SURYANI HELLO TO MYSELF

29 2 0
                                    


Hari ini aku menulis seperti biasa, seorang diri dan di kamar sendiri. Hanya saja kali ini, tidak ada objek ataupun subjek yang ingin kuceritakan. Sebab aku sudah lelah menulis tentang mereka, yang acuh saja tidak bahkan untuk sampai di pelupuk mata pun mereka enggan.

Walau demikian, gairahku untuk selalu menulis tidak pernah padam. Karena bagiku, saat kata berat untuk terucap aku lebih baik memilih diam dan menuliskannya. Kertas dan pena tidak pernah menjauh dariku meski aku kehabisan asa.

Seperti yang kulakukan saat ini. Bayanganku yang kini berhadapan denganku di dinding yang menjadi topiknya. Aku seakan mendengar ia berbisik, katanya, sudah terlalu lama kau tidak menyapa dirimu. Mungkin benar, pikirku. Karenanya hari ini, aku hendak menulis untuk diriku.

Dear me,

Apa kabar jiwaku didalam sana? Sedang menggigil atau meriangkah kau? Aku rasa, ia tidak dalam keadaan baik bahkan mungkin sekarat. Karena sekarang rasa iri kerap kali datang mencumbuinya setiap waktu. Mudah saja, seperti saat ku lihat teman – temanku mengumbar betapa menyenangkannya hidup mereka dengan berfoya – foya kesana kemari, sedangkan aku tidak kemana – mana. Juga saat ku tau bahwa seluruh angan mereka akan segera tercapai tanpa bersusah payah tidak seperti aku yang harus berjuang keras. Tak jarang pun aku harus menderita karena impianku.

Sesekali aku bertanya, mengapa bumi ini sepertinya tidak adil? Terlalu keras kepada mereka yang sudah terlahir lemah dan terlalu lembut kepada mereka yang telah terlahir hebat. Bukankah bumi adalah Ibu dari kami semua tanpa terkecuali? Hingga suatu kali, didalam perenunganku aku dijawab demikian; kepada yang dikasihi akan diberi didikan lebih yang membedakannya dari yang lain. Kuatlah jiwaku! Kita lah salah satu dari yang patut berbahagia.

Sebab sama halnya seperti ikan kecil yang sedang berusaha melawan arus gelombang yang besar nan hebat yang takkala membuatnya terseret, terbentur batu karang atau mungkin terdampar terlebih dulu. Tetapi tetap semua itu tidak akan mengubah kenyataan bahwa ia adalah bagian dari laut dan gelombangnya. Ia pasti memiliki kekuatan untuk dapat melewatinya sehingga ketika air sudah surut ia akan melihat keindahan lain yang lebih menakjubkan. Berbeda jika ikan tersebut sudah mati, maka ia hanya akan mengambang pasrah dibawa kemana saja walau pada akhirnya berujung kepada lembah yang curam.

Dan seperti ikan kecil yang sedang berjuang itu hidupku saat ini. Mungkin kini, dimata mereka aku kecil dan tak berarti namun tetap mereka tidak memiliki daya untuk menghapus keberadaanku dari dunia ini. Ingat jiwaku, kita boleh rendah hati tapi tidak rendah diri. Kesulitan yang kita alami tidak berarti harus membuat kita mengecilkan mimpi. Meski kelak rintangan dalam menggapainya menghadang tapi kita tetap tidak boleh menyerah apalagi hilang harapan. Yang perlu kita lakukan hanya bertekun dan bekerja keras. Mengerjakan segalanya dengan cinta dan menjalankan semua proses dengan ikhlas. Lagipula ketahuilah bahwa setiap jerih payah tidak akan pernah mengkhianati sang hasil.

Kita juga tidak perlu merasa gagal hanya karena kita jatuh berulang kali melainkan kegagalan sejati adalah saat kita dikuasai ketakutan untuk bangkit dan kembali mencoba hingga akhirnya kita lebih memilih mematikan seluruh angan kita. Disaat itu juga kita telah menjadi sama seperti si ikan yang mati.

Tanamkan ini dalam hati dan benakmu bahwasannya tidak ada sesuatu yang bersifat selamanya dalam dunia ini bahkan untuk kebahagiaan dan kesengsaraan itu sendiri. Dan hari ini, kita hanya berada disini. Bertahan dan tetap semangat jiwaku! Kita pasti bisa mewujudkan semua mimpi kita selagi kita tidak pernah kenal kata lelah untuk terus belajar. Jangan khawatir! Sejak hari ini, aku deklarasikan bahwa aku telah siap untuk menerima kejutan – kejutan besar apapun itu yang telah Tuhan sediakan untuk tahun 2018 dan seterusnya.

seD_

Catatan Akhir Tahun "Dear Me"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang