Ini adalah catatan kecil dari seorang gadis remaja yang baru saja beranjak dewasa.
Aku, yang sebelum mendapat motivasi dari para motivator berupa kata-kata penyemangat, merupakan seorang gadis yang memiliki energi negatif—dalam bentuk artian aku jarang berpikir positif dan tidak percaya pada kemampuanku sendiri.
Kadang, aku ingin menjadi orang lain. Beberapa dari mereka memiliki kemampuan yang menakjubkan, menurutku. Aku selalu jadi ingin mereka yang bisa tampil percaya diri dan yakin akan kemampuannya. Bahkan, mereka selalu bisa mendapat balasan cinta dari pujaan hatinya. Sementara aku?
Aku yang biasa-biasa saja. Aku yang belum pernah mengukir prestasi. Aku yang tidak serba-bisa.
Beberapa kali aku mengeluhkan keadaanku yang tidak mampu seperti mereka. Apalagi ketika sudah menyangkut hati.
Soal hati, memang tidak ada yang tahu, pengecualian untuk Sang Pencipta.
Beberapa kali aku mencintai lelaki dengan sepenuh hati. Beberapa kali pula aku sudah terluka. Namun, karena gigihnya aku, aku putuskan untuk bertahan untuk mereka yang berkali-kali sudah menyakiti hati. Aku tidak mengerti, sungguh. Sesulit ini membuat mereka mencintaiku.
Dan, ketika aku yang begitu susah payah mendapat perhatian dari mereka, memendam rasa sampai menusuk hati, berharap begitu banyak, dikalahkan oleh dia yang pada dasarnya tidak berjuang begitu besar dibanding aku. Ini sungguh tidak adil. Aku selalu terpuruk setelah itu. Merenungi diri yang mengapa begitu rendah dibanding dia.
Aku tahu aku kurang. Aku tak secantik dia, tak sepintar dia, dan tak bisa meluluhkan hati mereka dalam sekejap seperti dia.
Namun, akhir-akhir ini aku banyak belajar. Aku semakin mendekatkan diri pada Tuhan, aku membaca buku dan kata-kata yang bersifat memotivasi diri. Aku juga mengubah diriku yang semula selalu tidak yakin dengan kemampuan sendiri sampai selalu negative thinking, menjadi seorang gadis remaja yang berbeda. Iya, aku telah berubah. Dan perubahan itu membuat diriku lebih baik. Jiwa, hati, dan pikiranku selalu dipenuhi oleh pikiran-pikiran positif. Pikiran-pikiran positif itu berhasil membuatku yakin akan kemampuanku sendiri. Rasanya sungguh menyenangkan. Aku bukan lagi gadis yang dipenuhi oleh ketakutan karena pikiran negatif yang selalu hadir ketika aku melakukan sesuatu. Sekarang, aku tetaplah aku, namun dengan diri baru yang lebih baik.
Aku merasa ini benar-benar diriku. Aku yang sekarang lebih bahagia dengan keputusanku, tetap yakin dan percaya pada Tuhan atas apa yang aku lakukan, dan tentunya tak ada lagi hati yang menginginkan aku untuk menjadi orang lain. Karena aku cinta diriku yang sekarang. Aku mensyukuri apa yang telah berubah dan memperbaiki diriku.
Aku hidup dengan keputusanku, dengan pilihanku, dan juga jalanku. Tidak peduli orang lain memilih bagaimana, aku akan tetap berdiri dengan keyakinan hati, tetap yakin dengan keputusanku meski tak jarang aku masih takut dengan akibatnya. Tapi, aku harus keluar dari comfort zone, yang semakin aku terkurung di dalamnya, maka terbatas juga ruang gerak untuk mengekspresikan kemampuanku.
Dan terakhir, akhir-akhir ini aku tak terlalu memusingkan tentang hati. Tentang perasaan yang bisa saja muncul. Untuk sementara, aku ingin mengistirahatkan hati yang sudah lelah meski sekarang aku memiliki moodbooster di sekolah, itu hanya sebatas untuk menjadi penyemangat hari-hariku. Aku tidak berpikir untuk mencintainya sepenuh hati seperti mereka terdahulu.
Aku harap, tahun-tahun selanjutnya aku lebih bisa memperbaiki diri, menghargai diri, dan tetap yakin pada pilihan sendiri. Percayalah, kebahagiaan tidak datang dari orang lain, namun dari diri sendiri. Sejatinya, jika kebahagiaan itu berasal dari orang lain, ketika orang lain itu pergi, kebahagiaan pun tidak bisa kita dapatkan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Akhir Tahun "Dear Me"
RandomDisini lah awal mula kita untuk menjadikan langkah kita kedepan menjadi lebih baik dari hari lalu. Disinilah awal cerita kita mengapa kita bisa jauh lebih baik dari sebelumnya. Tulisan ini bisa diibaratkan adalah kaca, cerminan diri kita yang siap u...