YOGA AJI PRATAMA TEMANI AKU, HUJAN..

50 2 0
                                    


Rintik hujan menemani langkah-langkah kecilku menikmati kota ini. Menjelang akhir Tahun, Surabaya yang biasanya panas kini mulai sejuk dengan hujan yang membasahi jalan-jalan dan pepohonan. Diam diam hujan menetes jatuh dengan malu-malu dari atap warung kopi langgananku. Kopiku mulai lelah mengepulkan uapnya, rokokpun diam tak menyala, hanya abu. Dari kejauhan terlihat muda mudi yang penuh canda bersenda gurau. Aku hanya diam tak bersuara.

Banyak hal terkenang akhir-akhir ini, membuatku banyak termenung diam. Sudah 6 bulan dan kota ini sudah melahirkan kenangan tak terkira banyaknya kepadaku. Teleponku bergetar, membangunkanku dari lamunan yang penuh kenikmatan. 'ah, dari Andar lagi.. mau apa anak ini..' keluhku kesal dalam hati. Kurebahkan diriku dalam-dalam dikursi. Jatuh dan menikmati lamunanku yang terputus.

Andar, 'hah.. kenapa tiba-tiba aku mengingatnya'. Perempuan ini sudah memberikan kenangan yang teramat manis bagiku di kota ini, gadis kecil berambut terurai panjang agak bergelombang. Usianya muda, namun pengalamannya seperti seorang veteran perang saja. Dia pernah membuatku sempat terbuai oleh manisnya kasmaran, sudah 3 tahun hatiku ini keras, meringkuk kaku dalam rongga badanku, namun kelembutan dan perhatiannya membuatku melunak dan bebas. Terbentuk senyum dalam guratan guratan wajahku mengingat itu.

Masih kuingat peristiwa itu, ketika malam Surabaya yang penuh cahaya menemani waktuku yang membosankan. Kulihat seonggok badan sendirian. Dia terduduk lesu, air matanya tak malu-malu mengalir dari cekukan mata yang merah basah. Kusapa dan kuhampiri. Mulutnya terkatup erat, seperti pintu terkunci yang hilang kuncinya. Namun dari matanya terlihat dia penuh masalah yang mengikat pikiran.

Pikiranku terus mengenang kejadian itu. Terputus, Suara keras mengagetkanku.. bak kucing yang ketahuan mencuri ikan, kulenggokkan badan dan kepalaku. 'Tama.. lu ngapain sendirian ngopi disini, enggak ngajak-ngajak lagi.. gak setia kawan lu..' Lino menegurku sambil menepukkan tangannya kepundakku. 'ah gak apa-apa.. lagi pingin sendiri, santai.. daripada ngajakin lu, ribut mulu.. nyerocos gak karuan. Lino tersenyum.

Aku bersama dia mengobrol santai, kopi dan rokoknya bergiliran menempati mulutnya. Asap-asap berlarian dari mulut kami tak henti-henti. Omong kosongnya mulai berubah menjadi pembicaraan serius. Dari pembahasan materi kuliah hingga kisah cintanya dengan seorang gadis. Pacar baru katanya.

Kulihat wajahnya, bersih rapi, rambutnya pun tertata begitu juga kumisnya. Tidak sepertiku, berantakan, rambut gondrong persis seperti anak-anak seni. Benakku heran penuh tanya, mengapa masalah pribadi harus dia ceritakan kepadaku, masalahku sudah cukup banyak. Namun mulutnya terus menghujani diriku dengan ceritanya. Darahku tiba-tiba berdesir deras, bara api amarah tersulut tak terkira. 'Andar!!.. pacar barunya Andar.. dasar kurang ajar!!' diam kutahan amarahku, kutinggalkan tempat itu setelah membayar kopi yang kupesan. Lino diam saja.

Amarahku benar-benar meledak.. sudah kubayangkan akan menjadi seperti ini. Aku pernah merasakan sakit dan perihnya memberikan perasaan kepada manusia. Rasa benciku kepada Andarpun menjadi-jadi. Setiap kutemui, diamku menjadi senjataku. Rasa tidak peduliku pun tumbuh, tidak ada lagi yang kupedulikan bahkan badan inipun kubiarkan teronggok lemah tak berdaya. Air matalah sahabatku kini. Banyak janji yang telah ia tanam dalam taman harapanku. Kenangan manis telah mewarnai hari-hari jemu. Namun kini telah ia pecahkan bersama harapan dan cintaku padanya.

Hujan akhir bulan ini, benar-benar menjadi hujan juga dalam hidupku. Andar, aku memang tidak menyatakan cintaku secara langsung padanya. Tapi apakah perhatianku tidak dia rasakan sebagai bentuk cintaku selama ini. Jauh dalam hati aku berharap kau bisa merasakannya. Apakah aku hanya teman bagimu.? 'Ah tak usah pusing Tam.. biarkan nasib yang akan menggantikan tempat mereka berdua'.. cinta hanya membuatku luka.

Kugenggam erat tanganku. Gemuruh sedih dan tangis akan berakhir suatu hari nanti, Bahkan bunga yang indahpun tumbuh lebat karna hujan. Kuyakin akan tumbuh dan kutemukan kebahagiaanku. Harapan hanya membawa kesakitan hati dan perihnya cinta. Aku harus bangkit, harus keluar dari lubang penuh duka ini. Kulihat wajah bunda yang tersenyum dari seberang pulau, menantiku disana. Aku tersenyum kembali, kurenggut semangat yang tiba-tiba tumbuh kubawa ke taman harapan yang suatu hari nanti takkan mengecewakan. Aku benar benar pulih.

Hingga suatu hari kutemukan lagi Andar sedang sendiri dan menangis dari kejauhan. Terkesiap dan terkejut ketika dia menoleh kepadaku. Ingin menghindar, tapi hati berontak untuk menghampiri. Kakiku tertancap erat bak pohon yang enggan meninggalkan akar, namun hati merenggut menarikku keluar. Kudekati dan tiba-tiba terucap 3 kata dari mulutku.. 'Andar.., kamu kenapa.?' Tanyaku. Tanyaku hanya terjawab diam, aku tahu patah hati sedang membelenggunya. Aku tersenyum, menggenggam tangannya dan berkata.. 'berdirilah bunga kecilku.. patah hati tidak seburuk itu, ketika semua berlalu, biarkanlah berlalu.. kau harus bangkit.. bangunlah,, kau akan mekar kembali..'

Begitu semua terucap, kurasakan angin mendesir pelan, danau pun seolah-olah memperhatikan kami berdua. Burung-burung pun bernyanyian entah ditujukan untuk siapa, apakah untuk kami berdua..? air matanyapun mulai malu-malu untuk keluar, seakan kata-kataku tadi menjadi tisu yang mengusap hatinya untuk berhenti menangis. 'aku menyayangimu.. aku akan menjadi orang yang siap berdiri disampingmu. Bangunlah sayang.. jadilah mekar. Aku akan menunggumu di puncak kebahagiaan nanti, percaya dirilah kau akan bisa melewati ini semua..' senyuman manis itu muncul dari wajahnya., seperti benih semangat yang menembus kerasnya kesedihan. Aku pergi meninggalkannya, sempat kulihat dia menatapku lama. 'Aku akan menunggumu..!!' teriakku lantang.

Desahan ban terdengar lembut. Namun hujan tiba-tiba berjatuhan membawa koloni menghantam bumi.. si biru berhenti tepat di sarang burung besar, Juanda. Kutulis Diaryku kembali, hal apa saja yang telah terlewati. Kembali menuju lamunan yang nikmat, mengingat peristiwa yang perlahan-lahan menjadi kenangan lawas. Aku tersenyum. Aku bangkit melihat pesawat yang terjajar rapi siap membawaku. Kuharap ketika kembali, semuanya menjadi bunga yang indah.

Petugas memanggil para penumpang untuk menaiki pesawat, aku melangkah ringan menerobos semua masalah yang pernah membelengguku. Aku pernah padam, pernah jatuh tersungkur namun tetap bangkit. Hujan akhir tahun menetes pelan, malu malu berhenti karena melihat bumi yang basah tak mampu menampung air matanya lagi. Kulihat awan perlahan keluar dari panggung, mataharipun mulai berani menampilkan sinar eloknya. Langit mulai cerah secerah masa yang akan menantiku, tahun 2018, Aku yakin.

K͸:

Catatan Akhir Tahun "Dear Me"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang