Secarik kertas terjatuh saat aku membuka secara acak buku tebal berwarna biru langit yang sedikit berdebu. Kertas putih yang telah usang, terlipat rapi berada di depan kakiku sekarang. Ku ambilnya lalu kubuka lipatan tersebut. Kalimat panjang dan terdapat beberapa paragraf. Tulisan yang sangat rapi seakan ia menulisnya dengan sangat hati-hati. Aku tak mengerti. Tulisan itu hanya mengacu pada kata 'aku minta maaf', 'menyesal' dan 'kehilangan'. Terdapat beberapa kata yang blur seperti terkena tetesan air sehingga menjadikan kalimat yang tidak lengkap dan hanya membuatku bingung. Mataku memicing saat melihat tanggal pembuatan surat ini. Boleh ku sebut surat? Sebenarnya tidak ada yang aneh, hanya saja satu angka yang berada di akhir berhasil membuatku mengerutkan keningku. 2020? Mungkin hanya salah tulis. Pikirku. Tapi sesaat mataku membulat saat menangkap satu kalimat yang entah benar atau tidak. Ku lipat kembali kertas tersebut dan memasukannya pada buku yang masih berada di lenganku. Ku letakan buku tersebut sembarang dan segera pergi.
Aku memikirkan kembali surat itu. Surat beserta beberapa kalimat tidak lengakap yang hanya membuatku penasaran. Kenapa ia minta maaf? Kenapa menyesal? dan kehilangan apa? Lalu apa maksud dari kalimat terakhir itu?
Arghhh!!
Kepalaku penuh dengan pertanyaan apa, kenapa dan bagaimana bisa? Sedetik kemudian aku terkekeh pelan. Bodoh. Apa yang kulakukan? Kenapa aku memikirkan surat usang yang bahkan tidak tau asalnya dari mana. Setelahnya kau membaringkan tubuhku dan tidur mengingat sekarang sudah hampir tengah malam.
Hari ini terasa sangat melelahkan mengingat bagaimana pelatih menambah porsi latihan karena akan ada pertandingan antar provinsi. Matahari sudah menenggelamkan diri dan hanya lampu lalu lintas beserta kendaraan yang menerangi. Ditambah toko-toko yang dibangun di sebelah trotoar membuat keramaian para pejalan kaki. Aku mempercepat langkahku untuk segera sampai rumah.
"Kau mau apa!" Faraz, temanku mencekal pergelangan tanganku setelah salah satu kakiku melangkah ke depan.
"Kau tidak lihat! Dia butuh pertolongan!!"
"Iya aku tahu! Tapi kita ada pertandingan sebentar lagi, kita harus cepat!"
"Pergilah dulu! Aku akan menyusul."
"Apa? Hei, jangan bercanda! Kembali, bodoh!" Teriaknya saat aku tengah berlari menjauhinya.
"Awas!!"
Brukk
Aku mengerti sekarang. Tentang surat itu. Surat yang terbengkalai karena kuabaikan tanpa tau maksud dari isi surat itu. Ya! Surat itu untukku. Aku tau maksud dari kata 'aku minta maaf', 'menyesal' dan 'kehilangan'. aku yang meminta maaf karena berbuat bodoh, aku yang menyesal karena mengabaikan temanku yang mencegahku, aku yang kehilangan impian juga salah satu kakiku. Aku teringat pada pengirim yang ia tulis pada akhir kalimatnya. Masih ku ingat bagaimana ia menulis identitasnya. Harusnya aku percaya padanya. Kenapa aku bodoh sekali.
'Aku, adalah kau di masa depan.'
Namaku Riska Norma Sarita. Aku lahir di Banjarnegara, Agustus 1999. Saat ini, aku seorang mahasiswa di sebuah perguruan tinggi. Ingin menjadi seorang penulis yang terkenal. Mempunyai sebuah akun instagram: @Poetry_99 dan facebook: Riska Norma. Jika ada yang ingin ditanyakan, silahkan hubungi lewat email: . Sekian dan terima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Akhir Tahun "Dear Me"
RandomDisini lah awal mula kita untuk menjadikan langkah kita kedepan menjadi lebih baik dari hari lalu. Disinilah awal cerita kita mengapa kita bisa jauh lebih baik dari sebelumnya. Tulisan ini bisa diibaratkan adalah kaca, cerminan diri kita yang siap u...