Seorang laki-laki sedang menggoreskan pena di atas kertas putih. Kertas itu berukuran A2 dan diletakkan di penyangga kayu. Mula-mula, laki-laki itu menggoreskan sebuah rumah dan disekitarnya dihiasi pula dengan pemandangan pagi hari. "Wah! Indah sekali lukisanmu itu," aku secara tiba-tiba menyampaikan pujian. Laki-laki itu pun menoleh ke arahku.
"Ini belum seberapa kok," laki-laki itu berkata sambil tersenyum kecil.
"Kalau lukisanmu ini dipajang di rumahku, mungkin orang-orang akan berbahagia." ucapku yang ada di sampingnya
"Ada-ada aja kamu." kata laki-laki itu yang menganggap aneh lawan bicaranya.
"Aku serius loh," yakinkan aku pada Sang pelukis.
"Apa kamu menginginkan lukisanku ini? Kalau mau ambil saja," laki-laki berbaik hati.
"Eh. Kita 'kan kita belum saling kenal. Bagaimana ka..." ucapanku kepotong.
"Namaku Ricko," ucap Ricko yang seolah tahu maksudku.
"Aku Putri Maria. Kamu bisa panggil aku Putri atau Ria."
Ricko dan aku tidak saling berjabat tangan saat berkenalan. "Bagaimana mau tidak?" tanya Ricko lagi.
"Apanya?" aku lupa yang ditawarkan Ricko.
"Lukisan aku ini," jelaskan Ricko sambil menunjuk lukisan di depannya."Atau kubuatkan yang lain, aku bisa," lanjutnya.
"Baru saja kita saling kenal, tapi kamu menggangap kita sudah lama kenal saja. Apa maksudmu coba?" aku berwajah heran.
"Ya sudah kalau tidak mau." kata Ricko seraya membereskan barang-barangnya.
"Tunggu! Aku mau." ucapku yang kemudian membuat Ricko berhenti beres-beres. Lalu, Ricko memberikan lukisannya yang telah digulung kepadaku
"Terima kasih, ya. Oh ya, buatkan lagi untukku, ya?"
"Sama-sama. Kamu mau dibuatkan gambar apa lagi?"
"Apa ya?" aku bertanya pada diriku sendiri sambil garuk-garuk kepala.
"Ini," Ricko memberikan sesuatu padaku.
"Tanda pengenal?" aku mengerutkan kening.
"Ya, hubungin aku kalau kamu sudah tahu apa yang mau digambari aku. Aku pergi dulu, ada hal yang harus aku kerjakan."
Ricko berlalu dari hadapanku, aku pandangi tanda pengenal yang diberikan laki-laki bernama Ricko. Malam pun tiba, aku berbaring di kasur dan melihat ke langit kamar. Kemudian, aku memandangi sekali lagi, tanda pengenal, di tangan kananku. 'Apa besok saja, aku tanyakan pada sahabatku?' batinku berkata.
Keesokkan harinya, aku duduk di dalam kelas bersama seorang sahabatku, Astuty. Aku dan Astuty bersahabat sejak sebulan setelah MOS.
"Hai Astuty!" sapaku.
"Hai juga, Putri!" balas Astuty. Selain balas, kami juga salam persahabatan.
"Ty, aku mau cerita nih. Kemarin, aku ketemu sama seseorang yang lukisannya keren banget." aku bercerita.
"Lalu, apa yang terjadi, Put?" tanya Astuty.
"Dia cowok, namanya Ricko. Lalu, Ricko menawarkan lukisannya tadi dan juga ia berbaik hati melukiskan untukku. Tapi sayang, aku belum tahu lukisan apa yang kuinginkan. Karena itulah, aku ingin bertanya padaku. Kira-kira lukisan apa ya?" lanjut cerita Melisa.
"Bagaimana kalau seorang perempuan yang tak sengaja jatuh. Lalu, ada laki-laki yang dicintainya menangkapnya," pendapat Astuty . Aku mulai membayangkan pendapat sahabatku.
"Ya sudah Ty, terima kasih banyak." Ucapku setelah tahu bayang-bayang yang kuinginkan
'Ricko, pada ahad nanti kita bertemu di waktu dan lokasi yang sama saat kita bertemu kemarin. -Putri-' pesan SMS kukirim ke nomer Ricko. Berputarlah waktu hingga ahad kemudian...
"Ric, maaf ya jika aku telat?"
"Iya tidak apa-apa, Put. Jadi, kamu mau lukisan apa?"
"Aku mau lukisan seorang laki-laki dan perempuan di pelaminan. Tapi, sekalian ya, ajarin aku lukis?" pintaku.
"Baik. Duduklah disini! Biar aku ajarin lukis versiku."
Ricko menggoreskan wajah pensil di kertas sambil berkata, "Ikutilah caraku gambar!"
Melisa mulai goreskan seperti yang akan digambar Ricko. "Ric, ajarin aku perlahan-lahan dong." Keluhku manja.
"Hahaha...masih gambar mata. Tapi, oke akan kutunjukin caranya secara perlahan," jawab Ricko. Lalu, Ricko membalikkan kertasku. Ricko menuntun tanganku yang memegang pensil dengan tangannya. Tak tahu kenapa, detak jantungku lebih cepat dari biasanya. Secara Reflek, aku melihat wajah Ricko. Aku tersenyum.
"Put! Put!" panggilan Ricko mengagetkanku.
"Eh, maaf," aku bangun dari alam bawah sadar.
Aku dan Ricko kembali meneruskan melukis. Aku berkonsentrasi pada belajarku dan takkan kusia-siakan dengan hal tertentu yang membuatku terganggu. Aku percaya bahwa jodoh, rezeki, dan mati sudah diatur Sang Pemilik Alam Semesta. Manusia hanya bisa berusaha dan berdoa untuk menempuhnya.
Aku diam-diam berharap jika yang ada di lukisan itu aku dan Ricko. Hehehe...
-Selesai-
Biodata penulis : namaku Putri Mariamulia Utami. Aku lahir di Boyolali pada 7 agustus 1999. Agamaku islam dan negaraku Indonesia. Sekarang aku menempuh pendidikan di UNS jurusan pendidikan akuntansi. Hobiku membaca cerita. Jika ada yang ditanyakan hubungi no hp 082328544733, instagram @futri mariyaugust utami, email , dan facebook Putri Maria Utami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Akhir Tahun "Dear Me"
RandomDisini lah awal mula kita untuk menjadikan langkah kita kedepan menjadi lebih baik dari hari lalu. Disinilah awal cerita kita mengapa kita bisa jauh lebih baik dari sebelumnya. Tulisan ini bisa diibaratkan adalah kaca, cerminan diri kita yang siap u...