ERIN EFTIANA TERUNTUK KAMU: AKU YANG BARU

89 7 0
                                    

Aku membuka mata perlahan. Suara rintik hujan memaksaku untuk berpamitan dengan mimpi indahku. Aku meregangkan tubuh dan kembali menarik selimut untuk menutupi tubuhku, lalu mencoba untuk memejamkan mata, berharap mimpi indahku yang sempat terputus dapat bersambung. Tapi, sepertinya gagal. Beberapa kali aku mencoba untuk tidur, tetap saja tak berhasil. Sepertinya, mataku sudah siap memanduku untuk menjalani hari ini. Aku memutuskan untuk beranjak dari tempat tidurku dan melihat keluar jendela. Sepi, tak banyak orang yang berlalu lalang, kendaraanpun jarang yang lewat.

Saat aku membuka pintu rumahku, aku disambut oleh wangi tanah yang basah karena air hujan. Perasaan yang damai, itu yang aku rasakan saat ini. Aku membuat secangkir teh melati kesukaanku, dan duduk di kursi teras. Aku meminumnya perlahan, sambil menikmati irama yang dibuat oleh suara air yang jatuh dari langit. Beruntung hari ini aku tak harus pergi ke kampus, jadi aku dapat menikmati suasana pagi ini. Sungguh, pagi yang sempurna.

Udara semakin dingin, aku memutuskan untuk masuk kedalam rumah. Akhir-akhir ini, hujan sering turun. Ya, sepertinya musim hujan yang sebenarnya sudah dimulai. Aku berjalan menuju meja belajarku, 'aku harus nyicil tugas akhir walaupun libur' gumamku. Aku duduk di kursi putar kesayanganku, dan menyalakan laptop. Sambil menunggu laptopku menyala, aku mengumpulkan motivasi untuk mengerjakan tugas akhir. Mataku meneliti setiap sudut ruangan, dan berakhir pada kalender yang tertempel di tembok, 'sekarang tanggal berapa ya?' aku bertanya pada diriku sendiri. Setelah laptopku menyala, aku melihat sudut kiri layar laptopku untuk melihat tanggal. Ah! Aku agak kaget. Sekarang tanggal tiga puluh, bulan sebelas. Itu artinya, satu bulan lagi, tahun akan berganti.

Waktu berlalu begitu cepat, tak lama lagi, aku akan hidup di tahun yang berbeda. Aku menopang daguku dan mulai berpikir, 'satu tahun adalah waktu yang singkat, iya kan?' pikirku. Di awal tahun baru nanti, pasti setiap orang memiliki keinginan dan target yang baru dalam hidupnya. Begitupun aku. Tapi, apakah harapan-harapan yang telah aku buat ditahun ini sudah terwujud? Entahlah, mungkin belum. Tapi bagiku, tahun ini adalah tahun perubahan dalam hidupku.

Aku mulai mengingat detail kejadian yang aku alami di tahun ini. Banyak keadaan yang membuatku keluar dari zona nyamanku. Seperti saat aku menjadi panitia acara HUT RI ke-72 di area RT rumahku. Awalnya, aku adalah orang yang sangat tertutup di lingkungan rumahku, sampai suatu hari, temanku mengajaku untuk ikut menjadi anggota kepanitiaan dalam acara tersebut. Rasanya tegang, penuh tantangan, dan banyak waktu yang terpakai. Lelah? Jangan ditanya. Yang paling aku ingat adalah saat mengumpulkan dana. Aku dan teman-teman panitia lainnya harus berjualan makanan ringan setiap malam. Tetapi, rasa lelah itu terbayar saat warga sangat antusias dan semangat mengikuti rangkaian acara yang kami buat. Setelah acara itu selesai, hidupku juga berubah. Setiap aku berjalan, ada orang yang menyapaku, atau kami saling melemparkan senyuman, sungguh senang rasanya.

Hal lain yang membuatku keluar dari zona nyaman adalah saat diadakannya English Contest tingkat universitas, di universitasku. Awalnya, aku hanya ingin menyemangati teman-temanku yang mengikuti lomba, tapi pada akhirnya, akupun mengikuti salah satu mata lomba dalam acara tersebut. Setiap kelas mengirimkan perwakilannya untuk setiap mata lomba, dan kelasku belum mengirimkan perwakilan untuk mengikuti lomba debat. Tak ada yang mau mengikuti lomba debat. Ya, memang debat itu agak sedikit sulit. Kita harus memiliki wawasan yang luas, ditambah lagi debat ini menggunakan Bahasa Inggris, harus memiliki banyak kosakata. Tetapi, entah kenapa, setelah berpikir cukup lama, aku mengajukan diriku untuk mengikuti lomba debat tersebut. Setelah aku mengajukan diri, dua temanku juga ikut mengajukan diri mereka, dan akhirnya kami rutin berlatih. Walaupun kami tidak memenangkan perlombaan, tetapi kami tetap merasa menang, karena kami telah berani mencoba dan mengalahkan rasa takut kami.

Disamping lomba debat, aku juga mengikuti lomba menulis yang diadakan oleh salah satu akun instagram. Saat itu, kondisiku tidak cukup baik, jadi aku menuliskan apa saja yang ada dalam pikiranku. Tanpa disadari, aku sudah menulis lebih dari 3 halaman, lebih dari yang telah ditentukan oleh penyelenggara lomba. Dalam lomba ini, aku juga tidak menang. Tapi, entah kenapa aku merasa sangat senang, karena walaupun tidak menang, karyaku menjadi salah satu karya yang masuk kedalam buku, bersama karya-karya hebat lainnya.

Selain itu, di tahun ini aku juga telah melakukan hal yang aku sukai, bisa dibilang, mengembangkan hobiku. Aku mengambil ponsel dan membuka akun instagramku. Aku tersenyum. Disitu ada beberapa foto hasil karyaku. Foto hasil masakan. Aku sangat suka memasak, walaupun hasilnya belum begitu baik. Tapi, komentar positif setiap kali aku mengunggah foto hasil masakanku, membuatku semakin semangat untuk terus berlatih. Di tahun ini, aku sempat berharap agar aku dapat membuka toko online yang menjual beraneka macam kue, tapi sepertinya, aku belum bisa mewujudkannya.

Tak hanya itu, tahun ini aku juga menemukan hobi baru, yaitu menulis. Aku membuat akun disalah satu website penyedia fasilitas untuk membaca dan menulis cerita, wattpad. Disana, aku menulis cerita yang aku ikut sertakan dalam lomba, tapi dalam versi panjang. Entah kenapa, setelah mengikuti lomba menulis itu, aku merasa, menulis adalah hal yang menyenangkan. Dengan menulis, kita dapat menuangkan ide, perasaan, dan menggambarkan suasana hati kita.

Disamping itu, aku juga mengalami hal yang menggugah hati. Tahun ini, pertama kalinya, aku melihat bagaimana akhir dari kehidupan seseorang, bagaimana seseorang menghembuskan napas terakhirnya. Saat itu, aku dan keluargaku sedang menjenguk guruku yang sakit, di salah satu rumah sakit besar di kotaku. Kondisinya yang sudah sangat lemah, tubuh yang tinggal tulang berbalut kulit, membuatku tak tega melihatnya. Mataku mulai berkaca-kaca, aku memutuskan untuk meninggalkan ruangan dan menunggu diluar. Beberapa kali dokter masuk ke ruang rawat, menghimbau agar keluarganya selalu ada disampingnya, membuatku semakin takut dan sedih. Beberapa saat kemudian, aku memberanikan diri untuk masuk ke dalam ruang rawat. Tak lama kemudian, kondisi guruku semakin melemah, dan dokter kembali masuk. Ketika dokter berusaha untuk memacu detak jantung dengan cara menekan dadanya, aku tak kuat, dan memutuskan untuk keluar lalu hanya mengintip dari kaca pintu. Tak lama kemudian, guruku menghembuskan napas terakhirnya. Melihat kejadian itu, aku menangis. Aku berjanji akan selalu memanfaatkan waktuku di dunia, agar aku tak menyesal saat giliranku tiba nanti, dan meninggalkan dunia ini.

Aku menghela napas, 'hhh, banyak yang terjadi tahun ini, suka, duka, semuanya'. Tahun ini memberikan banyak pelajaran berharga. Aku mulai menerka-nerka, apa yang akan terjadi di tahun depan nanti. Hal apa yang sedang menantiku di depan sana? Aku penasaran. Tapi, tentu saja aku mengharapkan hal yang baik.

Aku mengambil pena biruku dan secarik kertas dari buku catatanku, dan mulai menuliskan harapan-harapan dan pesan-pesan untuk aku baca di tahun depan nanti. Aku mulai menulis. Judulnya, 'Teruntuk kamu: Aku yang Baru'.

Teruntuk kamu, aku yang baru.

Hai! Ini aku, dirimu di masa lalu. Sekarang, kamu adalah orang yang baru. Kamu bukanlah aku yang dulu lagi, bukan aku yang dulu selalu menutup diri dan banyak mengeluh.

Jangan takut untuk melakukan hal yang kamu sukai. Jangan takut untuk menjadi pribadi yang lebih kuat dan berani. Tunjukan dirimu pada dunia, dan jangan ragu untuk melangkah.

Jangan dengarkan perkataan orang-orang yang meremehkanmu. Anggap saja mereka peduli. Jangan lupa untuk terus rendah hati dan tersenyum.

Bantulah orang yang membutuhkan bantuanmu. Jadilah orang yang berguna bagi orang lain.

Wujudkan harapan-harapan yang belum bisa kamu wujudkan di masa lalu. Jangan pernah menyerah dengan harapan-harapanmu.

Terus perbaiki diri, dan jadilah orang yang lebih baik lagi. Dan yang paling penting, jadilah diri sendiri dan tetap bangga dengan dirimu.

Aku melipat kertas itu dan menaruhnya di dalam amplop cantik berpita merah. 'aku akan membacanya di awal tahun nanti' gumamku. Sekarang, sisa satu bulan lagi untuk menuju pergantian tahun, aku akan berusaha melakukan yang terbaik satu bulan terakhir tahun ini. Ya, tentunya diawali dengan mengerjakan tugas akhirku.

Aku kembali fokus pada laptopku dan membuka dokumen tugas akhir. Aku meregangkan otot-ototku dan mulai mengerjakannya. Yap, aku akan kalahkan tugas ini juga. Semangat!

yU1

Catatan Akhir Tahun "Dear Me"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang