Tidak terasa sudah hampir setahun aku lulus dari pesantren. Hampir setahun juga aku jauh dari kehidupan itu. Jujur, untuk bertahan di dalam sana itu sulit, dan apabila dihitung pun banyak sekali hal-hal yang dapat melukai hati.
Namun andaikan kalian tahu betapa indahnya kehidupan itu. Kau berbagi, belajar, makan, bahkan mandi hingga tidur pun bersama di sana dalam 24 jam penuh. Bayangkan, bagaimana serunya malam ketika dipenuhi guyonan, sejuknya sepertiga malam ketika bangun untuk shalat malam, dan indahnya pagi ketika melihat sekeliling orang di sekitarmu tersenyum lebar di waktu sarapan.
Ternyata tidak terasa juga kalau sudah hampir setahun aku dan kalian berjarak. Sebelum aku lulus, aku berkata "mampukah aku hidup di dunia luar tanpa kalian?". Pun saat ini, saat aku sudah benar-benar masuk ke dunia luar, aku terus menanyakan aku sendiri perihal "apa kabar imanmu hari ini? Tahajud kah semalam? Akankah kau laksanakan nanti shalat dhuha? Kapan kau akan mengulang kembali hafalanmu? Dan, kapan kau akan memulai berpuasa sunnah kembali?". Tidak ada yang bisa aku salahkan. Bukannya tidak ada tapi aku terlalu takut untuk mengarahkan jari telunjuk kepada diriku sendiri. Padahal sebenarnya semua pertanyaan itu muncul hanya sebagai alibi karena memang aku sendiri yang merasa tidak dapat berdiri tegak sendirian.Aku terlalu takut untuk berdiri tegak sendiri karena aku sendiri pula lah yang telah memilih kalian untuk menjadi penopang dan aku sudah terlanjur berperan sebagai pecandunya yang padahal kalian sendiri tidak pernah memintanya. Tanpa sadar semua itulah yang menjadikan toleransiku terhadap dunia luar mampu menenggelamkanku dan bahkan tanpa sadar pula aku juga yang membiarkan hati kecilku perlahan-lahan tergores dan terluka. Padahal seekor semut jantan yang bahkan jauh lebih kecil dariku pun tidak akan membiarkan dirinya tenggelam di dalam air. Sebentar lagi pergantian tahun. Udara sudah mulai dingin, semoga harapan yang akan kusampaikan ini tidak turut membeku agar sampai kepada hatiku. Aku berharap untukmu diriku agar nanti dan seterusnya kau selalu berdiri tegak meskipun kau sendiri dan berbeda. Ingatlah bahwa 'kalian' itu terus mengalunkan doanya tanpa peduli waktu meskipun kini telah berjarak. Jangan takut ataupun ragu karena pandangan manusia memang pasti tidaklah pernah sama. Tataplah dunia dan katakan dengan lantang "berikan pergantian toleransi kepadaku!". Dan teruslah berdoa untuk kebaikanmu dan orang-orang yang kau sayangi.
Jakarta,
Rabu, 29 November 2017
saya buw
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Akhir Tahun "Dear Me"
РазноеDisini lah awal mula kita untuk menjadikan langkah kita kedepan menjadi lebih baik dari hari lalu. Disinilah awal cerita kita mengapa kita bisa jauh lebih baik dari sebelumnya. Tulisan ini bisa diibaratkan adalah kaca, cerminan diri kita yang siap u...