MERI MEILANI SENJA PENGHUJUNG TAHUN

60 3 0
                                    


Aku rasa, tahun ini adalah tahun terburukku. Ah, tidak-tidak. Aku tidak boleh berkata seperti itu. Itu sama saja dengan aku tidak bersyukur pada yang maha kuasa. Ya, tahun ini memang memiliki kesan tersendiri untukku. Baik yang pahit, ataupun yang manis. Well, lebih banyak yang pahitnya sih. Tapi dari situ, aku belajar beberapa hal tentang hidup. Tentang hal-hal yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.

Katanya, kelas 3 SMA itu masa tersulit dalam menentukan pilihan. Masa depan kamu seolah dipertaruhkan di sini. Tapi, berbeda denganku. Memang, aku juga sempat mengalami fase dilema anak kelas 3 SMA. Tapi tidak segalau yang kalian bayangkan. Itu karena kondisi ekonomi keluargaku yang pas-pasan. Dan membuatku tidak terlalu berharap dapat meneruskan sekolah ke perguruan tinggi yang bagus, dan sudah pasti mahal. Ya, pada dasarnya, aku terlalu pasrah.

Bukan, bukannya aku tidak berusaha. Malah aku sudah mendaftarkan diri untuk menjadi calon mahasiswa penerima beasiswa. Tapi kemudian, kakakku menyuruhku untuk segera bekerja setelah lulus SMA ini. Dan jangan tanyakan perasaanku saat itu, karena aku benar-benar tidak dapat mendeskripsikannya. Itu, terlalu sakit.

Semangatku tiba-tiba hilang begitu saja. Saat teman sebayaku bingung memilih perguruan tinggi. Aku bingung, akan bagaimana aku di masa depan? Saat teman sebayaku berbahagia dengan kelulusan mereka di perguruan tinggi. Aku malah menangis sambil berfikir, kenapa aku tidak seberuntung mereka?

Hari-hari aku habiskan dengan menyendiri. Bahkan, aku sempat menghindari beberapa teman karena tidak ingin ditanya tentang, kemana aku meneruskan sekolah? Entahlah, pertanyaan itu terdengar menyakitkan di telingaku. Dan kalian pun bisa membayangkan, betapa frustrasinya aku saat itu.

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Tentu saja, aku tidak terpuruk sampai berbulan-bulan. Aku mencoba menerima semuanya dengan ikhlas dan lapang dada. Karena bagaimana pun ini sudah menjadi jalan hidupku. Dan aku, tidak mungkin berhenti karena hal sekecil itu.

Beberapa kali aku meyakinkan diriku untuk lebih bersyukur. Orang bilang, kita harus menemukan sudut pandang yang berbeda dari setiap masalah yang kita hadapi. Dan aku menemukan. Bahwa, aku memang tidak seberuntung mereka, tapi bukankah aku lebih beruntung dari mereka yang lain? That's it! Setiap orang tidak memiliki kesempatan dan keberuntungan yang sama dalam satu waktu. Tapi yang aku tahu, waktu itu berputar. Dan bisa saja, diwaktu berikutnya. Aku yang mendapatkan kesempatan dan keberuntungan itu.

Dan di penghujung tahun ini, aku menyadari satu hal. Aku sudah beranjak dewasa, setiap hal buruk ataupun tidak mengenakan harus aku sikapi dengan bijak dan ikhlas. And, Dear Me!

Kamu hanya perlu berjalan terus. Walaupun jalan tidak selalu lurus, jangan pernah berhenti. Karena kamu, bukan satu-satunya orang yang berjuang sendirian di sini. Lakukan yang terbaik dalam setiap perjalananmu. Tidak peduli seberapa kali kamu terjatuh, kamu harus bangkit. Langkahkan kembali kakimu, dengan semangat yang lebih besar dari sebelumnya.

Jadilah senja di penghujung tahun, yang tetap merekah walau awan hitam sang petang menyelimutinya.

Catatan Akhir Tahun "Dear Me"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang