkunganmu. Bersekolah. Dan kau juga masih begitu buta untuk tahu mana yang kau inginkan dan mana kebutuhanmu. Disini, kau mulai membuat pikiranmu buta. Hidupmu begitu kosong. Begitu tak berarti. Seharusnya anak seusiamu menikmati masa-masa itu dengan baik, dengan banyak tersenyum, dengan gembira. Tapi kau? Kau begitu murung, begitu sendirian, begitu tertutup. Harusnya dari sini kau tahu bahwa ada sesuatu yang berbeda dari dirimu. Tapi kau masih bertahan rupanya. Kau masih berusaha menanggungnya seorang diri. Kau mulai tidak terlalu mempercayai orang dewasa. "Mereka penuh dengan kebohongan," katamu. Kalau kau membaca ini waktu itu, akankah kau tersadar? Akankah kau mulai mencari bantuan? Atau malah tidak?

Kemudian waktu usiamu mulai menginjak enam belas tahun, kau mulai menjadi orang berengsek. Katamu, "hidup ini begitu melelahkan, dan aku kesepian. Aku akan melakukan apapun untuk menghilangkan rasa kesepian ini." Tapi kau benar-benar brengsek, kau tahu? Kau menghancurkan segala kemungkinan masa depanmu yang bahagia pada detik itu. Pada satu masa itu. Jangan tanya aku, seperti apa dirimu pada waktu itu. Kau menjadi perempuan paling brengsek yang pernah aku kenal. Dan aku tidak mau mengingat-ingat itu. Sekalipun kau paksa aku. Tapi apa kau tahu? Masa lalu kita adalah milik kita. Seberapa besar pun usahamu untuk melepasnya, melupakannya, dia tetap bagian darimu. Sekarang, apakah kau menyesal? Apakah kau masih bisa tersenyum sinis seperti yang kau lakukan pada waktu itu? Aku yakin tidak. Kesalahanmu begitu besar, kau tahu?

Penyesalan itu tak lantas membuat hidupmu berhenti. Kau masih harus tetap berjalan. Bangku perkuliahan menantimu. Berjalanan dengan penyesalan menggelayuti pundak dan kakimu itu tidaklah mudah. Aku menjadi saksi bagaimana susahnya kau melangkah dari satu titik ke titik lain. Pikiranmu mulai berkabut. Kau mulai yakin bahwa kebahagiaan itu ada untuk orang lain. Bukan untukmu. Kau mulai putus asa. Merasa bahwa hidup itu hanya membawa susah. Dua tahun berjalan dengan vibrasi negatifmu. Begitu kuatnya penyesalan itu hingga ia melumatmu dari dalam. Memakanmu sedikit demi sedikit. Kau mulai benar-benar terlihat seperti mayat hidup. Aku bahkan tak berniat lagi menghitung berapa banyak topeng yang kau punya untuk mengelabui orang-orang di sekitarmu. Karena terlalu banyak. Aku capek menghitungnya.

Kau itu.....buta, taukah kau?

Tapi kemudian sesuatu terjadi. Kau mulai banyak membaca buku filosofi, kau mulai banyak membuka indra pendengar dan penglihatanmu. Kau akhirnya, akhirnya, setelah puluhan tahun berlalu, mau menyapaku. Kau mulai tersenyum padaku. Kau mulai berbicara padaku. Dengan akrab. Kau tidak tahu betapa senangnya aku ketika itu terjadi. Katamu, "Banyak hal buruk yang kulakukan di masa lalu. Banyak hal yang tak bisa lagi ku perbaiki. Tapi sekarang aku tahu, penyesalan ini memang dimaksudkan untuk ada. Bagiku untuk belajar. Bagiku untuk mulai mensyukuri. Bahwa sanya dengan bernafas, Tuhan sudah menunjukkan betapa sayangnya Dia padaku. Aku mungkin tidak bahagia. Tapi aku tahu, aku ada untuk tujuan tertentu. Aku akan cari itu sampai ketemu".

Kadang aku berpikir, sekarang kau masih berjuang tapi kau sudah menunjukkan betapa kuatnya dirimu. Dengan beban sebesar itu kau masih berusaha untuk tegap berdiri. Mencari keajaiban, sekali lagi.

Hingga suatu malam aku memutuskan untuk memberimu nasehat. "Hidup yang kau lalui barangkali bukan yang paling membahagiakan. Aku menjadi saksi penuh akan betapa beratnya kehidupan yang kau lalui. Tapi aku bangga padamu. Kau mau berubah menjadi orang yang lebih baik. Walaupun kau tahu, hal itu tidak akan mengurangi beban penyesalanmu. Itu merupakan prestasi yang besar. Kau harus tahu itu. Suatu hari nanti, kau akan keluar dari kungkungan penderitaan ini. Kau akan hidup. Hidup sepenuhnya. Kau akan bisa tertawa dengan tulus. Kau akan benar-benar bisa tertidur karena kau mengantuk. Kau akan bisa makan dengan lahap karena kau benar-benar lapar. Kau tidak akan kosong seperti ini lagi. Tapi itu nanti. Sekarang yang perlu kau lakukan adalah bertahan dan percaya. Percaya bahwa masih ada hari untukmu di masa depan. Bahwa kau layak untuk bahagia, akhirnya". Dan malam itu kau menangis. Untuk pertama kalinya kau melepas tangisanmu dihadapanku. Dan aku bangga akan itu. Akhrinya kau sadar bahwa kau hanya manusia biasa, bukan robot, yang diizinkan untuk merasa putus asa, yang diizinkan untuk menangis dan menyesal.

Tapi sudah cukup kita berbicara masa lalu. Bagaimana kalau kita membicarakan masa sekarang? Bagaimana kamu hari ini? Apakah kamu masih berjuang? Aku yakin masih. Kamu begitu kuat untuk menyerah sekarang. Dan aku bangga akan itu.

Sepertinya aku mulai melantur, sebenarnya aku menulis ini hanya untuk mengatakan beberapa patah kata untukmu. Sebagai penyemangatmu.

Baca baik-baik:

Kau tidak pernah sendiri. Kau masih punya dirimu dan Tuhan yang akan menemanimu di sepanjang perjalanan hidupmu. Kau kuat. Aku bangga padamu. Teruslah berjalan. Tahun 2024 masih menantimu, yang katamu, mungkin akan menjadi tahun kebebasanmu. Teruslah melangkah. Songsong tahun itu. Dia masih disana. Menantimu. Tahun depan sudah 2018, setahun lagi lebih dekat dengan 2024. Berjalanlah, kuatlah, aku bersamamu. Kau tidak akan pernah sendirian. Aku mencintaimu! Sangat!

Yours,

Yourself.

Catatan Akhir Tahun "Dear Me"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang