Sudah sejak dua dekade yang lalu, bidadari yang ku sebut ibu itu mengajarkanku bagaimana cara menerima kenyataan hidup dengan segala konsekuensi yang menyertainya. Memang sangat terlihat jelas jika dahulu orang tua berlomba-lomba mengajarkan anak-anaknya bagaimana caranya untuk bisa menyederhanakan hidup. Berbagai macam aturan main diberlakukan demi membentuk pribadi yang rendah hati dan tidak berlebih-lebihan. Mulai dari aturan hanya makan suatu makanan yang harus dihabiskan, hingga berbagi perangkat bermain "masak-masakan" dengan saudara dirumah. Dahulu, anak-anak benar-benar diajarkan agar hatinya selalu bisa mensyukuri setiap keadaan dengan membiasakan diri untuk selalu hidup dalam keadaan yang selalu sama, dalam keadaan apapun. Agar dalam setiap keadaan anak-anak tidak perlu merasa kaget saat himpitan ekonomi menyerang ataupun kala rupiah dalam saku orang tuanya makin tebal.
Namun, hari ini, anak-anak tak perlu diajarkan bagaimana caranya untuk hidup sederhana, berbagai keadaan memaksa diri mereka untuk bergelut menerima kenyataan bahwa kehidupan yang mereka jalani memang harus terus terasa manis, walaupun terhimpit dalam berbagai permasalahan yang menjadikan diri mereka menjadi manusia yang selalu berusaha untuk "mengirit". Angka inflasi negara yang terus melejit, Harga bbm yang terus saja naik, menjadi beban bagi orang tua mereka untuk mengajarkan pola hidup sederhana kembali. Maka dari aku sangat merasa bersyukur telah menjadi generasi masa lalu yang bisa mempelajari indahnya kehidupan dalam kesederhanaan yang fungsinya murni untuk pembelajaran.
Mulai hari ini hingga seterusnya aku terus bertekad agar hari-hariku dipenuhi dengan segala hal yang menjunjung segala hal yang berkaitan dengan kesederhanaan. Dalam tiap-tiap keadaan aku akan berusaha mencukupi segala hal yang aku butuhkan, bukan hanya yang aku inginkan. Aku akan berusaha agar perlahan-lahan bisa memilah mana yang merupakan berbagai prioritas yang harus aku lakukan dalam kehidupan ini. Aku membayangkan jika seluruh orang di dunia melakukan hal ini tidak akan ada lagi perselisihan mengenai kesenjangan sosial yang dialami oleh sebagian masyarakat, dan kehidupan di dunia akan terasa lebih nyaman karena salah satu konflik yang menjadi polemik utama dalam kehidupan sudah terselesaikan. Semoga hari-hari kita juga dapat diisi dengan segala kesempurnaan di dalam perasaan sederhana dalam hidup. Selamat melewati fase baru jiwa yang arif, semoga hari-hari kita bisa terasa lebih baik lagi kedepanya.
Biodata Singkat Penulis
Nida' Rifdah Al-Karimah merupakan anak ke 4 dari 6 saudara. Wanita kelahiran Jakarta, 19 Oktober 1997 ini merupakan seorang mahasiswa Universitas Negeri Jakarta Prodi Pendidikan Kimia angkatan 2015. Saat ini aktif mengikuti beberapa organisasi dan kepanitiaan serta aktif menulis di blog pribadinya dengan url http://nidarifdahalkarimah.tumblr.com
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Akhir Tahun "Dear Me"
AcakDisini lah awal mula kita untuk menjadikan langkah kita kedepan menjadi lebih baik dari hari lalu. Disinilah awal cerita kita mengapa kita bisa jauh lebih baik dari sebelumnya. Tulisan ini bisa diibaratkan adalah kaca, cerminan diri kita yang siap u...