Dear me.
"Teruntuk diriku ditahun 2018 mendatang".
Aku tak pernah tau akan seperti apa hari esok, nanti, bahkan beberapa tahun mendatang. Harapku sederhana, menjadi manusia yang lebih baik dari aku sebelumnya, berguna serta bermanfaat bagi orang lain.
Aku bermimpi bila esok pagi semesta masih merangkulku lewat sinar fajar, aku ingin menulis apa-apa yang belum sempat ku utarakan lewat kata. Perihal rasa yang kerap kali menghujani pipi akan penyesalan dimana aku tumbuh. Namun, hingga kini belum mampu membahagiakan mereka (orangtua) ku yang dengan letih keringat merawat dan membesarkanku hingga aku sanggup menulis seperti sekarang.
Aku tau, mungkin mereka tak berharap banyak tentang timbal balik dariku. Bagi mereka senyum keberhasilan dalam goresan bibir lembutku pun sudah lebih dari cupuk. Aku pun, sangat bersyukur dibesarkan oleh sepasang malaikat yang tanpa jeda mengingatkanku kala salah dengan busikin halus. Meski, kerap kali kekecewaan menghantam mereka dari nama yang terkadang tak tau diri sepertiku. Mereka hanya tersenyum sambil mengelus lembut rambut panjangku dengan tulus tiap kali aku melemparinya air mata.
Tak jarang mereka menasehati ku tentang kebaikan. Hanya saja, aku yang terlalu masabodo mengabaikan ucapan darinya. Mereka tak pernah marah. Meski tak jarang aku membuat ulah. Dengan stok kesabaran yang entah berapa lapis, mereka senantiasa menyodoriku dengan senyum, sesekali kecupan lembut buah kekesalan tingkahku.
Kini, aku sudah tumbuh dewasa. Bukan lagi kanak-kanak yang masih harus merengek minta ini itu kepada mereka yang mulai ringkih, justru sebaliknya, aku harus memberikan timbal balik atas jasa-jasa mereka yang dengan susah payah mendidikku hingga saat ini. Mungkin tak seberapa, karena memang jasa mereka tidak bisa dibayar oleh materi. Sebanyak apapun rupiah yang ku kumpulkan, namun setidaknya aku punya niatan baik. Bila tahun esok ada rezeki aku ingin bisa membahagiakan mereka satu-persatu. Mungkin bisa dibilang Ayahku terutama biar bagaimanapun ia tetaplah orangtuaku yang tersisa setelah kepergian Ibu dua tahun silam. Aku ingin membiayai umroh beliau, syukur-syukur kalau memang ada rezeki lebih aku ingin sekalian membiayainya naik haji. Kenapa? Ya, karena aku paham betul sejak dulu ayah selalu mengimpikan cita-cita ingin disegerakan naik haji, jauh sebelum aku dibawa ke Jakarta ikut dengan bude pakdeku.
left;V&
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Akhir Tahun "Dear Me"
AcakDisini lah awal mula kita untuk menjadikan langkah kita kedepan menjadi lebih baik dari hari lalu. Disinilah awal cerita kita mengapa kita bisa jauh lebih baik dari sebelumnya. Tulisan ini bisa diibaratkan adalah kaca, cerminan diri kita yang siap u...